Minggu, 02 September 2018

The Art of War, Sun Tzu.


Menurut Sun Tzu, kemenangan ada Lima;
Mengetahui kapan seseorang dapat dan tidak dapat bertempur, adalah kemenangan
Mengetahui cara menggunakan yang banyak dan yang sedikit, adalah kemenangan
Atasan dan bawahan menghasratkan hal yang sama, adalah kemenangan
Siap dan memastikan yang tidak siap, adalah kemenangan
Sang Jenderal yang mampu sementara sang Raja tidak campur tangan, adalah kemenangan
(Halaman 196)

Siapa yang tidak mengenal Sun Tzu? Terlebih para aktifis politik praktis, sejarawan, pegiat literasi, penasehat militer, konsultan, bahkan hingga praktisi kesehatan pun mulai menerapkan strategi yang diciptakan Sun Tzu sekitar 4 abad SM dalam hampir semua masalah yang dihadapi. Dan terbukti, bahwa bukan hanya dalam militer saja strategi Sun Tzu dapat digunakan, namun berbagai bentuk masalah dan problematika kehidupan dapat terselesaikan, minimal didapatkan solusinya.

Dalam buku ini, fokus utama para penerjemah dalam Denma Translation Group adalah pada sudut pandang Sun Tzu, yakni 'Mengambil Seutuhnya', yang jika secara singkat dapat dibilang adalah kemampuan Sun Tzu untuk melihat keseluruhan hal yang dihadapinya. Dijelaskan Sun Tzu, “mengambil seutuhnya” terbagi dalam 4 faktor yang saling terkait. Pertama, memahami sifat segalanya, dimana sifat segalanya ini berpatokan pada hal-hal kecil relevan yang membentuk pola keseluruhan. Kedua, mengenai hubungan-hubungan. Sun Tzu dalam hal ini menekankan pada interaksi, interaksi manusia dengan alam, manusia dengan manusia, dan manusia dengan penciptanya. Ketiga, adalah mempelajari Shih, atau dalam buku ini Shih dipahami sebagai kekuatan. Kekuatan yang dimaksud berada pada semua hal. Seperti energi. Keempat adalah mengenal Tao. Memahami Shih sebagai kekuatan, maka Tao menekankan pada bergesernya konfigurasi Shih atau perubahan energi. Tao juga bermakna cara kerja segalanya, pola-pola dalam waktu dan ruang.

Sebelum melanjutkan pada resume, membaca hasil terjemahan kitab-kitab Sun Tzu ini, saya menyadari beberapa kesamaan antara Sun Tzu dan Rasulullah SAW. Adanya faktor keimanan/agama dalam metode “mengambil seutuhnya” Sun Tzu semakin memperjelas bahwa sistem manajerial dalam hal ini politik ataupun militerisasi tidak dapat dipisahkan dari agama. Pengaruh Tao dalam bagaimana Sun Tzu memahami sebab akibat setiap pola dan hubungan dalam kehidupan dengan yang cakupan luas yakni kesejahteraan negara dan rakyat, disempurnakan oleh Rasulullah SAW 2.000 tahun setelahnya di Madinah. Ok, lanjut ke resume ya..:)

Buku ini dibagi dalam 4 bagian, yakni Pendahuluan, Bagian Satu, Bagian Dua dan Bagian Tiga. Masing-masing Bab saling berhubungan, dimana sepintas membaca, terkesan diulang-ulang. Namun saya memahaminya sebagai analisa dan penafsiran berbeda-beda yang dikumpulkan Tim ini dalam kumpulan literasi Sun Tzu. Hal ini pun dijelaskan diawal Bab, yakni bagian pertama.

Lebih lanjut, pembacaan pun akan disuguhi naskah asli Sun Tzu yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Sebagian besar memiliki rima dengan susunan yang apik, ciri khas bangsa Tionghoa ini untuk mewariskan ilmu kepada penerusnya, atau disebut disini tradisi lisan. Dalam penjabaran dalam menerjemahkan dan menafsirkan, beberapa kali dibandingkan dengan redaksi lain naskah Sun Tzu. Hal ini diakui Tim penerjemah Denma bahwa, naskah konkritnya yang berupa gulungan bilah-bilah papan pun terkadang saling berbeda redaksi dengan naskah lain yang ditemukan dalam perpustakaan kerajaan dinasti Chou. Karena, ternyata cukup banyak yang mendokumentasikan metode Sun Tzu, baik koleganya, kalangan pelajar, dll disebabkan metode ini awalnya pun disebarkan dengan lisan Abad 4 SM. Cara pandang Sun Tzu ini pun baru tersebar di Masa perang negara bagian yang terkenal sekarang dengan perang 3 kerajaan, atau Romance of Three Kingdom. Walaupun terdapat perbedaan, analisis dan penafsiran yang diberikan dijelaskan dengan cukup baik dan logis. Salah satunya, setelah dinasti Chou digulingkan oleh negara-negara bagian yang dibentuknya, negara-negara bagian ini saling berperang satu sama lain untuk memperebutkan tahta kekaisaran. Sehingga, dipastikan metode Sun Tzu ini berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara bagian ini.

Sebelum mengakhiri,
Membaca buku ini, bagi saya merupakan sebuah kebutuhan, khususnya dalam menghadapi komunikasi politik dimana banyak intrik-intrik tersembunyi yang perlu penerawangan, hehehe... Selain itu cukup banyak frasa-frasa motivasi yang ada, sehingga seperti membaca buku motivasi. Seperti dua paparan Sun Tzu ini;
Tindakan terampil timbul hanya dari pengetahuan akan segala detail dalam situasinya atau Sun Tzu menyebutnya "mengambil seutuhnya", yakni dimulai dengan hal-hal yang biasa dari kehidupan kita.
Kemenangan sejati adalah kemenangan yang atas agresi, kemenangan yang menghargai kemanusiaan dasar musuh sehingga menganggap konflik lebih lanjut sebagai tidak perlu.

Untuk yang terakhir, saya jabarkan sedikit. Dengan sudut pandang yang luas, dan menyebutkan dirinya Sang Komandan Bijak, saat perang, Sun Tzu menjelaskan bahwa dirinya bukan menyerang objek milik lawan, seperti prajurit, menara pengawas, kereta perang, kavaleri, dll. Tapi yang dihadapinya adalah strategi lawan. Salah satunya karena dalam beberapa bentuk perang yang dijabarkannya, memanfaatkan sumberdaya milik lawan (prajurit, kereta perang, logistik, dkk) setelah perang merupakan target utamanya. Olehnya, sebagian besar strategi Sun Tzu diawal, adalah menyerang titik terlemah lawan tanpa lawan menyadarinya.

The last, seperti yang dijelaskan Sun Tzu kemudian, yakni; metode, strategi, dan sudut pandangnya bukan hanya soal militer dan perang, but mencakup banyak hal dalam banyak segi kehidupan.

Judul Buku      : The Art of War, Sun Tzu
Penulis        : Denma Translation Group
Penerbit      : Binarupa Aksara
Jml Hal       : 320 halaman


Raja Ampat, 02 September 2018
-                               Arsul -

0 komentar: