Sabtu, 27 Juni 2015

Membaca Pikiran Orang Seperti Membaca Buku

Judul Buku               : Membaca Pikiran Orang Seperti Membaca Buku
Penulis                      : Gerald I. Nierenberg dan Hendry H. Calero
Penerbit                    : Think Yogyakarta
Cetakan                     : XXXII
Tahun                        : 2012
Tebal                         : 214 hal



Akhir-akhir ini saya mulai tertarik membaca buku dengan aroma berbau “psikologi”. Buku ini sangat disarankan bagi orang yang bergelut di bidang yang selalu berinteraksi dengan manusia. Buku ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh orang lain kita harus mengolah tindakan tersebut yang diperoleh dari informasi-informasi yang diterima. Dari pada penasaran, yuk langsung kita bahas buku ini.

Buku ini terdiri dari 8 bab dan 8 bab tersebut yaitu
Bab 1 Cara memperoleh keahlian membaca bahasa tubuh
Bab 2 Bahan untuk membaca bahasa tubuh
Bab 3 Keterbukaan, pertahanan diri, evaluasi, dan kecurigaan
Bab 4 Kesiapan, penetraman hati kembali, kerjasama, dan frustasi
Bab 5 Rasa percaya diri, rasa gugup, dan pengendalian diri
Bab 6 Bahasa tubuh yang mengisyaratkan kebosanan, penerimaan, perkenalan, dan pengharapan
Bab 7 Hubungan-hubungan Manusia dan keadaan sekitar
Bab 8 pemahaman lingkungan

Buku yang sangat menarik untuk dibahas dan sangat panjang apabila akan dibahas semua. Di awal buku ini, penulis coba mengajak kepada pembacanya untuk menilai seseorang dari tingkah laku dia. penulis yang melakukan bebarapa penelitian mencoba mencari jalan pemikiran para responden. Hasilnya tidak sedikit yang menggunakan empati dari lubuk hati yang hanya akan ada asumsi-asumsi bawah sadar saja yang bisa dijadikan penilaian terhadap orang lain.

Ada beberapa ilmu yang disampaikan penulis lewat bukunya ini. Yang pertama, penulis mengajak para pembacanya untuk tidak langsung menilai seseorang dari tingkah laku yang dilakukan seseorang. Contohnya ada seorang hakim yang menyeringai dan mengedipkan mata kepada pengacara yang berhadapan dengannya. Hal ini menyebabkan timbulnya rasa gelisah, sikap kewaspadaan dan rasa gugup. Padahal yang sebenarnya terjadi adalah kedipan mata tersebut diakibatkan oleh sakit stroke yang diterima oleh sang hakim. Kedua, kenali bahasa tubuh tersebut berdasarkan lingkungan, kebiasaan dan adat istiadat dari orang tersebut. Contohnya, bagi orang eropa, duduk secara figure-four merupakan posisi duduk yang tidak sopan. Akan tetapi, bagi orang Amerika, posisi tersebut sudah merupakan posisi yang sopan dan biasa dilakukan orang amerika dalam menghormati tamu. Ketiga, amati pikiran seseorang dari ekspresi wajah yang ditampilkannya. Ekspresi wajah merupakan ekspresi yang semua orang dapat menilainya dengan mudah walaupun berbeda bangsa. Contohnya ekspresi senyum yang ditunjukkan oleh seseorang. Ada banyak sekali macam dari senyum dan salah satunya adalah senyum oblong, senyum kepura-puraan dalam menyukai sebuah lelucon atau kata-kata spontan. Keempat, kenali cara dia berjalan, duduk dan berjabat tangan. Bagaimana seseorang berjalan dengan cara sombong, berjalan dengan sikap yang menyesal, dan berjalan dengan rasa ketakutan.  bagaimana kita bisa mengamati posisi duduk seseorang menunjukkan sikap waspada dan mempertahankan diri, posisi tertarik dan posisi kebosanan. Dan bagaimana posisi seseorang ketika dia berjabat tangan, yang mana apakah jabat tangan tersebut memiliki aroma “politik” dan ada maunya atau jabat tangan yang dilakukan untuk menunjukkan sikap setia dan keterbukaan. Kelima adalah amati posisi tubuhnya. Bagaimana tubuh seseorang menunjukkan sikap mempertahankan diri, rasa percaya diri, rasa gugup atau pengendalian diri.

Sebenarnya masih banyak yang ingin coba saya sampaikan disini. Disini saya coba sampaikan bagian-bagian awal dari buku ini yang digunakan sebagai dasar dalam menilai seseorang dari sikap tubuhnya. Ilmu menilai sikap tubuh seseorang sangat penting dimiliki. Bukan bermaksud untuk menjudge sikap negative dari sikap seseorang, akan tetapi bagaimana reaksi kita dalam mendapati sikap orang tersebut. Misalnya saja ketika kita melakukan presentasi, ketika pendengar kita sedang mencoret-coret buku, mengetuk meja dan kaki, dan bertopang dagu dan sikap itu adalah beberapa sikap yang menunjukkan sikap kebosanan. Nah, dari situ bagaimana reaksi kita untuk mengolah hal tersebut untuk menghilangkan rasa kebosanan dari para pendengar dan menjadikan presentasi yang kita sampaikan bisa dinikmati oleh para pendengar.

“Pengetahuan diperoleh dengan membaca buku-buku, tetap yang lebih penting dipelajari ialah pengetahuan dunia, yang hanya diperoleh dengan mempelajari manusia dan segala sesuatu tentang mereka.”
-Lord chesterfield, “Letters to His Son”

Terima Kasih
Yogyakarta, 26 Juni 2015

0 komentar: