Selasa, 20 Januari 2015

Pendidikan Anak Ala Jepang

Judul          : Pendidikan Anak Ala Jepang
Penulis       : Saleha Juliandi M.Si & Juniar Putri, S.Si
Penerbit     : Pena Nusantara
Halaman    : 2-173
Pembuat     : Amiris Sholehah,  IM 1



    Konnichiwa….. Adakah yang pernah membaca kisah gadis cilik di jendela bernama Totto Chan? Saat membaca buku Pendidikan Anak Ala Jepang ini, saya diajak bernostalgia dengan keramahan kepala sekolah Sosaku Kobayashi, Papa dan Mama Totto Chan yang paham pada perkembangan anaknya, teman-teman ABKnya dan sistem pendidikan di Tomoe Gakuen, sekolah Totto Chan. Ya, buku yang sudah saya baca sampai tuntas ini sepertinya adalah teori dari kisah anak cerdas bernama Totto Chan itu.
    Buku yang ditulis berdasarkan pengalaman penulisnya ini, sangat recommended untuk guru PAUD di Indonesia. Pendidikan yang dibahas pada buku ini  hanya untuk TPA, TK dan SD saja. Masih di halaman awal dan saya dibuat terkesan dengan bahasa yang disampaikan oleh Penulis , ia mampu menyampaikan dengan bahasa yang ringan dan tidak terkesan menggurui. Bahasan pertama tentang selayang pandang pendidikan formal di Jepang. Kita yang di Indonesia mungkin sudah terbiasa menyebut pakaian sekolah dengan seragam, tapi jangan kaget kalau di Jepang yang berseragam itu tidak hanya pakaian sekolah saja melainkan semua perlengkapan sekolah termasuk tas yang rata-rata berseragam. Hal ini dilakukan bertujuan untuk meminimalisir sifat iri antar siswa. Dari seragam saja kita sudah bisa melihat tujuan pendidikan di Jepang adalah membentuk karakter siswa yang untuk hal ini mereka sadar betul bahwa harus ditanamkan sejak usia dini.
Yang unik dan menarik, di Jepang ada upacara penyambutan siswa baru. Acaranya cukup formal dengan dihadiri kepala sekolah beberapa lembaga, guru dan orang tua murid, setelah upacara formal ini acara dilanjutkan dengan berkeliling sekolah. Pada sesi berkeliling sekolah ini, anak-anak TK didampingi orang tua masing-masing, dan untuk siswa SD didampingi oleh kakak kelas mereka. Kalau di lembaga saya istilahnya tutor sebaya. Untuk hal ini siswa mulai belajar bertanggung jawab, menyayangi yang lebih muda dan proses pembentukan karakter lainnya. Menyenangkan, bukan? Ajang ini bisa membuat mereka saling kenal dan semakin akrab.
Kepala sekolah  di Jepang juga bertugas menyambut dan mengantar siswa di depan pintu gerbang sekolah, mereka sangat ramah dan selalu tampil ceria. Penampilannya juga tidak terkesan formal, biasanya kepala sekolah di sana memakai training atau baju santai karena tugas kepala sekolah sendiri tidak hanya duduk di kantor melainkan juga merawat tanaman, mengelilingi sekolah, dll. Kerja keras seorang pemimpin di Jepang tidak diberikan secara teoritis, namun dicontohkan langsung. Dari sini maka terjawab sudah kenapa Totto Chan sangat dekat dengan kepala sekolahnya dari awal masuk.
Hal yang membuat saya terkesan juga saat liburpun siswa di Jepang masih bisa terikat dengan sekolah, rekomendasi kegiatan berlibur dengan keluarga datang dari sekolah, guru-guru yang mengirimkan surat dengan tulisan tangannya sendiri dan kegiatan menarik lainnya. Jadi walaupun libur, ikatan batin antar guru dan siswa tetap dekat. Perlu ditiru
Masih banyak kegiatan menarik yang tidak bisa saya sampaikan pada resume ini, bisa kita lanjut di diskusi ya….
    Sayonara, ashita mata ne…..

0 komentar: