Minggu, 02 September 2018

Old Death, the Wild West Journey


Winnetou Apache Old Death, the Wild West Journey

Akhirnya, setelah sekian lama mencari, alhamdulillah buku ketiga dari seri Winnetou Apache berhasil saya temukan. Setelah sebelumnya pada buku pertama dan kedua menjelaskan cikal bakal hubungan persahabatan yang berakhir dengan persaudaraan antara sang Indian kulit merah, Winnetou, kepala suku Apache dan petualang kulit putih keturunan Jerman, Old Shaterhand, buku ketiga ini lebih khusus kepada petualangan Old Shaterhand di era perang saudara Amerika. Dentuman perang antara blok Utara dan Selatan di negeri paman Sam itu mempertemukan Old Shaterhand dengan salah satu legenda Wild West yang terkenal, the Old Death.

Diawali dengan lanjutan pengejaran terhadap Santer, koboi licik yang membunuh Inschu Thscuna, Winnetou, sang kepala suku Apache dan saudara sedarahnya, Old Shaterhand berjanji akan bertemu di St. Louis untuk menghadang Santer sebelum lebih jauh menuju daratan Amerika. Di St. Louis, Old Shaterhand mendapatkan petunjuk menuju New Orleans untuk mengejar Santer yang sedang menuju daratan Selatan Amerika. Dalam perjalanannya itu, kapal yang ditumpangi Old Shaterhand terhempas hingga ke Tortuga akibat badai besar yang tiba-tiba muncul. Seluruh harta dan perlengkapannya tenggelam didasar lautan. Enggan meminjam dan mengemis uang, Old Shaterhand menuju New York. Disana, dirinya bekerja sebagai Detektif Swasta bersama Josh Taylor. Sebuah kasus yang diselidikinya mengantarkannya kembali ke St. Louis, yang kemudian berlanjut menelusuri sungai Mississippi menuju pesisir selatan Amerika, New Orleans. Tugasnya adalah mencari pasien sakit jiwa, anak seorang bankir kaya, William Ohlert, bersama dokter gadungannya, Gibson.

Di New Orleans lah Old Shaterhand pertama kali bertemu Old Death. Gibson yang berhasil memperdaya Old Shaterhand, segera meninggalkan New Orleans. Setelah mencari-cari petunjuk, Old Shaterhand tahu jika Gibson berencana menuju Texas melalui Quintana untuk melarikan diri melalui perbatasan selatan Amerika menuju Mexico.

Dalam perjalanan menuju Quintana, kapal yang ditumpanginya sempat berlabuh di Matagorda. Di Matagorda, Old Shaterhand kembali bertemu Old Death. Old Death yang ternyata menyimpan perasaan marah kepada Gibson, menemani Old Shaterhand mengejar Gibson. Setelah mencari informasi, ternyata Gibson merubah alur perjalanannya melalui Kota Austin.

Untuk mengantisipasi jalan pikiran Gibson yang berubah-ubah, Old Shaterhand meniru perlengkapan Old Death, mengganti seluruh perlengkapannya dengan ciri khas seorang pengintai. Bahkan hingga memanggul pelana kudanya sendiri.

Saat di Austin, Old Shaterhand akhirnya bertemu kembali dengan saudaranya, Winnetou setelah insiden perkelahian di Bar dengan gerombolan pengawas budak. Para pengawas budak ini kehilangan pekerjaannya karena Presiden Juarez menghapus sistem perbudakan di Meksiko dan sekitarnya. Dalam reuni singkatnya itu, Winnetou tetap meminta Old Shaterhand menyembunyikan identitasnya, bahkan kepada Old Death sekalipun dan keduanya kembali berpisah dikarenakan Winnetou pun memiliki tugas lain di Meksiko.

Saat mencapai La Grange, kota perbatasan Meksiko, Old Death dan Old Shaterhand mendaftarkan diri sebagai tentara bayaran kepada Senor Cortesio, salah satu anak buah Presiden Juarez yang merekrut militan untuk melindungi Republik Mexico. Hal ini, menurut old Death, agar memudahkan mereka dalam mengejar Gibson karena, akibat intensitas kemungkinan pecahnya perang saudara, wilayah Selatan dipenuhi orang-orang, baik yang ingin melarikan diri, maupun mencari keuntungan disela-sela kecamuk perang.

Dibagian akhir kisah ini, Karl May membungkus apik ending dengan salah satu legenda Amerika, Gerombolan Ku Klux Klan. Kelompok keji yang berisi gerombolan penjahat yang satu-satunya tindakan kejahatan yang diatasi dengan perintah langsung Presiden Amerika atas persetujuan senat. Yakni perintah pemusnahan. Jika di Indonesia, mirip dengan G30SPKI sepertinya.

Lanjut sedikit, ternyata gerombolan pengawas budak yang ditemui old Shaterhand dan old Death di Austin, merupakan salah satu kelompok Ku Klux Klan. Menaruh dendam kepada keduanya, gerombolan pengawas budak merancang penyergapan ditempat Old Shaterhand dan Old Death menginap. Namun, yaah,, bukan namanya Old Shaterhand jika tidak mengakali penyergapan tersebut. Bahkan, dengan bantuan Old Death, malam penyergapan tersebut menjadi sesuatu yang dikenang masyarakat La Grange, Meksiko.

Beberapa hal yang menarik dari kisah ini adalah selama berpetualang bersama, Old Shaterhand tidak pernah menyebutkan nama maupun panggilannya di wild west, yakni old Shaterhand. Karena, menurut Winnetou, alangkah baiknya jika old Shaterhand tidak mengenalkan namanya, karena old Death pasti mengenal nama itu dan tahu hubungannya dengan para Indian. Walaupun tidak akan berakibat buruk, menurut Winnetou, hal tersebut hanya akan menciptakan dinding tak kasat mata disekitar Old Shaterhand. Bahkan, sepanjang perjalanan Old Shaterhand dan Old Death, Old Death sering memanggilnya tanduk hijau, mirip yang dilakukan Sam Hawkens dibuku pertama dan kedua, malah Old death mengenalkannya dengan nama Muller kepada Senor Cortesio. Hehehe..:)

Judul Buku      : Old Death
Pengarang   : Karl May
Penerbit      : Visimedia
Jml Hal       : 160 halaman

Raja Ampat, 06 Agustus 2018
-          Arsul -

0 komentar: