Sedikit atau banyak ulasan diri saat aktivitas ego-browsing tergantung dari aktivitas
dunia maya yang dijalani. Bisa jadi ia seorang yang aktif mengunggah hal
menarik dan mungkin juga ia layak diperbincangkan dalam situs-situs internet.
Apapun itu, perbedaan angka ulasan antara Alice dan Wiliam seolah mencerminkan
kesenjangan mereka berdua dalam pernikahan, setidaknya untuk saat ini. Setelah
sembilan belas tahun tiga ratus tiga puluh hari mereka bersatu. Tidak lagi
seromantis usia kepala dua. Mereka mengakui sedang terserang penyakit masa paruh
baya, sejenis kekeringan hubungan.
Bagi Alice, selain penyakit masa paruh baya, tahun
ini adalah tahun dimana usianya memasuki 45 tahun sekaligus tahun tipping-point. Tahun dimana, ia seusia
ibunya ketika meninggal. Alice merasa gugup tidak mampu melewati tahun ini dan
bernasib sama dengan ibunya. Ibunya meninggal karena tertabrak mobil di suatu
malam. Kehilangan sosok ibu di usia 15 tahun membuatnya terpukul dan mengasihani
diri hingga sekarang. Beruntung, ia disayangi teman-teman dalam komunitas yang
mengalami hal serupa: kehilangan ibu di masa remaja.
Dalam tahun sulitnya ini, ia merasa kesepian dan
merasa jauh dengan suaminya. Diceritakan bahwa Wiliam jarang pulang ke rumah di
bawah pukul 7 malam. Kedua anaknya juga baru selesai dari kegiatan sekolah di
sore hari. Alice memanfaatkan waktu sendirinya dengan browsing dan bersosial
media di internet. Suatu sore, ia mencari ulasan tentang pernikahan bahagia dan
berharap bisa membuat pernikahannya semakin bahagia. Alice bingung menjawab
pertanyaannya sendiri, apakah pernikahannya benar-benar bahagia?
History pencarian seseorang di internet jika tidak
dihapus, biasanya akan muncul iklan-iklan yang berkaitan dengan tema pencarian
tersebut. Alhasil, Alice mendapatkan beberapa e-mail SPAM yang berisi iklan.
Semua SPAM dihapus kecuali satu pesan dari The Netherfield Center yang sedang mencari
subjek penelitian dengan kriteria tertentu. Alice merasa ia lah yang mereka
cari dan memutuskan untuk mengisi kuisioner Perkawinan Abad Ke-21 demi mengetahui
apa yang terjadi dalam pernikahannya sekarang. Alice tergiur berpartisipasi karena
lembaga penelitian tersebut dianggap resmi dan memberikan imbalan 1000 Dolar.
Ber-akun Wife 22, Alice mendapatkan paket pertanyaan
dari peneliti pria ber-akun Researcher 101. Pada awalnya, hubungan keduanya yang
sekadar peneliti dan subjek penelitian, berjalan formal tetapi semakin lama
berubah semakin dekat. Alice tipe orang yang terbuka dan ia mengungkapkan secara
jujur hal-hal yang sangat pribadi perihal pernikahan. Ada 90 butir pertanyaan
yang datang berangsur-angsur selama 2 bulan. Selama itu pula, Alice tergoda
untuk main mata dari suaminya. Dayung bersambut, Researcher 101 menyatakan
cinta pada Alice. Obrolan mereka tidak lagi melalui email, tetapi beranjak
lebih informal lewat Facebook. Alice mendapatkan pelarian dari rasa kesepian
dan ia menyukai Researcher 101 yang romantis.
Suatu hari, Alice menginginkan bertemu dengan
Researcher 101 untuk sekadar minum teh dan mengobrol. Mereka kemudian membuat
janji bertemu. Ia menerka-nerka seperti apa muka dan perawakan lawan bicara
online-nya selama ini. Alice nampak semangat dan berdandan tidak seperti
biasanya demi pria yang selama ini mau mendengar keluhan hidup. Sayangnya, ia
tidak bertemu Researcher 101 hingga kedai teh tutup. Nedra, sahabat Alice yang
sejak awal melarang pertemuan mereka, bersyukur bahwa sahabatnya tidak
terperosok terlampau jauh.
Alice berniat untuk mengakhiri korespondensi
penelitian tetapi mengurungkan niat itu setelah Researcher 101 piawai
melunakkan hati Alice. Sebenarnya Researcher 101 mengaku memiliki istri dan ia
mengalami kekeringan yang sama seperti pernikahan Alice. Sederhananya, sepasang
lawan jenis yang telah memiliki pasangan merasa kesepian dan memilih untuk
saling curhat. Sedih juga yah, ketika pasangan kita tidak terbuka dan percaya
lagi pada kita. Saat membaca novel ini, Alice dan Researcher 101 bermain-main
pada garis batas yang semestinya tidak dilewati. Namun, di akhir-akhir
chatting, Researcher 101 memilih untuk kembali pada istrinya. Meskipun Alice
maupun Resercher 101 berandai-andai belum menikah ketika keduanya bertemu,
Alice sadar bahwa ia perlu melakukan hal yang sama: memilih setia pada pasangan
yang sah. Setidaknya Alice masih bisa mengingat kejadian-kejadian membahagiakan
bersama Wiliam saat mengisi kuisioner.
Alice yang penasaran pada identitas asli Researcher
101 menemukan fakta bahwa foto-foto yang diunggah Researcher 101 ter-geotag persis di koordinat rumahnya.
Alice terkejut apakah, selama ini pria itu menguntitnya. Ia kembali mengamati
foto telapak tangan di akun Researcher 101. Alice tidak akan menduga, Wiliam
yang tenang dan bermuka murung bisa melakukan hal gila yang membuatnya malu
setengah mati. Wiliam rupanya menyamar sebagai Researcher 101.
Wiliam lah yang dulu membuka history di komputer
Alice sehingga ia tahu, istrinya sedang tidak bahagia. Ia berusaha menemukan
Alice yang hilang tersebab oleh dirinya yang tak semesra dulu. Alice
menjadi terharu ternyata suaminya
berupaya untuk kembali menyemai kebahagiaan mereka. Sepasang kekasih itu
berjanji untuk kembali belajar menyemai cinta.
Saya kagum pada penulis yang bisa mengemas konflik
dan alur yang bagus. Idenya mengangkat perselingkuhan di dunia maya sepertinya
representatif pada lingkungan sosial manusia sekarang. Dunia maya sering kita
kaitkan sejelma pisau tajam. Ketajaman pisau bisa memberi manfaat maupun
mudharat. Maka berhati-hatilah menggunakannya.
Jika saja novel ini tidak perlu menyuarakan ideologi
terselubung dari sosial budaya masyarakat Amerika, saya bisa sarankan anak
remaja labil membacanya. Hanya saja, tokoh Nedra memiliki orientasi seksual
yang rusak dan beberapa perilaku tokoh cerita, yang menurut saya, merendahkan
kesucian wanita. Pada akhirnya, kita perlu mengambil hikmah. Rasulullah Saw.
pernah bersabda bahwa “Jika engkau tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah
sekehendakmu.” (Hadits shahih, Riwayat Bukhori). Kalau kita merasa malu,
semestinya diam-diam chatting pada lawan jenis, berdandan demi menarik
perhatian, memperbincangkan masalah ranjang kepada orang lain dan bentuk
larangan lainnya tidak akan terlaksana. Yah namanya juga novel barat.
Judul Buku : Wife 22
Penulis : Melanie GideonPenerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah halaman : 557
Peresume : Novi Trilisiana
0 komentar:
Posting Komentar