Sabtu, 16 Mei 2015

Peran Kaum Muslimin dari Sisi Akidah



Penulis             : Prof. Dr. Raghib As-Sirjani
Penerbit           : Pustaka Al Kautsar
Peresume         : Ikhsanudin
Halaman          : 357-368


Peran Kaum Muslimin dari Sisi Akidah
Kaum Muslimin memberikan peran tiada duanya pada sisi akidah dan pembentukan keyakinan. Kaum Muslimin mempunyai paham sendiri dalam hal ubudiyah dan Keesaan Alloh. Kaum Muslimin mampu melakukan perbaikan keyakinan umat dengan sangat gemilang.
Dunia sebelum Islam dikuasai kegelapan penglihatan tentang hakikat Ketuhanan, diliputi prasangka dan kebodohan yang sangat. Aristoteles menggambarkan tuhan dengan sifat ruh sebatas esensinya. Tuhan menurutnya tidak punya kehendak, keinginan dan tujuan. Perbuatannya hanya sebatas pada menjadikan dirinya tidak berbuat selamanya. Profesi tuhan menurutnya hanyalah merenung dalam dzatnya. Tuhan versi Aristoteles miskin karena tidak dapat meguraikan dan mengikat alam semesta.
Plato bahkan mengambarkan tuhan dengan lebih lemah lagi, yaitu tuhan yang tidak mengharapkan sesuatu, meski terhadap dirinya sendiri. Dan datanglah aliran penyembah berhala pada abad keenam masehi. Mereka menjadikan sesuatu yang menakjubkan, yang menarik, sebagai Tuhan. Mereka menciptakan patung-patung, permisalan-permisalan dan tuhan yang terbatas, terikat dengan tempat. Gunung, emas, binatang, pohon, sungai, alat perang menjadi Tuhan. Keyakinan yang sama sekali tidak menyentuh akal yang selamat dari lintasan zaman ke zaman. Menghinakan manusia dan kemanusiaan pada apa yang tidak bisa menolak manfaat dan mudhorot.
Sejarah Eropa yang menjadi kelanjutan bendera Nasrani pada abad pertengahan telah membuktikan bahwa agama telah menjadi alat penindasan. Penyimpangan dari agama, memonopoli hak bicara atas nama Tuhan, sehingga tak ada satupun yang berhak mengamati dan mengawasi penyimpangan mereka. Mereka berada pada kekuasaan mutlak rahib dibalik tirai agama.
PauS Gregorius VII menyatakan bahwa gereja dalah tuan bagi seluruh dunia, yang pertumbuhannya menjelma langsung dari Tuhan. Tak diragukan lagi, penyimpangan terjadi terhadap orang-orang agama Masehi. Kekuasaan dan kediktatoran itu telah menjadikan Barat melepaskan diri dari tirani gereja. Melepaskan diri dari bayang-bayang agama.
Patung-patung berhala berserakan di Ka’bah. Di setiap jendelanya terdapat 360 patung berhala. Penyembahan-penyembahan yang meruntuhkan harkat manusia.
Islam datang dengan membawa hujjah yang sempurna. Ada Penguasa Tunggal alam semesta, yang menciptakan, membuat, menentukan, dan mengaturnya. Bagi-Nya ada penciptaan, menentukan hukum, kekuasaan dan kehendak. Semua makhluk wajib menghaturkan penyembahan terhadap-Nya. Islam membangun hujjah yang sempurna bahwa tiada illah yang berhak disembah kecuali Alloh.
Argumentasi itu sangat menggugah, sehingga penduduk bumi terpaut hatinya. Arab dan Muslimin saat itu sedikit, persenjataannya lemah, secara militer dan ekonomi tidak diperhitungkan, tetapi akhirnya banyak manusia yang rela meninggalkan harta, negeri, dan kedudukannya untuk masuk dalam agama ini. Mengapa?
Karena Islam adalah agama yang memuaskan. Akidah sempurna yang sesuai dengan fitrah dan logika. Fitrah penyembahan satu Tuhan tanpa sekutu dan serikat.
Pengaruh akidah bersih ini menjadi dasar masyarakat yang bersih, menyamakan keadilan, memberikan keutamaan, menyurutkan kejahatan, dan menaungi ketenangan. Pemeluknya saling tolong menolong dalam kebaikan dan kemaslahatan.
Inilah Islam yang memperkaya manusia dengan akidah yang suci dan murni, mudah dan sempurna, mengentaskan dari segala prasangka, menumbuhkan kehidupan, mmembebaskan dari teror dan keraguan. Tidak takut kecuali hanya pada Alloh.



0 komentar: