Minggu, 05 April 2015

Menyemai impian, meraih sukses mulia

Judul           : Menyemai impian, meraih sukses mulia
Pengarang   : Jamil Azzaini
Tebal buku  : 174
Penerbit      : PT.  Gramedia Pustaka Utama
Resume       : Era IM 1



Buku ini menceritakan tentang kehidupan Jamil Azzaini yang meraih sukses mulia.  Jamil Azzaini seorang inspirator yang memiliki energi besar dalam membangkitkan semangat dan motivasi kita menjadi seorang yang tidak sekedar sukses, tetapi juga mulia dalam kehidupan.  Kisah -kisah yang tertulis didalam buku ini merupakan kumpulan pengalaman dan pengamatan hidup penulis. Berawal dari mimpi seorang anak desa yang tinggal ditengah hutan dan ingin menjadi seorang insinyur pertanian. Dilahirkan dalam keluarga yang miskin. Kampung terdekat sekitar dua kilo meter jauhnya dengan gubuk kami.gubuk kami terbuat dari bambu atapnya berselimutkan ilalang. Gubuk kami  bernama Rejomulyo kecamatan tanjung bintang lampung selatan. Makanan kami sehari -hari adalah tiwul (penganan yang terbuat dari tepung gaplek, dikukus dan dimakan dengan parutan kelapa atau gula ). Melanjutkan sekolah hingga SMP adalah prestasi luarbiasa dikampung itu. Walau keluarga kami miskin,  saya dan kakak yang bersekolah yang sama selalu menjadi juara kelas disetiap semester.
Biarpun kehidupan kami miskin,  bapak selalu mengajarkan agar kami punya cita - cita tinggi.  "Lakukanlah yang kamu mampu. Pupuk cita -cita setinggi-tingginya. Jangan pikirkan kondisi kita sekarang. Pikir suasana nanti saja, ketika cita -cita mu tercapai. " Wejangan seperti itu sering saya dengar setiap kali Saya hendak tidur.  Ketika saya SMP, Saya harus mencari biaya sendiri untuk membayar SPP. selepas subuh, saya harus pergi ke kebun karet untuk mengumpulkan getah karet yang telah membeku dari perkebunan karet. Pekerjaan itu bisa saya tuntaskan sebelum jam 7 Pagi. Saya dibayar Rp 4000 setiap bulan untuk pekerjaan itu.
Karena pekerjaan itu, aroma tak sedap menempel ditangan saya. Walau berulang kali dicuci dengan sabun wangi bau itu tetap saja bercokol.  Sesampainya disekolah, tangan saya sering dicium kemudian diludahi oleh teman teman sekolah. Dalam keadaan begitu, saya teringat kisah mutiara dan kerang rebus dari bapak. pernah saat saya sedang memancing di rawa, bapak datang dan duduk disamping saya.  Ia berkata, " mil bapak mau cerita,  mau dengar? " saya mengganguk.  " kamu tau proses terjadinya mutiara? " tanya bapak saya Yang gagah dan berkulit legam. Saya menggelengkan kepala sambil merangkul pundak, beliau melanjutkan ceritanya. " waktu kerang muda mencari makan atau bergerak untuk pindah, ia akan membuka cangkang penuntup badannya. Buka...... tutup...... buka..... tutup. Nah, suatu kali, disaat cangkang itu terbuka sebutir pasir masuk ke dalam cangkang kerang itu.  Saat kerang pun menangis sambil memanggil-manggil ibunya. " bu, sakit bu.... ada pasir masuk kedalam tubuhku. "Sang ibu menjawab,  "sabar ya nak,  jangan pedulikan sakit itu, bila perlu berikanlah kebaikan kepada sang pasir yang telah menyakitimu itu. Kerang muda pun menuruti nasihat ibunya. Ia menangis, tapi air matanya untuk membungkus pasir yg masuk kedalam tubuhnya itu. Hal itu terus menerus ia lakukan. Dengan baluran air mata itu, rasa sakitnya itu berangsur berkurang bahkan kemudian hilang sama sekali.
Beberapa saat kemudian kerang kerang itu dipanen. Kerang yang ada pasirnya dipisahkan dengan kerang yang tidak ada pasirnya.  Kerang tak berpasir dijual secara obral dipinggir jalan menjadi "kerang rebus ". Sedangkan kerang yang berpasir dijual ratusan bahkan ribuan kali lipat lebih mahal dibandingkan kerang tak berpasir. Mengapa bisa begitu? karena pasir yang ada didalam kerang itu telah berubah menjadi inti mutiara. Ya.... butiran pasir itu telah dibalut dengan lapisan air mata menjadi mutiara. Setelah menarik nafas panjang, bapak melanjutkan, "kalau kamu tidak pernah mendapat cobaan kamu akan menjadi seperti kerang rebus atau kerang yang tak ada harganya. Tapi kalau kamu mampu menghadapi cobaan, bahkan mampu memberi manfaat kepada orang lain ketika kamu sedang mendapat cobaan kamu akan menjadi mutiara. Cerita bapak dikala itu membuat saya kuat menghadapi cobaan. Kisah kerang rebus dan kerang mutiara lah yang memberi energi Lebih kepada saya. untuk bersepeda lebih dari 40 km setiap hari untuk pergi ke SMAN Way Halim di Bandar Lampung. Baju seragam sekolah yang saya kenakan biasanya basah kuyup oleh keringat saat tiba disekolah atau setibanya dirumah. Kayuhan kaki itu tak sia sia saya selalu mampu menduduki ranking pertama selama bersekolah di SMA itu. Cerita kerang rebus dan kerang mutiara pula yang menguatkan saya saat diterima di IPB tanpa tes.Waktu itu Bapak tak punya uang sepeser pun untuk mengongkosi saya berangkat ke Bogor.  Lalu, Bapak dan saya mendatangi salah seorang penduduk kampung yg tergolong kaya. Respon sang orang kaya sungguh tak saya duga....

0 komentar: