Cinta.
Lima huruf yang dapat membuat orang terbang melayang, tersipu malu, dan berjuta
rasanya. Begitu juga dengan Nurul, Nurul adalah satu diantara gadis remaja yang
beranjak dewasa yang mulai membicarakan cinta, mulai memikirkan cinta, dan
mulai terperdaya akan cinta. Namun ketika kebanyakan orang mengartikan cinta
dengan rayuan gombal bahkan bersentuhan fisik, dia keluar dari semua hal itu
setelah dia mengenal apa makna cinta yang hakiki dan karna apa dia mencinta.
Bab
awal novel “Bicara Cinta” ini membuka cara pandang kita mengenai seperti apa
lelaki yang baik itu. Apakah lelaki yang baik itu yang baik agamanya, yang
berarti takut sama Tuhannya atau lelaki yang setiap saat mengumbar kata-kata
manisnya.
Nurul
Sukma Ayu, dia adalah anak bungsu dari 2 bersaudara. Dia memiliki kaka
laki-laki yang umurnya tidak terpaut jauh darinya, namanya Rayhan. Ayah Nurul
sering bepergian keluar kota untuk urusan dinas pekerjaanya, Ibunya pun sering
ikut ayahnya menemani perjalanan dinasnya tersebut.
Bayu,
dia adalah sosok laki-laki yang sempurna dimata Nurul. Tidak hanya dimata nurul
saja, bahkan teman-teman sekolahnya pun beranggapan sama. Pintar, berani
memimpin dan memiliki wajah super cool. Tidak asing jika siswi sekolahnya
curi-curi perhatian kepada Bayu, begitu juga dengan Nurul. Beruntungnya Nurul
sangat pandai menutupi perasaanya, seolah mencintai dalam diam. Tapi ditutupi
seperti apapun tetap saja perasaan itu akan tercium aromanya dan hal itu
disambut baik oleh Bayu. Namun, jalin cinta Nurul dan Bayu tidak lama seperti
yang diharapkan. Pupus ketika dimulai.
Dalam
novel ini, tokoh utama digambarkan dengan sangat kuat. Dalam arti, saya sebagai
pembaca dapat memahami bagaimana ketika kita mulai membicarakan cinta,
merasakan kehadiran cinta serta terperdaya akan cinta, namun semua hal itu
harus dipupuk dan diakhiri atas nama lillah. Selama Nurul menata perasaan dan
hatinya atas nama lillah, dilain sisi ada laki-laki yang sejak perjumpaan
pertama dengannya di foodpark sudah menaruh hati ke Nurul. Hanya saja tidak
semudah itu laki-laki tersebut dapat berjumpa kembali dengan Nurul karena
diawal perjumpaan tidak ada yang saling bertukar nama maupun kontak. Laki-laki
tersebut hanya bisa memanjatkan do’a disepertiga malamnya agar do’a dan
harapannya terkabul.
Laki-laki
itu bernama Fadhil, dia adalah adik kelas Rayhan sewaktu SMA yang baru lulus S2
Keuangan Islam. Beberapa tahun kemudian, Dia diundang ke jogja tepatnya ke
rumah Rayhan untuk membahas kelanjutan kerjasama diantara mereka berdua. Namun
dibalik itu, Rayhan mempunyai niat lain yaitu menjodohkannya dengan adiknya.
Selain
itu, di novel ini diceritakan pula bagaimana kisah orangtua Nurul dan Rayhan
yang sampai membuat Nurul tampak depresi dan mengacuhkan kaka laki-lakinya
tersebut. Dua sahabat Nurul pun juga ambil bagian di novel ini, Naya dan Husna
namanya. Diceritakan pula bagaimana kisah persahabatan mereka dalam emosi yang
berbeda-beda. Dan yang sangat mengguncang hati dan pikiran adalah kelanjutan
kisah Nurul dengan Bayu dan kisah Nurul dengan Fadhil.
Ini
adalah sepenggal surat Nurul yang ditujukan untuk Bayu yang dapat mengubah
kehidupannya dan menyikapi cinta agar sesuai aturan Allah.
“Cinta
itu anugerah, merasakannya adalah fitrah, menjaganya adalah ibadah. Karna jatuh
cinta adalah mubah, namun menyikapinya bisa menjadi pahala berlimpah, atau
malah menjatuhkan kita dalam dosa dan musibah. Karna cinta itu anugerah luar
biasa, aku memilih memuliakan cinta. Menjauhkannya dari cara-cara nista dan
meletakannya sesuai aturan Sang Pencipta.”
Novel
yang diangkat dari film “Bicara Cinta” web series positif youtube 2016 ini
mempunyai alur maju mundur. Gaya tulisan yang menarik dan cerita yang lebih mendetail tentunya dibandingkan dengan
web seriesnya membuat saya senyum-senyum sendiri dan terkesan dibuatnya. Novel
ini sukses mengaduk hati dan pikiran saya. Penasaran dengan kelanjutan kisah
Nurul? Siapakah yang dipilih Nurul agar menjadi imam dunia akherat dan pemimpin
hijrahnya? Silahkan dibaca sendiri untuk lebih lengkapnya.
Judul
Buku : Bicara Cinta
Penulis
: Fauzan Miftakhudin
Penerbit
: Asy-Syifa’ Press
Tahun
Terbit : 2017
Jumlah
Halaman : xi + 201
Peresume : Lusyana Agustin
0 komentar:
Posting Komentar