Minggu, 02 September 2018

Kabola Narasi Perempuan Sumba "Voice of the Voiceless"


Pernikahan adalah peristiwa sakral dan seharusnya merupakan sebuah momen indah yang tak terlupakan. Tapi hal ini tidak berlaku bagi Wini. Di hari perkawinannya, dia malah ingin mati. Dengan kekecewaan yang mendalam, Wini menangis dan meronta dalam pelukan saudarinya, Marta.

Betapa tidak, pria yang akan menjadi suaminya adalah laki-laki pilihan keluarga. Laki-laki yang berasal dari keluarga terhormat dan kaya di kampungnya Wawewa, Sumba Barat. Banyaknya harta menjadi tolak ukur terhormatnya sebuah pernikahan di kampung ini. Demi gengsi, kekayaan, dan harga diri keluarga, Wini dinikahkan dengan Bili,  laki-laki yang bahkan tidak menamatkan sekolah pada level wajib belajar dan terkenal dengan perilakunya yang kurang baik.

Meskipun Wini adalah seorang terpelajar, Sarjana tamatan universitas swasta yang terkenal di Yogyakarta, statusnya sebagai wanita menjadikannya berada pada posisi yang lemah dalam setiap keputusan adat dan keluarga. Wanita Wawewa diwajibkan untuk menikah dengan pria Wawewa. Wini tidak punya hak untuk memilih siapa yang akan menjadi pasangan hidupnya, bapanya menjadi hakim dalam keluarga. Bahkan mamanya hanya bisa menangis dan pingsan saat pernikahan Wini. Beliau sangat bersedih dan merasa bertanggung jawab atas derita Wini yang kehilangan kekasih hati karena tidak punya daya dan upaya untuk menentang keputusan bapanya. Kegundahan batin para wanita dalam keluarga Wini menjadi ironi jika dibandingkan dengan hiruk-pikuk dan gemerlapnya pernikahan Wini dan Bili.

Dalam pusaran kultur Wawewa yang memposisikan wanita sebagai kaum marginal, derita Wini seolah tak kunjung berakhir. Di saat Wini sedang hamil, mamanya meninggal dunia. Di sisi lain,  Dia harus bertahan dengan suaminya yang berperangai buruk  dan pemalas akibat didikan yang sangat permisif oleh orang tua dan dimanjakkan dengan uang sejak kecil. Suaminya selalu mabuk-mabukan, dan tidak bertanggung jawab, bahkan setelah Belva (anak Wini dan Bili) beranjak SD. Wini tak punya kuasa untuk berpisah dengan Bili, meskipun secara nyata dia tahu jika suaminya telah punya wanita idaman lain di luar sana. Selain tidak dibolehkan secara adat, Wini dan keluarganya tidak akan mampu untuk mengembalikan setiap sen seserahan yang diterima saat pernikahan dulu. Bahkan setelah Bili harus menikah lagi karena selingkuhannya telah berbadan dua.

Membaca lembar demi lembar kisah wanita Wawewa yang diwakilkan oleh Wini dalam novel ini sungguh menimbulkan rasa iba yang mendalam. Apalagi ini adalah novel yang diangkat dari kisah nyata.
Adat dalam masyarakat kita memang masih menjadi salah satu rujukan utama dalam aturan berkehidupan masyarakat. Kuasa adat selalu menghadirkan pihak-pihak yang berkedudukan dominan dan lainnya marginal. Dalam konteks Wawewa, laki-laki berada pada posisi yang mendominasi. Seolah membaca kisah Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih dalam setting yang berbeda.

Sebagai seorang yang mendalami ilmu sosial, penulis dengan apik menggarap kisah ini dengan membumbuinya dengan beragam teori-teori sosial tentang kuasa dan budaya. Teori-teori ini berseliweran di setiap bab di antara kisah cinta dan keluarga Wini. Sebut saja Raymond Williams dengan Culture and Society, Foucalt dengan kuasa wacana adalah sebagian teori yang diacu dalam membedah adat di Sumba Barat.

Dampak adat Wawewa dalam kehidupan wanitanya yang diurai dalam novel Kabola ini tidak hanya berhenti sampai pada kisah Wini (Mama Belva) tetapi berlanjut hingga Belva dewasa dan memasuki usia untuk berumah tangga. Takdir membawa kisah ini pada muaranya. Mama Belva dan Belva akhirnya memilih untuk memposisikan adat dan menjalani hidupnya dengan cara berbeda. Hanya dengan membacanya secara keseluruhan kita akan memahami pilihan sikap dari setiap tokoh yang dihadirkan dalam kisah ini.

Jika tertarik membaca buku ini, saya sarankan agar tidak memulainya dengan membaca pengantar yang dituliskan oleh Prof. Dr. Alo Liliweri karena akan segera menghapus rasa penasaran tentang ending kisah ini. Beliau terlalu terbuka dan saya menyesal membaca komentarnya paling mula.

Judul           : Kabola
Penulis        : Dony Kleden
Penerbit      : Lintang Pustaka Utama
Th terbit      : 2016

-        -  Saidah R -

0 komentar: