Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan
Yang saya
resume kali ini baru setengah dari bukunya. Dari buku Sukses
Mendidik Anak Tanpa Kekerasan
Memiliki
anak adalah anugerah. Tak semua orang diberi kesempatan oleh Allah untuk
memilikinya. Sekaligus juga amanah, menjadikannya mahluk bermanfaat di muka
bumi ini dan menjadi penghantar orangtuanya ke Jannah-Nya kelak.
Anak
adalah organisme, yang tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya. Rumah adalah
sekolah pertamanya, ibu adalah mahluk hidup pertamanya yang dikenalnya
seklaigus guru pertamanya. Di usia belianya ayah dan ibu adalah mainan terbaik
baginya.
Membina
anak sesuai dengan tuntunan Quran dan sunnah, juga sesuai dengan nilai-nilai
yang ada di masyarakat tentunya tidak lepas dari hadiah dan sanksi (reward and punishment).
Idealnya, hadiah dan sanksi ini diberikan secara proporsional, sehingga anak
tumbuh dan dewasa sesuai usianya. (pomeo menyebutkan Menjadi tua adalah niscaya
sedangkan menjadi dewasa adalah pilihan).
Namun, tak
jarang dalam pendidikan anak. Orang tua dominan menggunakan superioritasnya,
menganggap anak adalah miniatur dirinya. Sehingga tipis sekali kesabaran sang
orang tua menghadapi aktifitas anak yang dianggapnya tak sesuai dengan nilai
sang orang tua. Jalan pintas yang diambil orang tua adalah kekerasan baik
kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.
Begitu pun
ketika orang tua bahagia dengan prestasi anaknya, tak sedikit hadiah membanjiri
si anak.
Reward dan
punishment merupakan hal yang wajar dan manusiawi, baiknya diberikan secara
bervariasi dan tidak monoton. Punishment adalah sarana untuk mencegah sikap
negatif dan perlu dibarengi dengan asas penyembuhannya. (h.18)
Hukuman
atau punishment adalah jalan melatih tanggung jawab, setelah sebelumnya
dikomunikasikan dengan anak dan disepakati.
Memberikan penjelasan mengenai baik buruknya sesuatu sangat penting
dilakukan. Sehingga memahami kriteria baik dan buruk itu sendiri.
Konsekuensi-konsekuensi logis adalah upaya menanamkan tanggung jawab pada anak.
Bentuk
punishment yang sangat kontroversi adalah yang terkait fisik, salah satunya
adalah pukulan. Sangat kontroversi karena membawa dampak yang dalam untuk
perkembangan berikutnya.
Al Qadhi
Hasan Usman Al-‘Usymawi menyatakan : “sesungguhnya tongkat (pukulan) dan
kata-kata yang menyakitkan, selamanya tidak akan menciptakan manusia yang
salih. Terkadang hanya kan melahirkan kera yang terlatih, yang perilakunya
nampak dari gerak dan diamnya. Namun kita menginginkan naka kita menajdi
manusia bukan kera”. (h.27)
Pukulan
sebagai salah satu bentuk punishment boleh dilakukan, merujuk ke QS Annisa ayat
34. Dan hadist Nabi yang menyebutkan “ perintahkanlah kepada nak-anak kalian
untuk melaksanakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukulah mereka
jika tidak melaksanakannya pada usia 10 tahun” (HR Ibnu Daud)
Tentunya
ada syarat (h.30) :
1.
Hendaklah
pukulan yang diberikan tidak terfokus pada satu anggota badan (terpisah)
2. Hendaklah ada jeda di
antara dua pukulan, sehingga meringankan rasa sakit yang ditimbulkan.
3. Bertujuan sebagai sarana
pendidikan
4. Orang yang memukul tidak
meninggikan tangannya sehingga pukulannya tidak menyakiti.
5. Tidak memukul dalam
keadaan marah
6. Tidak memukul ketika anak
menyebut nama Allah swt
7.
Tidak
memukul sebelum anak berusia 10 tahun.
Dalam
pembahasan punishment, hukuman diberikan bukan pada kesalahan pertama dan perlu
sangat-sangat mempertimbangkan syarat keselamatan.
Agar
hukuman atau punishment berdampak positif, berikut saran dari penulis(h.65)
-
Hukuman
harus sesuai dengan standar pendidikan dan kejiwaan
-
Pemberi
hukuman adalah wali murid
-
Hukuman
harus diiringi rasa kasih sayang dan cinta
-
Hukuman
diberikan setelah adanya pemberian hadiah, motivasi dan nasihat
-
Menjaga
kehormatan dan kemuliaan anak
-
Memberikan
penjelasan yang terarah
Judul buku
: Sukses Mendidik Anak Tanpa
Kekerasan
Pengarang : M Nabil Kazhim
Penerbit : Pustaka Arafah
Tahun
terbit : 2011
Halaman : 204 hal
Bulan : April 2017
Erna
Maryati
0 komentar:
Posting Komentar