Sabtu, 10 Januari 2015

JANGAN SADARIN JILBABER






Penulis                           : Chio
Penerbit                          : Anomali - buku unik-
Cetakan                          : 2009
Tebal                              : 200 halaman
Harga                              : Rp. 27.000,-


Buku kecil dengan tebal 200 halaman dan cover unik ini membuat penasaran siapapun yang membaca judulnya termasuk saya. JANGAN SADARIN JILBABER dipilih penulisnya (Chio) sebagai judul buku. Pemilihan kata yang apik dan cerdik, karena siapapun akan selalu ingin tahu lebih dalam tentang sesuatu yang menggunakan  kalimat negative, yaitu kata JANGAN.  Mengapa  jilbaber sebagai objeknya? Kenapa jangan sadarin jilbaber? Chio, sang penulis pada komunitas Lini Badai Otak, menggunakan bahasa “gaul” yang mudah di pahami anak muda. Dari bahasa dan pilihan kata buku ini seolah ditujukan  pada para akhwat atau mungkin segolongan komunitas tertentu. Dalam buku ini penulis sering menyampaikan ide dengan bahasa yang sedikit “nyleneh” , seperti saat ia memposisikan dirinya sebagai  “cowok bejat atau ikhwan genit” (hal. 30). Jadi buku ini ditulis dari sudut pandang pribadi seorang cowok “nakal” yang senang melihat habbit yang kurang baik bagi para akhwat dan juga dari sisi pemikiran dalam sebuah organisasi.
Penulis seolah enggan menyadarkan para akhwat yang hobi dandan modis, memilih corak jilbab yang warna warni dan cantik-cantik padahal itu untuk digunakan di luar rumah (hal 26), jangan pakai kaos kaki panjang, karena para akhwat yang biasanya sibuk dengan mobilitas tinggi dan naik motor memudahkan lawan jenis melihat hal yang memungkinkan seorang imam besar kehilangan hafalannya (hal 33). Penulis juga menyoroti penggunaan jaket dengan tulisan sebuah organisasi dakwah dengan kalimat mutiara, yang dari ukuran memang sudah baik karena tidak ngepas di badan, tapi dari sisi pemahaman, untuk niatan apa lambang organisasi tersebut di publish pada jaket yang semua orang bisa melihatnya? (hal 36). Tentang kebiasaan akhwat yang kurang merawat diri, seperti rambut sengaja di potong  pendek agar bisa keramas sebulan sekali, mentang-mentang tidak kelihatan orang lantas tak dirawat dengan baik (hal 50).
            Membaca bagian awal saja sudah bikin “gerah” dan kepanasan entah karena bahasanya banyak yang menyindir atau karena yang ditulis memang sebuah fakta. Fakta-fakta yang mengatakan bahwa karena sibuknya sang akhwat yang juga anak kost-an maka makanpun tidak pernah ambil pusing, dan dipilihlah menu favorit “mie instan” yang mengandung banyak bahan pengawet. Memilih produk-produk yang mengandung banyak bahan kimia untuk dikonsumsi seperti pasta gigi berfluoride dan lupa dengan sunah Rasul yang menggunakan siwak yang sebenarnya non kimia. Para akhwat juga dilenakan dengan dogma tidur, sebuah doktrin yang mengatakan kita harus tidur 8 jam. Benarkah seperti itu? Di usia kita yang sedang berada dalam puncak dari energi yang ada di rentang waktu umur manusia ini? teruskanlah kesia-siaan waktumu agar tertunda dan semakin lama kebangkitan Islam.
Silahkan gunakan facebook untuk ngetik status yang tidak penting, pasang foto narsis dengan berbagai pose dan lupakan bahwa si pembuat facebook adalah pemuda Yahudi yang juga aktivis organisasi Yahudi  AEPI (Alpha Epsilon Pi Fraternity). Juga tentang berapa banyak akhwat yang panas saat seorang da’i negeri ini memutuskan untuk poligami? Berapa banyak dari mereka yang jadi tidak suka dengan pendakwah ini? Marilah kita tengok seorang tokoh besar negeri ini, seorang juru dakwah handal bernama M. Natsir. Dalam masalah poligami M. Natsir dengan tegas mengatakan boleh, karena ada dalilnya dalam Al-Qur’an, meskipun beliau sendiri tidak melakukan poligami bahkan seumur hidupnya hanya beristrikan seorang saja. Berbeda dengan beberapa tokoh besar negeri ini yang semua orang tahu bahwa ia menentang keras poligami, tetapi istrinya ada dimana-mana dan sejarah mengatakan bahwa ia dekat dengan banyak perempuan. Ini sikap M. Natsir yang disebut dengan, meminjam istilah Pramoedya Ananta Toer, adil sejak dalam pikiran.
Lembar akhir dalam buku ini sekilas membahas tentang harakah. Ada beberapa tingkatan kesadaran akan agama yang kita anut. (1) mereka menyadari bahwa dirinya membutuhkan agama sebagai bagian dari kebutuhan akan Tuhan. (2) kesadaran  bahwa agama tidak sekedar untuk dianut tapi juga dijalankan dalam segala aspek kehidupan ini. (3) kesadaran bahwa ia harus menyebarkan agama ini kepada yang lain. (4) kesadaran bergerak dalam sebuah jamaah. Pada tingkatan kesadaran berjamaah ini, banyak hal yang harus diperhatikan. Berjamaah bukanlah sekedar kumpul-kumpul karena kenyamanan. Tapi ikutilah dengan pemahaman dan kesadarn apa yang kita ikuti itu.

 (Sumber gambar: jilbablovers.wordpress.com)

0 komentar: