Sesungguhnya
bersama sunnah ada barakah, maka sebelum akad berlangsung benahilah niat dan
luruskan tujuan (p.8). Barangsiapa yang passion (hasrat kuatnya) untuk menikah
adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan kekuatannya dan menjadikan
kekayaan di hatinya. Maka jagalah arah hidup baik sebelum maupun sesudah
menikah. Jadikanlah akhirat sebagai hasrat terbesar sesudah Allah
menyempurnakan separoh agama yakni menikah (p.10).
Niat akan
menentukan nilai pernikahan, kira-kira begitu awalan dari buku ini. Selanjutnya
adalah ilmu, karena tak ada yang lebih penting dalam bekal pernikahan selain
niat dan ilmu. Persiapan iman dan takwa adalah masalah yang paling prinsip dan
wajib kita pegang teguh dalam pernikahan (p.128). Buku kecil ini banyak sekali
menyentuh sisi hati saya. Padahal telah sekian lama teronggok di rak buku tak
saya baca.
Inspiring saya
untuk bersegera membaca buku ini adalah sharing mbak Trisa beberapa waktu lalu.
Ada satu poin yang menyentak hati saya kala itu bahwa keraguan dan ketakutan
datangnya dari setan dan ciri lemahnya iman. Banyak sekali pertanyaan saya kala
itu dan alhamdulillah Allah berikan jawabannya melalui buku ini. Saya kerap
kali tiba-tiba ragu untuk melangkah, mungkin karena trauma masa lalu, mungkin
karena ikhtiar saya belum sungguh-sungguh, atau mungkin pula karena niat saya
belum lurus yang akhirnya lamaran demi lamaran lewat begitu saja.
Jika jodoh tak
kunjung datang, bisa jadi letak masalahnya ada pada orientasi kita untuk menikah,
terlalu dunia sehingga Allah ingin kita lurus dulu niatnya untuk akhirat. Ini
adalah bentuk kasih sayang Allah sama kita. Selanjutnya memohon pilihan terbaik
dengan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya. Kita perlu memilih dengan hati-hati,
memilihkan seorang ayah yang sholih menjadi tanggungjawab ibu pada anaknya
sebab kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya itu, demikian
sebaliknya lelaki berhak memilih calon ibu yang sholihah untuk anaknya.
Maka kata
Rasulullah pilihlah karena agamanya niscaya kamu akan beruntung. Sebab pilihan
agama atas dasar keimanan akan menumbuhkan kecintaan pada apa yang membuat
Allah ridho.Dalam hal ini para ulama menyatakan “Hendaklah dia mengosongkan
hatinya dari semua pikiran berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi agar
hatinya tidak condong kepada salah satu urusan sebelum dia beristikharah”
(p.24). Selanjutnya bermusyawarahlah dengan mereka yang menjaga ibadahnya,
indah akhlaknya, dalam ilmunya, khusyuk, dan tawadhu (p.25).
Dalam cinta
ada pilihan-pilihan berat. Cinta kepada istri/suami tidak boleh melebihi cinta
kepada Allah. Disini dikisahkan bagaimana Abu Bakar meminta Abdurahman untuk
menceraikan Atikah, yang keduanya adalah baik akhlak dan agamanya, karena
dilihatnya gelora cinta mereka terlalu kuat sehingga menurunkan kualitas
ibadahnya kepada Allah. Ketaatan Abdurrahman dalam baktinya kepada orang tua,
keteguhannya dalam memegang syariat Allah akhirnya membawanya pada keputusan
berat, bercerai dengan Atikah. Meskipun akhirnya mereka berdua kembali rujuk dan
Abdurrahman syahid dalam perang Thaif. Kita belajar dari Abdurrahman bahwa
dalam memilih mencintai, mencintai Allah adalah diatas segalanya. Semoga Allah
mengarahkan hati kita untuk hal ini.
Dalam buku ini
juga dijelaskan tentang kekuatan visi pernikahan, kisah-kisah inspiratif
penulis sehingga rumah tangga selalu bahagia. Yang kuncinyaadalah visi akhirat
dengan pondasi iman, sabar, dan syukur. Saling menerima kekurangan pasangan,
dibalik kekurangan pasangan terdapat ladang amal sholih dan pahala sabar
didalamnya (p.131).
Judul Buku : Menikah Memuliakan Sunnah
Penulis : Mohammad Fauzil Adhim, Salim A.
Fillah, dkk
Penerbit : Pro-U Media
Halaman : 184
Bandung, 14
April 2017
-THW-
0 komentar:
Posting Komentar