Senin, 09 Juni 2014

Supernova Partikel



 Judul buku: Supernova Partikel
Penulis: Dewi Lestari
Penerbit: Bentang
Jumlah halaman: 493


Akhirnya saya bisa posting juga resume ini yang udah ditagih-tagih sama oknum tertentu. Buku Supernova karya Dewi Lestari ini merupakan buku sekian-logi yang saya pinjam dari Pu dalam rangka menjadi orang yang tetepa gaul dan up to date (halah). Buku Supernova Partikel ini adalah buku keempat, yang udah didahului sama Supernova Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, Supernova Akar dan Supernova Petir. Setiap seri supernova menceritakan tentang satu tokoh khusus dengan keunikannya masing-masing. Dalam buku Supernova Partikel ini, tokoh utama bernama Zarah. Sekian intronya, sekarang saya mulai dengan isinya.  

Zarah Amala adalah anak perempuan yang lahir dari pasangan Firas dan Ibu. Zarah memiliki adik yang bernama Hara dan calon adik yang meninggal sesaat setelah dilahirkan karena kelainan langka dan belum sempat dinamai. Firas merupakan anak angkat dari Abah dan Nenek. Sedangkan Ibu adalah anak kandung satu-satunya dari Abah dan Nenek. Abah dan Nenek merupakan tokoh masyarakat dan juga tokoh agama yang terkenal di sebuah desa kecil di Bogor, Desa Batu Luhur. Abah sering mengisi acara-acara keagamaan dan jadi tempat konsultasi permasalahan warga desa tersebut. Firas pun tumbuh menjadi tangan kanan Abah dalam mengurus desa, pun dirinya diberi karunia berupa kecerdasan dalam berbagai hal, terutama tentang alam. Firas akhirnya menjadi dosen di salah satu institusi bergengsi di Bogor, menjadi ahli di bidang Mikologi, menjadi pembina usaha pertanian dan perkebunan warga desa, dan menjadi suami Ibu.

Ketika Zarah lahir, hubungan keluarga Abah-Nenek dengan Firas-Ibu masih harmonis, belum ada ketidak-cocokan atau konflik yang nyinetron. Permasalahan mulai muncul akibat Firas yang berani pergi ke tempat yang sangat dianggap angker dan tidak boleh didatangi oleh warga Desa Batu Luhur. Tempat itu disebut Bukit Jambul. Warga sekitar percaya bahwa siapapun yang pergi ke Bukit jambul, maka tidak akan kembali lagi, sama sekali. Namun Firas, yang sangat tertarik dengan alam dan tidak mempercayai hal klenik ataupun mistis, tetap pergi ke Bukit Jambul diam-diam. Kunatitas Firas ke Bukit Jambul pun semakin meningkat, sehingga warga akhirnya tau kebiasaan Firas mengunjungi Bukit Jambul.

Semenjak mulai berkunjung ke Bukit Jambul, perilaku Firas mulai berubah. Sampai ketika sudah waktunya Zarah masuk sekolah, Firas tidak mengizinkan. Dia ingin mengajar sendiri Zarah berbagai ilmu yang diajarkan di sekolah. Hal inilah yang membuat hubungan antara Abah-Nenek-Ibu dan Firas merenggang. Firas pun udah nggak sholat dan ikutan berbagai acara keagamaan lagi, dan ini jelas membuat Abah-Nenek jadi tambah bete. Alhasil terjadilah pertikaian dan pembantaian, eh enggak ding, maaf salah fokus.

Terlepas dari konflik sinetron di keluaganya, Firas tetap mengajar Zarah dan meneliti serta berkunjung rutin ke Bukit Jambul. Firas menjadikan Bukit Jambul sebagai salah satu laboratoriumnya yang paling berharga. Zarah pun tetap belajar dengan ayahnya. Karena sistem pengajaran Firas yang bebas dan berbasis kepada alam, maka Zarah sangat menikmati setiap waktu yang dihabiskan dengan ayahnya. Nggak heran kalo akhirnya Zarah menganggap semua yang disampaikan ayahnya benar, dan yang disampaikan orang lain meragukan. Untuk anak seumuran Zarah secara umum, maka pengetahuan Zarah udah jauh malampaui anak-anak normal. Firas mengajarkan Zarah biologi, fisika, kimia, matematika, bahasa inggris dan bahasa Indonesia. tapi tentu aja Firas nggak ngajarin Zarah tentang kewarganegaraan dan Agama Islam. Firas yang tergila-gila dengan alam, tertutup logikanya sendiri terkait alam. Bahwa alam semesta dan manusia serta makhluk hidup lainnya terdiri dari partikel kecil yang sama yang jika bisa saling selaras, maka bukan tidak mungkin bisa saling menyatu. Hal ini pula lah yang diajarkan dan ditanamkan Firas kepada Zarah. Dan hal ini pula lah yang menyebabkan Abah dan Nenek marah setengah idup sampai-sampai Abah tidak menganggap Firas sebagai anak lagi.

Masalah mulai muncul lebih besar lagi saat suatu hari Firas pergi dan tak kembali (macam judul lagu bae). Semua warga Desa Batu Luhur, keluarga dekat dan polisi sudah dikerahkan, namun Firas tidak juga ditemukan. Zarah pun sedih bukan main, sedangkan sang Ibu, Abah dan Nenek merasa lega bercampur sedih. Firas hanya meninggalkan 5 buah buku jurnal catatan penelitiannya untuk Zarah. Setelah hilangnya Firas, Abah, Nenek dan Ibu pun akhirnya memasukkan Zarah ke SMA umum, dan setelah ikut tes, ternyata Zarah diterima dengan mudah.

Selama di SMA, Zarah tidak nyaman karena ia sering beradu argumen dengan hal-hal yang diajarkan gurunya namun tidak sesuai dengan apa-apa yang telah diajarkan ayahnya. Dia juga sama sekali tidak paham dengan konsep agama, sehingga sering mengejutkan guru agama hingga menyebabkan wali Zarah dipanggil sekolah. Satu-satunya hal menyenangkan dari SMA bagi Zarah adalah ketika ada seorang murid baru bernama Koso, gadis tinggi hitam besar asal Afrika yang ikut ayahnya yang bisnis di Indonesia.

Koso kebetulan mengidap disleksia, sehingga ini menjadi proyek pribadi Zarah (yang bosan dengan SMA) untuk membantu Koso agar tidak tinggal kelas. Proyek membantu Koso belajar ini sedikit banyak sangat melatih kreatifitas Zarah dalam mengenal kesulitan dan kelebihan Koso, menentukan media belajar apa yang terbaik bagi Koso, bersabar dalam mengajar Koso. Zarah pun diuntungkan karena Koso melatihnya berbicara Bahasa Inggris. Hubungan simbiosis mutualisme itu pun mempererat hubungan mereka, sampai-sampai keduanya sangat sedih ketika Koso harus ke London karena bisnis ayahnya di Indonesia sudah selesai.

Mulailah kehampaan hidup Zarah lagi, setelah Koso pergi. Zarah pun mulai mengalihkan kebosanannya dengan ikut kursus Bahasa Inggris untuk memperlancar kemampuannya. Karena kepandaiannya, ia cepat selesai dan diterima kerja di lembaga belajar tersebut meskipun belum punya pengalaman kerja. Akibat pengalamannya mengajar Koso, Zarah menciptakan metode belajar menyenangkan untuk anak-anak. Namun, ketegangan antara Zarah dengan Abah-Nenek-Ibu pun semakin berasa, apalagi Zarah tidak sholat, padahal sudah dewasa. Abahnya pun udah nggak menganggap Zarah cucunya, saking marahnya karena Zarah nggak jauh beda dengan Firas yang nggak cinta Tuhan. Akhirnya Zarahpun pergi dari rumah dan tinggal di pendopo di wilayah dekat Bukit Jambul di Desa Batu Luhur (ini agak sinetron sedikit).

Suatu hari, tepat di hari ulang tahunnya yang ke-17, Zarah mendapatkan kiriman kamera Nikon buatan lama yang sangat bagus, namun tanpa identitas pengirim sama sekali. Zarah kaget karena satu-satunya orang yang pernah menjanjikannya kamera adalah ayahnya. Dari situlah muncul semangat Zarah akan ayahnya yang masih hidup, dan keinginannya untuk mencari ayahnya bagaimanapun caranya. Zarahpun mulai menggeluti hobi barunya, yaitu mengambil gambar dengan kameranya. Ia pun mulai seperti Firas yang sering datang ke Bukit Jambul. Berbagai gambar dia ambil, dan akhirnya dia belajar mencuci foto dari seorang kenalan yang secara diam-diam mengirimkan foto hasil jepretan Zarah ke sebuah kompetisi fotografi di sebuah majalah. Foto Zarahpun menang, dan Zarah memenangkan hadiah melakukan perjalanan gratis ke hutan di Kalimantan.

Setibanya di Kalimantan, Zarah tidak mau kembali ke Bogor, karena ia jatuh cinta dengan alam hutan di sana dan juga dengan seekor orang utan kecil yang nggak mau lepas dari Zarah ke manapun Zarah pergi. Akhirnya Zarah tinggal di Kalimantan, mengasuh orang utan dengan tetap mengambil gambar. Pemimpin lembaga pelestarian orang utan, seorang wanita tua bernama Bu Inga, melihat kemampuan pengambilan foto Zarah yang luar biasa, akhirnya meminta Zarah ikut terbang ke London untuk bergabung dengan kelompok fotografi bebas yang bernama the A-team dan diketuai oleh seorang pria bernama Paul.

Di London, Zarah bertemu dengan sahabat lamanya, Koso, yang ternyata sedang tenar-tenarnya menjadi pemenang sebuah reality show sebagai penari. Selain bertemu Koso, Zarah pun bertemu lelaki yang membuatnya jatuh cinta pertama kali seumur hidupnya, Storm Bardley. Namun ironisnya (dan cukup nyinetron), akhirnya Zarah dikhianati oleh sahabatnya sendiri, karena Storm dan Koso malah memadu kasih bersama (halah). Akhirnya patah hati, Zarah berhenti lelap dalam bunga-bunga cinta, dan juga berhenti dari padatnya jadwal pengambilan gambar di berbagai negara di seluruh dunia, untuk menyelesaikan tujuan utamanya, yaitu mencari ayahnya dengan satu-satunya petunjuk, kamera Nikonnya.

Teman di teh A-team yang juga pemimpin tim itu, Paul, ternyata diam-diam membantu Zarah melacak informasi mengenai kamera antik Zarah, yang ternyata hanya diproduksi sedikit saja di seluruh dunia. Pencariannya pun membuahkan hasil sebuah alamat di Gastonburry, Inggris, sebuah desa yang juga pusat per-UFO-an, corp circle, dan hal-hal aneh sejenisnya di Inggris. Ternyata kamera Zarah dikirim oleh seorang Indonesia kaya-raya bernama Bapak Hardiman. Bapak hardiman ini sempat berkorespondensi dengan Firas karena beliau mengalami hal aneh yang juga mirip dengan hal yang dituliskan Firas di jurnal penelitiannya mengenai dunia dimensi lain dan makhluk sejenis alien yang memantau manusia di dimensi 3 ini. Akhirnya Zarah bertemu dan meminta bantuan Pak Hardiman dan seorang Shaman untuk membantu Zarah memasuki alam bawah sadarnya menggunakan tanaman enteogen Eboga. Eboga ini membantu tubuh manusia memasuki alam bawah sadar sehingga manusia bisa bertemu dengan roh orang yang sudah meninggal. Ternyata Zarah tidak bertemu Firas, yang berarti ayahnya masih hidup. namun Zarah bertemu Abahnya, yang ternyata sangat sayang Zarah. Zarahpun langsung hubungi Hara di Indonesia dan benarlah, sang Abah meninggal beberapa jam yang lalu. Zarahpun langsung balik ke Indonesia dengan kepastian bahwa ayahnya masih hidup. Dan cerita pun menggantung hingga di sini. Sekian, maaf, dan terima kasih.

0 komentar: