Minggu, 05 April 2015

Bibir Tersenyum Hati Menangis: Seberapa Munafikkah Aku Ini? (Bagian II)



RESUME
Judul                : Bibir Tersenyum Hati Menangis: Seberapa Munafikkah Aku Ini? (Bagian II)
Penulis             : Muhammad Muhyidin
Penerbit           : Diva Press




            Melanjutkan resume saya bulan lalu, bulan ini akan coba saya uraikan isi Bab 4 sampai 7. Empat bab ini membahas mengenai hasrat (mewaspadai mesin yang merusak hidup Anda), falsafah basa-basi (menimbang kekuatan yang membangun dan merusak diri), kekuatan prinsip (saatnya keluar dari kungkungan kejahilan), dan senyumnya bibir senyumnya hati (pilihan hidup yang semestinya terjadi).
            Pada dasarnya, tidak ada satupun manusia yang dapat terlepas dari hasrat. Setiap keinginan adalah cermin dari hasrat. Hasrat memiliki potensi untuk membangun kehidupan maupun merusak kehidupan tergantung bagaimana manusia menyikapi hasrat tersebut. Kuncinya ada pada, apakah kita dapat menguasai hasrat atau justru dikuasai hasrat. Agar kita tidak kalah dan dikuasai hasrat, maka kita harus dapat mengendalikan hasrat. Pengendalian hasrat bertujuan agar hasrat tidak menjadi liar dan bisa tersalurkan secara positif. Penulis mengajarkan untuk menguasai hasrat dengan suatu formula sederhana, yaitu “makanlah selagi Anda lapar dan minumlah selagi Anda haus”. Maksudnya, saat kita merasa hasrat untuk memiliki lebih, maka ingatlah formula itu. Bedakan mana keinginan mana kebutuhan. Manusia memang tak pernah puas. Tapi, manusia juga seharusnya memiliki kendali penuh terhadap hasratnya.
            Hal lain yang sebenarnya kurang dikehendaki namun sepertinya sudah menjadi budaya adalah basa-basi. Tidak jarang basa-basi ini membawa bencana karena sifat ke-tidakenakhati-an. Basa-basi jika memang dilakukan dengan tulus, maka tidak akan menjadi masalah, namun kebanyakan basa-basi hanya dilakukan untuk sekedar ramah tamah dan ketika lawan yang diajak berbasa-basi menganggapnya serius, si pemberi basa-basi akan merengut tanda tidak ikhlas. Basa-basi seperti inilah yang berbahaya. Jika ingin terhindar dari jebakan basa-basi ini, kita harus memilih untuk selalu ikhlas dalam berbasa-basi, bukan mulut manis belaka, atau sekalian tidak usah berbasa-basi jika takut tidak bisa menanggung akibatnya.
            Agar kita tidak terjebak oleh apapun mengenai kerumitan hidup termasuk hasrat yang sulit dikendalikan maupun sikap basa-basi yang dipaksakan, maka ada baiknya kita harus memiliki prinsip hidup. Orang-orang yang tiada berprinsip pada umumnya akan mudah sekali mengeluhkan kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidupnya. Hidup akan selalu mengombang-ambingkan kita jika kita tidak memiliki prinsip hidup. Orang yang tidak memiliki prinsip selalu menyalahkan keadaan luar atas kegagalan dan kegetiran yang dialaminya. Sedangkan orang yang memiliki prinsip akan menyambut kegagalan dan kegetiran dengan sama bahagianya ketika menyambut keberhasilan dan manisnya kehidupan.
            Bagaimana agar senyumnya bibir juga merupakan senyumnya hati? Maka, “don’t curse the darkness, light the candle.” Bila kegiatan “menyalakan lilin” jauh lebih banyak dibandingkan “mengutuk kegelapan”, jangan pernah khawatir dengan kehidupan. Kesehatan, hidup yang cukup, rezeki, kerukunan, kearifan dan hal sejenis akan mengalir sejalan dengan semakin banyaknya kegiatan “menyalakan lilin”

Yogyakarta, 5 Februari 2015
                 ttd.
Dyah Ayu Widyastuti/IM1

Il Principe (Sang Pangeran) - Terjemahan



Judul buku           : Il Principe (Sang Pangeran) - Terjemahan
Penulis                 : Niccolo Marchiavelli
Penerjemah          : Dwi Ekasari Aryani
Penerbit               : Narasi
Cetakan               : 2014
Peresume.            : Deri IM1




Michael Hart (penulis buku 100 orang yang paling berpengaruh dalam sejarah) mengatakan bahwa ini adalah buku pedoman para diktator. Bahkan kabarnya Napoleon saja sampai menyimpan buku ini di bawah bantal tidurnya. Sedangkan Benito Mussolini (diktator Italia di Perang Dunia II) menjadikan buku ini sebagai kajian referensi dalam karya tulis doktoralnya. Sama halnya dengan Lenin, Hitler, dan Stalin serta para diktator lainnya. Tidak heran karena sebenarnya buku ini perpaduan antara kejujuran dan kegilaan dalam merebut kekuasaan. Bagaimana trik licik dan tipu muslihat diungkap di buku ini berdasar pada pengalaman para penguasa eropa di zaman tersebut. Tidak melulu kegilaan yang diungkap di sini, namun Marchavelli juga mengungkap bagaimana agar seorang pangeran (penguasa) dicintai rakyatnya. Hanya saja dia mencoba menyajikan konsepsi tersebut yang digabung dengan kegilaan tadi. Pada akhirnya dia menyarankan agar seorang pangeran harus tahu pada kondisi seperti apa dia menggunakan cara-cara yang gila dan pada kondisi lain dia harus menggunakan cara-cara jujur yang penuh damai. Buku ini memang benar-benar secara real menggabungkan kejujuran dan kegilaan.

-Niccolo Marchavelli-
Marchavelli sebenarnya adalah orang biasa yang lahir di Florence pada tahun 1469. Buku ini ditulis pada tahun 1513 sebagai hadiah bagi keluarga Medici, diktator di wilayah Florence, Italia. Di buku ini tanpa malu Marchiavelli mengungkap bagaimana moral para penguasa dengan apa adanya. Dia sebenarnya sadar bahwa dengan cara yang licik dan penuh tipu muslihat adalah cara yang tidak bermoral. Akan tetapi dengan cara itulah ternyata para penguasa memperoleh kekuatan. Memperoleh kekuatan untuk merebut kekuasaan. Karena keterusterangannya dalam buku ini, Marchiavelli dijadikan sebuah sinonim negatif untuk kelicikan dan kepalsuan. Orang yang terlihat ambisius untuk mencapai sesuatu dengan menggunakan segala cara akan disebut Marchiavelis.

-Mereka yang menjadi pangeran karena tipu muslihat-
Pada bagian ini Marchiavelli mengungkap beberapa kisah para pangeran merebut tahta menggunakan cara-cara yang gila dan tidak biasa. Khas cikal bakal diktator. Ia mengisahkan bahwa pada zaman itu, Agathocles adalah seorang Raja Syracuse dari Sicilian meraih singgahsana penguasa, padahal awalnya dia berasalah dari kalangan masyarakat terhina dan paling rendah. Orangtua Agathocles hanya berprofesi sebagai pembuat tembikar, namun karena kelicikan dan kepintarannya dia berhasil menjadi raja di Syracuse. Perjalanannya dimulai ketika dia masuk di dunia militer. Hingga memperoleh karir tertinggi di militer dia kemudian menjadi Administrator di Syracuse. Dalam perjalanannya dia bekerja sama dengan kaum Carthaginian untuk menjalankan siasat liciknya. Sebagai seorang Administrator dia punya kewenangan dalam merumuskan kebijakan. Oleh sebab dalih itu, dia mengundang seuluruh agenda senat ke suatu tempat. Para senator mengira bahwa diundangnya mereka adalah untuk membicarakan masalah penting, akan tetapi ternyata Agathocles malah membunuh mereka dan juga beberapa orang kaya yang hadir pada saat itu. Dengan cara ini Agathocles berhasil meraih kekuasaan tanpa menimbulkan pemberontakan sipil. Caranya dalam mempertahankan kekuasaanpun sangat brilian. Beberapa kali usaha untuk merebut wilayah kekuasaannya berakhir sia-sia meski Agathocles sudah kalah. Dia berhasil memaksa pihak lawan harus menandatangani perjanjian walaupun mereka berada di pihak yang menang. Sehingga mau tak mau lawannya harus tetap menyerahkan wilaya Syracuse tetap kepadanya. Membunuh kawan seperjuangan, tidak memiliki iman, tidak memiliki belas kasihan adalah kelaziman bagi seorang Agathocles. Walaupun cara itu tidak bermoral, tapi itu tetap memberikan kekuatan baginya.

Sama halnya dengan Oliverotto de Fermo yang ada pada masa pemerintahan Alexander IV, dia awalnya ditinggalkan orang tuanya. Maka pengasuhan kemudian dilakukan oleh pamannya, Giovanni Fogliani. Beranjak remaja dia dikirim ke pelatihan militer di bawah pengawasan Paulo Vitelli. Dia tumbuh menjadi prajurit yang cerdas dengan fisik yang kuat. Namun sepeninggal Vitelli, Oliverotto merasa bahwa memiliki posisi yang lebih rendah daripada orang lain adalah hal yang hina, dia kemudian membunuh beberapa pemimpin pasukan. Tak lama kemudian ia mengunjungi kediaman pamannya setelah menjadi pimpinan pasukan militer. Melihat Oliverotto telah tumbuh menjadi sosok yang kuat, Fogliani kemudian memberikan rumah dan sedikit wilayahnya kepada keponakannya itu. Tapi cerita air susu dibalas air tuba berawal di sini. Pada sebuah jamuan makan malam berkedok pembahasan serius yang tertutup, Oliverotto membantai Fogliani beserta kerabat kerajaan lainnya. Dia juga membunuh para pejabat yang hadir saat itu. Maka makin lapanglah dia membentuk kekuasaannya sendiri.

Dalam buku ini Marchiavelli memberikan jawaban pada pertanyaan mengapa beberapa orang di diktatorian dapat hidup aman mempertahankan kekuasaan dari ancaman eksternal maupun internal. Dia mengungkapkan bahwa kekejaman yang dilakukan para diktator dieksploitasi dengan sangat baik dan sangat buruk secara bersamaan. Dieksploitasi dengan sangat baik karena mereka hanya melakukannya sekali dengan satu metode. Dieksploitasi dengan sangat buruk karena dengan dalih melindungi semua pihak, maka kekejaman terpaksa harus dilakukan.

-Mengelola yang dimiliki-
Marchavelli juga mengungkapkan bahwa dalam menjalankan peperangan harus selalu menggunakan pasukan sendiri. Hal ini bercermin pada raja-raja zaman sebelumnya yang ternyata walaupun memperoleh kemenangan dalam sebuah peperangan, ternyata “pasukan bayaran” yang diperbantukan dari kerajaan tetangga malah menjadi sebab kejatuhan kekuasaannya. Marchiavelli mengungkapkan beberapa raja yang sukses merebut dan mempertahankan kekuasaan dengan menggunakan pasukannya sendiri. Pada bagian lain, dia juga menyatakan bahwa pasukan adalah hal penting dalam menjalankan kekuasaan dibanding sanak kerabat ataupun keluarga si penguasa.

Di bagian lain ia menekankan pada sebuah pernyataan bahwa orang-orang yang ingin menjadi pangeran dan dapat melakukan semua hal dengan baik, harus belajar dari semua hal yang tidak dilakukan dengan baik. Oleh karena itu, seorang pangeran yang ingin mempertahankan kedudukannya harus belajar bagaimana hal-hal tidak baik itu berjalan dan menggunakan pengetahuan ini agar tidak melakukan hal yang tidak berjalan dengan baik. Istilahnya penguasa harus belajar dari hal-hal yang unwell-prepared dan menggunakan pengetahuannya pada hal ini untuk mewujudkan kekuasaan yang well-prepared. Ia juga membahas mengenai liberalisme dan kekejaman. Liberalisme sendiri dalam pemaparannya adalah menerapkan kebijakan yang sangat mungkin menghadirkan penghinaan pada seorang penguasa. Seorang penguasa, dalam pandangannya, harus memulai kekejaman dan lebiralisme pada apa yang ingin ia lakukan dan ingin dia punya. Maka dari itu di akhir bagian ini Marchiavelli menyatakan bahwa lebih baik jadi penguasa kikir yang dihina tapi tidak dibenci, ketimbang jadi penguasa tamak yang dihina dan dibenci. Kebijakan yang liberal dan kejam harus didasarkan pada proses penguatan kekuasaan dan entitas yang ada di domain kekuasaan itu. Oleh karena itu seorang penguasa tidak boleh keberatan jika dibilang kejam. Karena dari kekejaman itu akan muncul keteraturan dan memunculkan kesetiaan tanpa syarat dari rakyat. Kekejaman ini juga akan menimimasi timbulnya pemberontakan. Penguasa bisa menggunakan klaim bahwa kekejaman hanya berlaku untuk sedikit orang yang mencoba mengusik keteraturan sistem yang ada. Ditambah tentu melindungi banyak orang yang ada di domain kekuasaan tersebut.

-Penguasa perlu ditakuti atau dicintai?-
Pada bagian ini cukup memberikan sebuah insight yang unik. Dia mengungkapkan bahwa pada kondisi yang sulit sang penguasa harus lebih ditakuti rakyatnya daripada dicintai mereka. Hal ini didasarkan pada sifat tamak, egois, licik, dan munafik seorang manusia. Manusia cenderung untuk tidak tahu terima kasih. Maka dari itu perlu wibawa ketakutan yang dikembangkan seorang penguasa ketimbang wibawa cinta. Hal ini akan memberikan keuntungan pada penguasa untuk dapat mempermudah kebijakan berjalan. Seorang penguasa juga harus bisa ditakuti dengan cara apabila pada kondisi dia tidak dicintai maka dia tidak boleh dibenci. Hal ini Marchiavelli pertegas dengan sebuah case hukuman mati. Seorang penguasa berhak melakukan hukuman mati dengan pembenaran yang cukup. Tapi jangan ambil apa yang menjadi milik si terhukum mati, karena pada dasarnya sifat manusia lebih menerima kematian seseorang dibanding kehilangan warisan dari orang tersebut. Hal ini tentu akan menghindarkan penguasa dari pemberontakan rakyatnya.

-Bagaimana para penguasa mempercayai seseorang-
Penguasa harus memiliki orang yang dipercaya. Hal ini bertujuan untuk memudahkan arahan-arahan dan kebijakan yang dia lakukan. Karena tanpa adanya orang yang bisa dipercaya, maka rencana penguasa rentan untuk ditentang dan kekuasaannya berpotensi untuk dijatuhkan. Marchiavelli menyatakan bahwa ada kalanya penguasa harus berperilaku menjadi rubah dan harimau. Hal ini dilakukan agar dia tidak dengan mudah dikhianati orang yang dipercayainya. Seekor harimau sangat lihai dalam menerkam mangsanya, tapi sangat buruk dalam keamanan terhadap dirinya. Sebaliknya, seekor rubah sangat lihai dalam menjaga dirinya walaupun dia sangat sulit dalam memperoleh buruannya. Filosofi ini perlu dimiliki oleh para penguasa dalam mengelola kepercayaan orang kepercayaannya.

-Bagaimana sanjungan harus dihindari dan bagaimana mendapatkan nasihat-
Bagi seorang penguasa, sanjungan ini amat berbahaya. Jika kadarnya terlalu banyak bisa melenakan. Terlebih jika sanjungan ini malah membuat sang penguasa tidak bisa kembali ke kesadaran yang biasanya. Dalam mengelola sanjungan, penguasa harus lihai menarik maksud dari sanjungan yang disampaikan. Ia harus bisa secara menyeluruh membaca berbagai hal di sekitar sanjungan tersebut. Kebenaran adalah sebuah kemutlakan yang lebih baik dari pada sebuah sanjungan. Akan tetapi, jika seorang penguasa lebih banyak menerima kebenaran dari rakyatnya (ungkapan jujur dari rakyatnya), maka dia berpotensi kehilangan rasa hormat. Ingat pada kondisi tertentu, penguasa harus ditakuti. Maka hal yang paling bijak adalah mengambil pilihan yang lain. Dalam hal ini Marchiavelli menyatakan bahwa penguasa harus memiliki penasihat. Penasihat inilah yang nantinya khusus memberikan kebenaran kepadanya. Penguasa harus meminta sendiri nasihatnya. Dalam hal ini penguasa yang harus berinisiatif karena menyangkut wibawa dan kedudukannya. Jadi, pada kondisi apapun seorang penguasa harus bisa mengetahui kapan dia harus meminta nasihat dari orang kepercayaannya dan kapan dia harus bertindak sendiri.

-Penutup-
Seperti yang diungkap penerbit di bagian pengantar, bahwa dengan adanya buku ini kita jadi tahu bagaimana logika berpikir seorang diktator. Dengan demikian kita menjadi lebih waspada dan juga paham bagaimana mencegah negeri ini jatuh ke tangan kaum diktatorian Marchiavelis.

Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Juz Amma Jilid I

Judul Buku      : Tafsir Al-Qur’an Kontemporer Juz Amma Jilid I
Penulis             : Aam Amiruddin
Penerbit           : Khazanah Intelektual
Tebal Buku      : 306 Halaman




Tafsir adalah bahasa lain dari penjelasan. Sebuah penjelasan, biasanya diperlukan jika kata atau kalimat yang ada sulit untuk dimengerti. Adanya pertimbangan akan pengaturan tata bahasa yang disesuaikan dengan target pembaca adalah hal penting dalam mempertimbangkan  bentuk penjelasan. Karena pada tataran penikmat penjelasan tersebut terkadang penjelasan yang ada tetap sulit untuk dimengerti. Nah, begitulah alasan yang sederhana dan tepat jika sahabat mengalami kesulitan dalam memahami kandungan Al-Qur’an. Inti permasalahannya terletak pada bentuk penjelasan yang rumit, kaku atau tata bahasanya yg jadul. Padahal, penjelasan Al-Qur’an adalah pondasi pola pikir yang seharusnya terbentuk pada semua muslim.
Masalah yang serius ini, Ustadz Aam dalami problemnya dan kemas solusinya pada kata Kontemporer dalam buku Tafsirnya. Karyanya ini adalah karya yang memuat penjelasan kandungan Al-Qur’an yang mudah untuk dimengerti.  Gak salah deh, Harian Republika menjuluki ustadz Aam sebagai “Ustadz Digital”. Gimana gak? Penjelasan Al-Qur'an yang biasanya dianggap rumit atau bahkan menjadi bacaan berat bagi sebagian orang kemudian di racik dengan pesan dan penjelasan yang solutif terhadap problem kehidupan spiritual manusia sekarang.
Karya Ustadz Aam ini terdiri dari penjelasan Surat Ad-Dhuha hingga An-Nash yang tersusun dari juz 30 dalam Al-Qur’an. Pada lembaran awal isi buku ini di tafsirkan terlebih dahulu surat Al-Fatihah yang beliau anggap tepat menjadi suguhan awal bag pembaca.
Pada awal ayat dari surat Al-Fatihah yaitu lafal ‘basmallah’. Pembaca akan dibuat ustadz Aam jatuh cinta dengan Islam. Sungguh, begitu mulianya kitab nan suci ini. Cukup satu kalimat saja dalam mengiplementasikannya. Benar, sebagai pembaca yang bijak tentu akan berpikir demeikian.
Mari kita lirik apa penjelasannya;”Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Secara gramatikal, Bismillah sesungguhnya kalimat yang membutuhkan penyempurna. Maksudnya apa? Coba kita perhatikan terjemahannya kembali, “Dengan menyebut nama Allah...dst.  Apa yang dengan nama Allah itu? Bandingkan dengan contoh berikut: “Dengan pisau”. Apa yang dengan pisau? Supaya sempurna, kita tambahkan kalimat “saya menyembelih dengan pisau”.
Jika  demikian apa kalimat penyempurna dari Basmallah? Perbuatan kitalah penyempurnanya. Misalnya kita membaca Bismillah ketika memulai makan. Berarti kita berkata “saya makan dengan menyebut nama Allah”. Kalimat ini menjadi sempurna. Contoh lain, saat menulis kita membaca Bismillah, ini maknanya sama dengan “saya menulis dengan menyebut nama Allah”.
Begitulah Islam;begitulah Rasulullah saw mengajarkan kita untuk selalu memulai aktivitas dengan lafal Basmallah. Hal ini semata agar Allah menyertai dan menolong kita di semua aktivitas yang dilakukan. Tanpa kasih sayang-Nya, tidak mungkin bisa dilakukan.  Allah berkuasa melemahkan tangan kita dan mengejangkannya. Tangan kita hingga tak bisa menulis. Kita bisa melakukan itu semua karena Rahman dan Rahim-Nya. Disisi lain urgensi ucapan Bismillahirohmannirrohiim dalam seluruh perbuatan kita.
Pada ayat kedua “Alhamdulillahirabbil’aalamiin;Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tersirat pujian yang terkhusus kita tujukan kepada Allah swt. Alhamdulillah menjadi bagian zikir yang kita baca secara rutin setiap selesai sholat dan menjadi ucapan yang membasahi bibir kita saat mendapatkan nikmat-Nya. Dialah yang menciptakan dan memelihara kesemestaan yang agung ini. Dan bila ayat ini dihayati secara seksama, kita akan merasa betapa kecilnya diri di hadapan Allah swt.
Beralih pada penggalan Rahman di ayat ini yang memiliki makna kasih sayang, dimana Allah diberikan kepada seluruh makhluk-Nya, yang shaleh ataupun kafir, berakal ataupun tidak. Jika seekor induk ayam ingin melindungi anaknya dari berbagai bahaya, sebenarnya itu Rahman Allah swt. Sementara Rahim adalah kasih sayang Allah yang hanya diberikan pada orang-orang beriman, sebagaimana disebutkan pada surat Al-Ahzab 33:34 “Dan Dia Maha Rahim kepada orang-orang beriman”. Kalau kita memiliki semangat untuk shalat wajib tepat waktu, rajin menelaah ajaran-ajaran Islam, tekun melaksanakan ibadah sunah, jujur dalam ucapan dan prilaku, muak pada kemunkaran, semangat mencari nafkah yang halal, bersyukur kepada-Nya karena hal itu menunjukkan bahwa kita telah mendapatkan Rahim-Nya.
Indah rasanya jika Ibu dari semua surat ini dituntaskan hingga akhir. Setidaknya kita akan mendapati 3 hikmah terpenting di dalamnya untuk bersikap kepada Allah swt. Pertama bersikap syukur yang dengungannya melekat pada ayat 1 dan 2.  Kedua, sikap takut akan pencipta yang mesti hadir di dalam diri kita akan kebebesran Allah, ini tersirat pada ayat ke-3. Dan hikmah terakhir yaitu berupa sikap permhonan atau do’a kepada Allah yang tersirat pada ayat ke 4 hingga 7.
Pada suguhan berikutnya, buku ini menyajikan banyak sekali hikmah kehidupan. Mulai dari surat An-Nash hingga Ad-Dhuha ( di jelaskan dari surat terakhir). Baik, mari kita ambil hikmah kembali dari bagian surat lainnya, yakni pada surat An-Nashr. Surat An-Nashr memiliki 3 ayat, digolongkan dalam surat Madaniyyah karena diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. Arti An-Nshr adalah pertolongan, alasan penamaan karena inti pesannya yaitu perintah agar kita selalu bersyukur dan bertaqwa apabila mendapatkan kemenangan, kekuasaan dan pertolongan.
Penggalan amalan surat ini Allah menyebutkan "Idza ja a nashrullahi wal fath”; “Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan”. Menyebutkan kata Nashr (pertolongan) sebelum kata fath (kemenangan). Ini merupakan peringatan penting agar kita tidak takabur saat meraih kesuksesasn karena pada dasarnya manusia cenderung menepuk dada ketika kesuksesan demi kesuksesaan diraih. Kita sering beranggapan bahwa kemenangan itu murni karena kehebatan dan kerja keras. Padahal, sehebat apapun diri kita, sebesar apapun kerja kita, tanpa pertolongan-Nya, hasilnya pasti nihil. Belive it!
Melangkah kembali pada suguhan surat yang lain. Kali ini Al-‘Ashr, sebuah surat yang juga terdiri atas 3 ayat dan termasuk golongan surat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasulullah saw hijrah ke madinah. Nah, menurut saya arti surat ini begitu dalam, begitu mengajarkan akan pengembangan kualitas hidup. Ya, Al-‘Ashr berarti waktu. Ini  adalah sumpah Allah yang memiliki tujuan agar kita memperhatikanya dengan seksama. Ingat, sesungguhnya kita sangat terikat waktu. Sifat waktu itu dinamis, berjalan terus. Keadaan kitapun berubah sesuai dengan perjalanan waktu.
Contoh sederhana, bulan lalu kita masih mahasiswa, sekararang sudah bergelar sarjana, atau bisa juga malah droup out. Tahun lalu bergelar ayah, sekarang menjadi kakek, atau sepuluh tahun lalu kulit kita masih mulus, sekarang mulai keriput. Jadi, sadar atau tidak, perjalanan waktu akan mengubah kita. Lantas yang menjadi persoalannya, ke arah mana perubahan waktu terjadi?hanya kita yang sesungguhnya mampu memulainnya dan Allah lah yang memutuskannya.
Yup, tentu pengkajian dan penjelasan akan hikmah yang terkandung dari Al-Qur’an adalah memang murni menjadi kebutuhan kita sekitarnya manusia. Jika kamu mau penjelasan solutif yang menggambarkan bahasa yang bersahabat dan kontemporer, buku ini cocok banget buat kamu..
Dwi Wahyuno
Alam Sutera, 8 Februari 2015 

Menyemai impian, meraih sukses mulia

Judul           : Menyemai impian, meraih sukses mulia
Pengarang   : Jamil Azzaini
Tebal buku  : 174
Penerbit      : PT.  Gramedia Pustaka Utama
Resume       : Era IM 1



Buku ini menceritakan tentang kehidupan Jamil Azzaini yang meraih sukses mulia.  Jamil Azzaini seorang inspirator yang memiliki energi besar dalam membangkitkan semangat dan motivasi kita menjadi seorang yang tidak sekedar sukses, tetapi juga mulia dalam kehidupan.  Kisah -kisah yang tertulis didalam buku ini merupakan kumpulan pengalaman dan pengamatan hidup penulis. Berawal dari mimpi seorang anak desa yang tinggal ditengah hutan dan ingin menjadi seorang insinyur pertanian. Dilahirkan dalam keluarga yang miskin. Kampung terdekat sekitar dua kilo meter jauhnya dengan gubuk kami.gubuk kami terbuat dari bambu atapnya berselimutkan ilalang. Gubuk kami  bernama Rejomulyo kecamatan tanjung bintang lampung selatan. Makanan kami sehari -hari adalah tiwul (penganan yang terbuat dari tepung gaplek, dikukus dan dimakan dengan parutan kelapa atau gula ). Melanjutkan sekolah hingga SMP adalah prestasi luarbiasa dikampung itu. Walau keluarga kami miskin,  saya dan kakak yang bersekolah yang sama selalu menjadi juara kelas disetiap semester.
Biarpun kehidupan kami miskin,  bapak selalu mengajarkan agar kami punya cita - cita tinggi.  "Lakukanlah yang kamu mampu. Pupuk cita -cita setinggi-tingginya. Jangan pikirkan kondisi kita sekarang. Pikir suasana nanti saja, ketika cita -cita mu tercapai. " Wejangan seperti itu sering saya dengar setiap kali Saya hendak tidur.  Ketika saya SMP, Saya harus mencari biaya sendiri untuk membayar SPP. selepas subuh, saya harus pergi ke kebun karet untuk mengumpulkan getah karet yang telah membeku dari perkebunan karet. Pekerjaan itu bisa saya tuntaskan sebelum jam 7 Pagi. Saya dibayar Rp 4000 setiap bulan untuk pekerjaan itu.
Karena pekerjaan itu, aroma tak sedap menempel ditangan saya. Walau berulang kali dicuci dengan sabun wangi bau itu tetap saja bercokol.  Sesampainya disekolah, tangan saya sering dicium kemudian diludahi oleh teman teman sekolah. Dalam keadaan begitu, saya teringat kisah mutiara dan kerang rebus dari bapak. pernah saat saya sedang memancing di rawa, bapak datang dan duduk disamping saya.  Ia berkata, " mil bapak mau cerita,  mau dengar? " saya mengganguk.  " kamu tau proses terjadinya mutiara? " tanya bapak saya Yang gagah dan berkulit legam. Saya menggelengkan kepala sambil merangkul pundak, beliau melanjutkan ceritanya. " waktu kerang muda mencari makan atau bergerak untuk pindah, ia akan membuka cangkang penuntup badannya. Buka...... tutup...... buka..... tutup. Nah, suatu kali, disaat cangkang itu terbuka sebutir pasir masuk ke dalam cangkang kerang itu.  Saat kerang pun menangis sambil memanggil-manggil ibunya. " bu, sakit bu.... ada pasir masuk kedalam tubuhku. "Sang ibu menjawab,  "sabar ya nak,  jangan pedulikan sakit itu, bila perlu berikanlah kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu itu. Kerang muda pun menuruti nasihat ibunya. Ia menangis, tapi air matanya untuk membungkus pasir yg masuk kedalam tubuhnya itu. Hal itu terus menerus ia lakukan. Dengan baluran air mata itu, rasa sakitnya itu berangsur berkurang bahkan kemudian hilang sama sekali.
Beberapa saat kemudian kerang kerang itu dipanen. Kerang yang ada pasirnya dipisahkan dengan kerang yang tidak ada pasirnya.  Kerang tak berpasir dijual secara obral dipinggir jalan menjadi "kerang rebus ". Sedangkan kerang yang berpasir dijual ratusan bahkan ribuan kali lipat lebih mahal dibandingkan kerang tak berpasir. Mengapa bisa begitu? karena pasir yang ada didalam kerang itu telah berubah menjadi inti mutiara. Ya.... butiran pasir itu telah dibalut dengan lapisan air mata menjadi mutiara. Setelah menarik nafas panjang, bapak melanjutkan, "kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan kamu akan menjadi seperti kerang rebus atau kerang yang tak ada harganya. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberi manfaat kepada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan kamu akan menjadi mutiara. Cerita bapak dikala itu membuat saya kuat menghadapi cobaan. Kisah kerang rebus dan kerang mutiara lah yang memberi energi Lebih kepada saya. untuk bersepeda lebih dari 40 km setiap hari untuk pergi ke SMAN Way Halim di Bandar Lampung. Baju seragam sekolah yang saya kenakan biasanya basah kuyup oleh keringat saat tiba disekolah atau setibanya dirumah. Kayuhan kaki itu tak sia sia saya selalu mampu menduduki ranking pertama selama bersekolah di SMA itu. Cerita kerang rebus dan kerang mutiara pula yang menguatkan saya saat diterima di IPB tanpa tes.Waktu itu Bapak tak punya uang sepeser pun untuk mengongkosi saya berangkat ke Bogor.  Lalu, Bapak dan saya mendatangi salah seorang penduduk kampung yg tergolong kaya. Respon sang orang kaya sungguh tak saya duga....

Tazkiyatun Nafs


Judul            : Tazkiyatun Nafs
Penulis         : Ibnu Rajab Al-Hambali, Ibnu Qayim Al-Jauziyah, Imam Al-Ghazali
Penerbit       : Pustaka Arafah
Peresume     : Devy, IM2
Bab              : Hati



Buku ini berisi tentang konsep penyucian jiwa menurut ulama salafushalih. Bagaimana menyucikan jiwa yang sesuai dg Al Quran dan Al Hadits. Dimulai dari bab 1 tentang ikhlas, sampai bab terakhir tentang taubat. Dan karena ini terkait dengan penyucian jiwa, maka kita tak akan terlepas dari bahasan hati. Bab yang membahas tentang Hati dalam buku ini merupaka bab dengan bahasan terpanjang, dan yang akan saya ulas dalam resume saya kali ini. Dari apa itu hati, macam-macamnya, kondisi hati, faktor sakitnya hati dan penawarnya. Cekidot..

Allah berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. Al-Isra: 36)

Rasulullah SAW bersabda: 'Ketahuilah, di dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.' (H.R. Bukhori & Muslim)

Dari firman Allah dan sabda Rasulullah di atas, maka kita tahu bahwa hati adalah organ yang sangat penting. Ia penentu baik buruknya kita, dan ia juga sebagai salah satu yang akan dimintai pertanggungjawaban nanti di akhirat. Dari sini, maka ada 3 macam hati, yaitu: hati yang hidup, hati yang sakit dan hati yang mati. Hati yang hidup adalah hati yang mengenal Tuhannya, yang melakukan segala sesuatu karena Tuhannya dan akan kembali padanya dengan selamat (qalbun salim). Sedangkan hati yang sakit adalah hati yang kadang taat kadang durhaka, tergantung mana yang lebih kuat pengaruhnya. Kadang ia baik, kadang menuju ke kerusakan. Nah hati yang mati adalah hati yang rusak, yang tidak mengenal Tuhannya dan menolak kebenaran.

Faktor sakitnya hati ada dua yaitu syahwat dan syubhat. Sedangnkan racun hati berdasarkan penulis buku ini ada 4, yaitu: banyak bicara, banyak memandang, banyak bergaul dan banyak makan. Sedangkan penawarnya? Tentu saja dengan tilawah Al Quran, dzikir dan doa. Tertarik lebih jauh? Silakan baca buku ini. Semoga bermanfaat. ^^

Devy, IM2