Minggu, 14 Juni 2015

Garis Besar Sejarah Amerika

BAB III: Jalan Menuju Kemerdekaan

Perang Tujuh Tahun telah dimenangkan oleh pihak koloni Inggris. Hal ini bukan berarti pihak koloni Inggris lantas segera mendapatkan kemakmuran dan kejayaan. Perang justru memberikan banyak kerugian bagi mereka, terutama dalam aspek finansial, di mana perang mengharuskan mereka menggunakan biaya yang sangat besar.

Hutang melambung selama Perang Tujuh Tahun, dan itu artinya mereka harus melakukan upaya untuk melunasi semuanya. Untuk melakukan semua ini, pemerintah Inggris memberlakukan beberapa pajak, yang walaupun di satu sisi dapat membantu mereka, di sisi lain justru menyulitkan masyarakat. Undang-Undang Gula merugikan bisnis pedagang New England. Undang-Undang Mata Uang membebani perekonomian kolonial, begitu pula dengan Undang-Undang Bela Negara yang mengharuskan mereka memasok perbekalan dan barak bagi prajurit kerajaan. Undang-undang lainnya, Undang-Undang Material, semakin menyulitkan karena setiap dokumen resmi akan dikenai pajak.

Protes bermunculan, hingga sekelompok orang yang menyebut diri mereka “Sons of Liberty” menentang Undang-Undang Material dengan cara kekerasan. Pada akhirnya serangkaian perlawanan ini dapat menghapuskan UU Material dan memodifikasi UU Gula, namun ketidakpuasan tetap muncul di koloni Inggris. Undang-Undang Townshend yang diberlakukan kemudian sedikit mengurangi pergolakan, tetapi bukan berarti lantas menghentikan protes. Undang-undang ini pun kemudian dihapuskan.

Setelah terjadinya “Pesta Teh Boston,” sebuah bentuk pemberontakan lain yang dipimpin oleh Samuel Adams, parlemen Inggris memutuskan untuk membuat hukum-hukum baru yang disebut oleh penduduk koloni sebagai Coercive Act (Undang-Undang yang Bersifat  Memaksa) atau Intolerable Act (Undang-Undang yang Tidak Bisa Diterima). Diberlakukannya undang-undang ini mendorong dibentuknya Kongres Kontinental yang berisi sedikitnya satu perwakilan dari setiap koloni, kecuali Georgia, yang pada akhirnya memutuskan bahwa undang-undang tersebut tidak perlu dipatuhi. Hal ini menyebabkan munculnya pergolakan bersenjata.

Pada Januari 1776, Thomas Paine, seorang pemikir politik dan penulis Inggris yang datang ke daerah koloni, menerbitkan pamflet 50 halaman bertajuk Common Sense (Akal Sehat). Pamflet inilah yang kemudian membulatkan tekad untuk memisahkan diri dengan Inggris. Pada tanggal 4 Juli 1776, Kongres Kontinental mendeklarasikan kemerdekaan Amerika.

Seperti halnya banyak kisah kemerdekaan lain, sebuah deklarasi tidak secara langsung membebaskan sebuah negara dari pergolakan dan konflik. Beberapa perang yang melibatkan Perancis dan Spanyol terjadi. Pada awal 1782, pemerintah Inggris membuat sebuah perundingan di Perancis bersama dengan pihak Amerika yang diwakili oleh Benjamin Franklin, John Adams, dan John Jay. Pada tanggal 3 September 1783, Treaty of Paris ditandatangani, menyelesaikan konflik secara damai dengan mengakui kedaulatan Amerika dan memperluas teritorinya hingga ke batas barat Sungai Mississippi.

***

BAB IV: Pembentukan Pemerintahan Nasional

Sebuah negara yang telah diakui kedaulatannya membutuhkan struktur pemerintahan dan konstitusi yang teratur. Inilah yang kemudian menjadi tugas bagi negara baru Amerika. Pemilihan presiden pertama bukanlah langkah awal pembentukan pemerintahan. Pada awalnya setiap negara bagian memiliki konstitusi mereka masing-masing, dan Konstitusi Virginia merupakan contoh sebuah konstitusi yang baik pada saat itu.

Articles of Confederation diberlakukan oleh Kongres Kontinental setelah diratifikasi oleh seluruh negara bagian. Sayangnya, pasal-pasal pada tulisan ini ternyata membawa banyak kelemahan. Pasal-pasal ini hampir diamandemen pada sebuah pertemuan di Philadelphia. Akan tetapi, pada akhirnya para delegasi justru mengesampingkan pasal-pasal itu dan beralih ke pembentukan badan-badan pemerintahan yang baru.

Dalam pembentukan konstitusi negara ini, ada berbagai perdebatan yang terjadi. Akan tetapi, setiap perdebatan diselesaikan dengan kompromi dan perhitungan yang matang hingga menghasilkan pemerintahan Amerika yang kita kenal sekarang. Langkah selanjutnya adalah menentukan presiden. Tanpa pemilihan, George Washington dipilih dengan suara bulat. Pada saat yang sama, Amerika sedang berkembang. Kepemimpinan Washington yang cakap diperlukan untuk membangun kestabilan Amerika. Banyak kebijakan yang dia lakukan dalam upaya ini, hingga akhir pemerintahannya.

Setelah Washington turun dari jabatannya, kepemimpinan Amerika diserahkan kepada John Adams, dengan Thomas Jefferson sebagai wakilnya. Selain konflik dalam negeri, konflik internasional yang melibatkan Perancis dan Inggris juga menjadi tantangan pemerintahan ini. Permasalahan dengan Perancis membuat dikeluarkannya Alien Act (Undang-Undang Orang Asing), Sedition Act (Undang-Undang Penghasutan), dan Naturalization Act (Undang-Undang Naturalisasi). Hukum-hukum ini mendapatkan perlawanan, dan pada bulan November dan Desember 1798, Resolusi Kentucky dan Virginia dibuat di dua negara bagian ini. Resolusi ini menyatakan bahwa negara-negara bagian dapat “mengemukakan” ketidaksetujuan mereka atas tindakan pemerintah pusat dan “membatalkannya.”

Thomas Jefferson menjadi presiden selanjutnya atas dukungan dari petani-petani kecil, pemilik-pemilik toko, dan pekerja lainnya. Dalam pemerintahannya, dia mendorong usaha pertanian dan ekspansi ke daerah barat. Dia juga membuat hukum naturalisasi yang liberal. Albert Gallatin, menteri keuangan di masa pemerintahan Jefferson, berhasil mengurangi hutang nasional menjadi kurang dari $560 juta. Pemerintahan Jefferson menginspirasi seluruh negeri dan memunculkan undang-undang yang lebih manusiawi bagi orang-orang berhutang dan kriminal.

Dalam pemerintahannya, Jefferson membuat beberapa keputusan penting, seperti membeli daerah Louisiana dari Perancis dengan harga $15 juta dan menyatakan kenetralan Amerika dalam perang antara Inggris dan Perancis. Ketika prajurit Inggris menepi di perairan Amerika dan memaksa pelaut Amerika untuk bergabung dengan militer mereka, Jefferson memerintahkan kapal-kapal perang Inggris untuk meninggalkan perairan Amerika. Dia mengupayakan embargo untuk menyengsarakan Inggris, namun ternyata embargo tersebut gagal. Maka pada awal tahun 1809, Jefferson menandatangani Undang-Undang Nonhubungan (Non-Intercourse Act), yang mengizinkan perdagangan dengan negara apa pun kecuali Inggris dan Perancis.

Hubungan dengan Inggris kian memburuk ketika James Madison menggantikan Jefferson. Penaklukan Kanada tampaknya menjadi ide bagus ketika banyak orang Indian di sana tampaknya sudah dihasut oleh Inggris. Pada tahun 1812, Amerika secara resmi menyatakan perang dengan Inggris.

Perang ini dimulai ketika keadaan Amerika belum benar-benar siap. New York dan New England tidak menyetujui perang ini, dan prajurit Amerika tidak benar-benar memadai. Akan tetapi, perang tetap berlangsung. Detroit berhasil diduduki Inggris. Kapal-kapal perang Amerika menangkap kapal-kapal Inggris di Laut Atlantik. Pada tahun 1813, Detroit berusaha direbut kembali. Pada tahun 1814, Washington, D.C. dibakar. James Madison melarikan diri ke Virginia.

Jenderal Andrew Jackson memenangkan perang darat terbesar di New Orleans, tidak sadar bahwa pihak Inggris dan Amerika telah melakukan perundingan damai dan menandatangani Treaty of Ghent. Sementara itu, beberapa delegasi federalis melakukan Konvensi Hartford, yang membatasi pengaruh kaum Republik. Konvensi ini menunjukkan ketidakloyalan kaum federalis. Stigma ini bertahan hingga sekarang.

***

BAB V: Ekspansi ke Barat dan Perbedaan Regional

Selepas Perang 1812, Amerika membangun persatuan internal melalui berbagai cara. Perdagangan semakin dianggap penting. Rakyat Amerika menyadari perlunya menjaga para pengusaha agar menjadi kuat dan mampu bersaing dengan pengusaha asing. Penjagaan ini terlihat dengan munculnya kebijakan proteksi yang membatasi barang-barang impor untuk menjaga perkembangan industri dalam negeri.

Di daerah selatan, perbudakan masih terus dipertahankan, karena sektor pertanian dan perkebunan yang berkembang di sana membutuhkan banyak tenaga kerja. Sementara itu, negara bagian di utara masih tetap menentang perluasan perbudakan ini. Pemerintah mencoba membuat keseimbangan dalam kedua kubu ini. Jumlah negara bagian yang mendukung perbudakan mencapai sepuluh negara bagian; satu angka lebih sedikit daripada jumlah yang menentang. Ketika Alabama masuk menjadi anggota serikat, jumlahnya menjadi seimbang. Ketika Missouri mendaftarkan diri untuk menjadi anggota serikat,penduduk utara berunjuk rasa, karena Missouri bukanlah daerah yang menentang perbudakan. Akhirnya, dibuatlah Kompromi Missouri, yang memasukkan Missouri sebagai negara bagian yang tidak melarang perbudakan, tetapi di saat yang sama memasukkan Maine sebagai negara bagian bebas budak.

Pada abad ke-19, di Amerika Tengah dan Selatan terjadi revolusi. Banyak bangsa yang memerdekakan diri, dan ini mengambil hati rakyat Amerika yang seolah melihat pengulangan sejarah mereka di daerah-daerah tersebut. Presiden saat itu, James Monroe, mengakui negara-negara baru tersebut atas desakan dari rakyat, dan segera melakukan pertukaran duta besar. Ketika Persekutuan Suci (Holly Alliance; Rusia, Prusia, Austria, dan diikuti oleh Perancis) yang melindungi diri dari revolusi menyatakan ingin mengembalikan daerah bekas jajahan Spanyol, orang Amerika menjadi sangat khawatir. Inggris juga menentang Holly Alliance saat itu, karena perdagangan dengan Amerika Latin sangat vital bagi Inggris. Namun, Amerika tidak ingin menjadi “ekor” Inggris, sehingga mereka menentang Holly Alliance atas nama negara mereka sendiri. Doktrin Monroe pun dikeluarkan: doktrin yang berisi penolakan untuk mentolerir perluasan lebih lanjut dominasi Eropa di Amerika. Doktrin ini menyatakan solidaritas dan dukungan bagi Amerika Latin yang baru merdeka. Hal ini membuat mereka menaruh banyak hormat kepada Amerika, dan menunjukkannya dengan melandaskan konstitusi mereka pada Amerika.

Pada masa James Monroe, dominasi kelompok tidak begitu terlihat. Ketika dia akan digantikan oleh John Quincy Adams, gejolak antar-kelompok mulai tampak lagi. Dari calon-calon yang diajukan saat itu, tidak ada yang mendapat suara terbanyak di Electoral College (dewan yang mewakili rakyat dalam pemilihan presiden dan wakilnya). Ketika dilemparkan ke DPR, Adams menjadi pemenang karena Henry Clay, pendukungnya, merupakan orang yang sangat berpengaruh di sana.

Adams tidak mendapatkan kepopuleran selama masa jabatannya. Dia tidak bisa menjadi pemimpin yang masuk ke dalam hati setiap rakyat dan jajaran pemerintahannya. Pada pemilihan selanjutnya, Andrew Jackson, pahlawan Pertempuran New Orleans, mengalahkan Adams dengan selisih suara yang sangat banyak. Pada pemilihan ini, partisipasi pemilih meningkat, karena munculnya banyak kebijakan baru mengenai persyaratan pemilih sehingga memperluas kesempatan untuk memilih, dan kebijakan baru mengenai Electoral College, yang sebelumnya masih dipilih melalui badan legislatif enam negara bagian, yang pada pemilihan dipilih dengan pemungutan suara di setiap negara bagian, kecuali Delaware dan South Carolina.

Pada masa jabatannya, Jackson harus menghadapi beberapa tantangan yang dapat menghancurkan persatuan. Tantangan pertama datang dari South Carolina, yang merasa pajak proteksi hanya dinikmati oleh pengusaha Utara. Krisis ini akhirnya diakhiri dengan kompromi yang memenangkan kedua belah pihak, walau tindakan South Carolina dianggap tidak bijaksana dan menyalahi konstitusi.

Tantangan kedua muncul dari sektor perbankan. Bank Amerika Serikat yang pertama dianggap hanya memberikan keuntungan kepada sebagian orang berkuasa, karena walaupun pemerintah memegang sebagian besar sahamnya, tetap saja bank ini adalah bank swasta, dan keuntungan dibagikan kepada setiap pemilik saham. Pada akhirnya, izin 20 tahun bank ini tidak lagi diperpanjang, dan Presiden Jackson memberikan izin kepada Bank Amerika Serikat ke-2. Ketika tidak berhasil memuaskan rakyat, bank ini menyebabkan perpecahan di kalangan pengusaha dan pekerja. Akhirnya, bank-bank negara bagian yang dipilih secara cermat dan dijaga secara ketat, menggantikannya.

Selain dalam badan pemerintahan, dengan munculnya “Whig” (persekutuan kelompok yang tidak mendukung Jackson), Amerika juga masih terancam dengan perpecahan di kalangan rakyat. Ketika imigran Katolik bertambah, rakyat Amerika yang beragama Protestan merasa terancam. Undang-undang negara yang memberikan kesempatan memilih kepada laki-laki kulit putih secara universal, menyebabkan hilangnya dominasi bangsawan dalam politik. Hal ini memunculkan sebuah perkumpulan rahasia, Ordo Star-Spangled, yang kemudian disebut “Know Nothings.” Mereka ingin mengubah konstitusi, namun karena perbedaan pendapat mengenai perbudakan, kelompok ini pun berakhir.

Di masa ini, kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai meningkat. Sekolah-sekolah gratis bermunculan. Sistem sekolah negeri menjadi lazim di utara, walau belum mencapai daerah selatan. Alkohol dilarang antara tahun 1830 dan 1860 karena berbagai alasan: selain keagamaan, banyak kerugian yang dirasakan dari konsumsi alkohol. Permasalahan mengenai penjara dan rumah sakit jiwa juga diperhatikan, sehingga banyak usaha dilakukan untuk memberikan rehabilitasi kepada narapidana, dan antara tahun 1845 dan 1852, Sembilan rumah sakit jiwa didirikan di Amerika Serikat.

Hak-hak kaum perempuan mulai diperjuangkan di masa ini. Francis Wright menjadi pelopornya. Cady Stanton dan Lucretia Mott berhasil mendeklarasikan tuntutan untuk mendapatkan persamaan hak dengan pria. Ernestine Rose ikut berperan dalam pelolosan undang-undang properti untuk wanita menikah. Pada tahun 1869, National Women Suffrage Association (NWSA) didirikan untuk menganjurkan amandemen konstitusional mengenai hak pilih untuk wanita.

Pada masa ini juga, banyak penduduk yang mengeksplorasi wilayah barat dataran Amerika, yang sebelumnya belum terjamah sama sekali. Eksplorasi ini menimbulkan konflik dengan penduduk pribumi Amerika. Kejadian yang paling menyedihkan di antaranya adalah ketika Undang-undang Pemindahan Indian (Indian Removal Act) diloloskan, suku Cherokee yang di tanahnya ditemukan emas, dipaksa berjalan kaki dari North Carolina menuju Oklahoma, yang jaraknya sangat jauh. Banyak yang meninggal karena kelaparan dan penyakit. Peristiwa ini dikenal sebagai “Jejak Air Mata” (Trail of Tears).

***

Judul Buku : Garis Besar Sejarah Amerika
Penyusun    : Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
Tebal Buku  : 459 halaman
Penerbit        : Departemen Luar Negeri Amerika Serikat
Tahun Terbit : 2004

Resume oleh: Nabila

0 komentar: