Buku ini hadir untuk memacu pelaku agribisnis padi,
jagung, dan kedelai dalam peningkatan produktivitas agar swasembada pangan
tercapai. Jika kebutuhan beras, jagung, dan kedelai dalam negeri tercukup maka
pelaku agribisnis dapat mengekspornya (p.7a). Padi, jagung, dan kedelai
merupakan komoditas andalan untuk menstabilkan ekonomi dan politik (p.1). Salah
satu problem pengembangannya adalah areal pertanian semakin berkurang akibat
alih fungsi lahan.
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitasnya
adalah dengan manajemen hara, perbaikan fungsi irigasi, penggunaan varietas
unggu baru (VUB), dan teknologi pemupukan. Buku ini khusus mengkaji teknologi
pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan daya dukung lahan atau dikenal
dengan istilah pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL). PHSL ini diterapkan
dengan mempertimbangkan tingkat kesuburan lahan pada setiap lokasi yang
berbeda.
Unsur hara makro utama Nitrogen (N), Pospor (P), dan
Kalium (K) umumnya lebih banyak diserap oleh tanaman padi, jagung, dan kedelai.
N berfungsi untuk pertumbuhan tanaman, dapat menaikkan produksi tanaman, kadar
protein, dan selulosa. Pemberian N dibawah standar dapat menyebabkan pertumbuhan
akar terhambat, warna daun kuning dan gugur, dan kerdil. Sebaliknya jika
pemberian N berlebihan dapat menyebabkan tanaman mudah roboh karena sistem
perakaran menjadi lebih sempit dan menurunkan kadar karbohidrat dan fase
vegetatif tanaman sehingga kualitas tanaman menurun.
Unsur P berpengaruh terhadap pembelahan sel,
pembentukan bunga, buah, dan biji, mempercepat pematanagan, memperkuat batang,
akar, daya tahan terhadap penyakit, sehingga dapat meningkatkan produksi.
Kekurangan unsur P pada tanaman dapat menyebabkan kekerdilan, sistem perakaran
buruk, dan menghambat perkembangan bobot biji.
Unsur K berfungsi untuk meningkatkan kadar
karbohidrat dan gula dalam buah, biji tanaman menjadi lebih berisi, tanaman
lebih tahan terhadap penyakit, meningkatkan perkembangan akar, dan meningkatkan
kualitas buah. Jika tanaman kekurangan unsur K akan menyebabkan tanaman kerdil,
buah mudah rontok sebelum masak dan masak buah lambat, batang lemah dan pendek,
nekrosis pada daun. Kekurangan K juga menyebabkan kadar karbohidrat berkurang
yang menyebabkan buah-buahan menjadi masam.
Untuk meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan
tanaman terlebih dahulu perlu dilakukan analisis tanah, bisa secara uji cepat (quick test) atau analisis laboratorium.
Analisis tanah quick test dapat
menggunakan metode PUTK (perangkat uji tanah kering) jika dilakukan di lahan
kering dan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Aplikasi teknologi PHSL salah
satunya dintentukan oleh hasil analisis PUTS atau PUTK ini. Adapun keuntungan
aplikasi teknologi PHSL adalah penggunaan pupuk digunakan dengan dosis tepat,
waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai; pencemaran lingkungan dapat
dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga; dan mengurangi biaya pupuk.
Dalam buku ini selanjutnya dirinci tentang teknik analisis
hara tanah menggunakan metode PUTK dan PUTS dan aplikasi rekomendasi pemupukan
berdasarkan hasil analisis tersebut. Misalnya jika status kadar K dalam tanah
rendah berapa kg/hektar rekomendasi pupuk K yang perlu digunakan, jika kadar K
sedang berapa kg/hektar rekomendasi pupuk K yang perlu digunakan, dst yang
kebutuhannya berbeda antara jagung, padi, dan kedelai. Di bagian akhir buku ini
dijelaskan bahwa keberhasilan aplikasi teknologi PHSL ini sangat tergantung
kepada kualitas benih yang digunakan.
Judul Buku :
Inovasi Teknologi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Pada Tanaman Padi,
Jagung, dan Kedelai
Penulis :
Karsidi Permadi dan Oswald MarbunPenerbit : ITB
Tahun terbit : 2015
Halaman : 80
Bandung, 23 Mei 2017
-THW-
0 komentar:
Posting Komentar