Senin, 09 Juni 2014

My Life as Writer



Judul Buku: My Life as Writer
Pengarang: Haqi Achmad & Ribka Anastasia Setiawan


Pengantar
Buku ini semacam buku tips menulis, ada 5 penulis yang dikupas di sini. Tentang karyanya, tentang inspirasi yang didapat dari apa yang dialaminya sebagai sejarah kehidupan. Dan dengan itu ia tidak hanya mengubah hidup sendiri, tapi juga hidup orang lain. Dalam buku ini, lima penulis mumpuni akan membagi cerita mengenai perjalanan karier mereka. Lima latar belakang berbeda, lima energi kreatif berbeda. Lima penulis yaitu Alanda Kariza, Farida Susanty, Clara Ng, Vabyo, dan Dewi Lestari yang berbagi cerita mengenai perjalanan karir mereka. Buku ini enak dibaca, banyak grafis warna warni yang memikat mata, membacanya seperti kita sedang membaca majalah. Apalagi penyajian Quotes-quotesnya yang full kreatif. Mungkin ini sedang jadi tren di buku genre memoar, menampilkan kreasi grafis untuk menarik minat baca dan agar kita yang membaca menjadi tidak bosan.

Energi 5 kreatif
Kita simak dulu kutipan-kutipan dari buku ini yang dituturkan oleh para penulis.

“Kalau semua diambil dariku—misalnya, saat berkeluarga, akhirnya aku tidak berorganisasi lagi—kurasa nggak apa-apa. Tapi kalau sampai nggak boleh menulis…aduh, nggak kebayang banget.”
__Alanda Kariza__

“Mungkin karena ketika kamu menulis sesuatu begitu lama, kamu seperti berteman dengan karakternya, kemudian karakter ini harus dikenal juga oleh khalayak. Mungkin ini yang aku perjuangkan.”
__Farida__

“Aku takut melempar sesuatu ke tengah masyarakat. Dari ketakutan itu, aku sempat berpikiran untuk tidak jadi memasukkan bukuku ke toko buku. Aku ingin menyimpan semua bukuku sendiri.”
__Clara Ng__

“Kadang-kadang cara aku nulis itu beda banget. Misalnya nih, aku cerita soal hari ini aku makan bakso, tapi yang cerita di situ adalah teh botol yang melihat laki-laki rakus sedang makan bakso.”
__Vabyo__

“Temanku ada yang diumur dua puluh enam punya target harus pergi ke Kilimanjaro. Kalau aku punya target diumur dua puluh lima ingin menerbitkan buku.”
__Dewi Lestari__

Kesemuanya memiliki kekhasan, lintas generasi, lintas genre dan tentunya tiap penulis memiliki keyakinan karir dari aktivitas kepenulisannya.


Menulis adalah bekerja untuk keabadian – Umar Kayam”

Dengan menulis seseorang akan meningkat kualitas hidupnya. Dengan menulis seseorang juga bisa mengekspresikan dirinya dan mengeluarkan aspirasinya lewat tulisan. Menjadi seorang penulis adalah impian kebanyakan orang dan bisa dijadikan sebuah profesi. Dengan menulis seseorang belajar untuk mengekspresikan dirinya, logika berpikirnya, dan dengan upayanya itu, ia bisa mengubah hidup orang lain. Menjadi seorang penulispun tidak begitu sulit, asalkan disiplin dan mempunyai niat yang kuat.

Jika kita membaca karya Alanda Kariza, kita dapat mengetahui karakter yang bersangkutan dari tulisannya. Di tiap bukunya, Alanda selalu secara gamblang menyampaikan apa yang menjadi isi hati dan pikirannya. Ini berarti sesuai dengan ungkapan bahwa apa yang kamu tulis adalah cerminan dari isi pikiran dan isi hati kamu sendiri. Awal kecintaannya dengan dunia tulis menulis adalah ketika ia menyenangi jurnalistik dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Ia mengikuti klub jurnalistik di sekolah untuk mewujudkan kecintaannya dalam dunia tulis menulis. Tips dari Alanda, ketika menulis kita harus banyak tanya. Artinya kita harus mencari tahu, baik ke senior ataupun ke teman-teman yang memiliki kecenderungan bacaan.  Tips kedua adalah dengan banyak baca. Dengan banyak membaca, diharapkan mampu menilai tulisan yang baik dan yang kurang baik. 

Untuk tips yang kedua versi Alanda Kariza, juga di amini oleh Clara NG, bahwa jika ingin menjadi penulis harus banyak-banyak membaca. Kalau seseorang banyak membaca, secara alamiah akan terdorong untuk menulis. Proses mendengar, berbicara, membaca, dan menulis itu berurutan seperti bayi belajar berbahasa. Bahkan menurut Clara NG, untuk menjadi seorang penulis, menurut Dia tidak ada patokan umur lho. Yang penting jangan memaksakan diri ketika belum matang menjadi seorang penulis. Selain itu, jangan pernah biarkan mood menganggu proses menulis kita. Terus lah menulis dengan berpegangan dan berkomitmen pada motif kita untuk menulis.Jangan khawatir jika kita butuh waktu lebih panjang untuk menjadi penulis. Biarkan diri kita dan ide itu sendiri mencapai tingkat ‘kematangan’nya. Temukan motif kenapa kamu mau menulis, itulah yang ditekannya Clara Ng. Tegaskan apa tujuan kam menulis. Menulis adalah aktivitas yang memerlukan kerja keras.

Menurut Dewi Lestari. Penulis yang populer lewat SUPERNOVA dan akrab disapa Dee ini menuturkan beberapa tips untuk menjadi penulis yang berangkat dari pengalamannya selama ini. Yang pertama adalah berani gagal. Terus saja menulis jika tulisan kita di tolak atau di bilang jelek, anggap saja sebagai masukan agar tulisan kita semakin baik. Yang kedua berani berhasil. Seorang penulis harus bisa menangani dirinya, karyanya dan tau harus melangkah kemana. Dia harus mampu menggambarkan road map karyanya jika menemukan keberhasilan nantinya. Tips ketiga dari Dee yaitu menjadi pengamat yang baik. Kita harus jeli melihat segala sesuatu, mulai dari diri sendiri, orang sekitar, maupun lingkungan. Sebab semua itu bisa menjadi sumber tulisan. Tips yang terakhir dari Dee adalah jujur dengan diri sendiri. Seorang penulis harus menentukan bukunya sendiri, meskipun suka dengan karya-karya penulis terkenal tanpa terpengaruh dengan karyanya. Bahkan menurut Dee, penentu seorang menjadi seorang penulis itu bukan semata-mata karena bakat, melainkan kerja keras. Terkadang atau sering seseorang yang ingin memulai menulis, atau bahkan sudah menjadi penulis yang tenar, kewalahan melawan writer’s block. Menurut Dee, lawan Writer’s Block dengan mandi! Otak dan badan kita sepertinya butuh penyegaran, bukan segudang hal ‘menyilaukan’ diluar proses penulisan sana.

Lain halnya menurut Farida Susanty, bahwa semua orang itu bisa nulis. Mengawali karir menulis di usi muda dan menerbitkan buku yang berbeda dari yang lain. Yang penting punya niat untuk mengembangkannya pasti akan ketemu mau seperti apa. Dan lagi seperti Dewi Lestari, bahwa penulis harus jujur dengan diri sendiri, itu salah satu kunci dimana seorang penulis mempunyai karakter. Tapi kalau menurut Vabyo, yang punya nama asli Valiant Budi Yoga menjadi serang penulis itu harus tahan kritik dan jangan goyah hanya karena kritik. Karena penulis best seller pun juga masih kena kritik, agar karnyanya terhaga dengan baik. Selain itu penulis harus bisa menjaga ide dengan baik. Jangan takut untuk mendobrak ide, menelurkan ide yang baru karena siapa tau ide itu akan menjadi trend berikutnya, begitu pengakuan dari Vabyo.

Buku My Life as Writer ini sangat menarik bagi yang ingin tahu cerita penulis yang saat ini sedang populer  di Indonesia. Rasa penasaran akan latar belakang, pemikiran para penulis yang dapat mendorong kita untuk mencerna buku ini dengan lahap. Ternyata tidak seperti yang dibayangkan pada banyak orang, bahwa penulis mesti sosok yang "cerdas" melebihi orang rata-rata dengan kacamata minus tebal, harus lebih fasih dalam merangkai kata daripada orang kebanyakan, dan kalau belum menuliskan buku sarat kata-kata yang sukar dicerna maka belum dianggap penulis hebat. Di buku ini kesan seperti itu tidak nampak, sosok para penulis yang diangkat itu orangnya asyik, masih muda dan terus belajar buat berbagi makna kehidupan lewat tulisan. Mereka disini berbagi banyak hal dalam dunia penulisan, mulai dari awal mereka terjun menjadi penulis hingga tips-tips menarik yang fresh from the oven. So, kamu juga pasti bisa.


0 komentar: