Sabtu, 07 Maret 2015

Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta


Judul : Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta
Penulis : Darwis Tere Liye
Tebal buku : 69  halaman
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Resumed by : Ayu Afsari



Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta

Buku ini berisi kumpulan 24 sajak dengan ilustrasi terbaik karya Tere Liye. Sajak tentang memiliki, juga tentang melepaskan. Sajak tentang pertemuan, juga tentang perpisahan. Sajak tentang kebahagiaan, juga tentang kesedihan. Serta tambahan sajak bergurau dengan perasaan. Berikut salah satu sajak terbaik yang saya suka dari buku ini, yang berjudul “Sajak Embun dan Perasaan”, berikut ini isi sajaknya :

“Kenapa embun itu indah? 
Karena butir airnya tidak menetes.. 
Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun..

Kenapa purnama itu elok? 
Karena bulan balas menatap di angkasa.. 
Sekali dia bergerak, tidak ada lagi purnama..

Aduhai, mengapa sunset menakjubkan? 
Karena matahari menggelayut malas di kaki langit.. 
Sekali dia melaju, hanya tersisa gelap dan debur ombak..

Mengapa pagi menentramkan dan dingin? 
Karena kabut mengambang di sekitar.. 
Sekali dia menguap, tidak ada lagi pagi..

Di dunia ini.. 
Duhai, ada banyak sekali momen-momen terbaik.. 
Meski singkat, sekejap.. 
Yang jika belum terjadi langkah berikutnya.. 
Maka dia akan selalu spesial..

Sama dengan kehidupan kita, perasaan kita..
Menyimpan perasaan itu indah.. 
Karena penuh misteri dan menduga.. 
Sekali dia tersampaikan, tidak ada lagi menyimpan..

Menunggu seseorang itu elok.. 
Karena kita terus setia berdiri.. 
Sekali dia datang, tidak ada lagi menunggu..

Bersabar itu menakjubkan.. 
Karena kita terus berharap dan berdoa.. 
Sekali masanya tiba, tiada lain kecuali jawaban dan kepastian.. 
Sungguh tidak akan keliru bagi orang-orang yang paham..

Wahai, tahukah kita kenapa embun itu indah? 
Karena butir airnya tidak menetes.. 
Sekali dia menetes, tidak ada lagi embun.. 
Masa singkat yang begitu berharga..”

Dari sajak-sajak dan atau tulisan Tere Liye yang lain, saya menebak bahwa beliau adalah pria kelahiran Sumatera, tapi tidak tahu pasti Sumatera bagian mana. Hal ini dapat dirasakan dari gaya dan pilihan kata yang digunakan beliau, yang menurut saya Sumatera banget, lebih tepatnya ke-melayu-melayu-an, sedikit mirip dengan tulisannya Andrea Hirata.

Kenapa saya menebak, kenapa tidak tahu persis. Karena saya memang bukan pecinta tulisannya Tere Liye. Saya memperoleh buku ini dari seorang teman di hari jadi saya beberapa waktu yang lalu. Dari hasil membaca buku kumpulan sajak ini, saya menjadi lebih paham bahwa menulis itu semudah mengungkapkan perasaan secara jelas, tak perlu kalimat yang bertele-tele, tak perlu memilih istilah yang sulit dimengerti oleh pembaca. Just write everything you want to write. Recommended book dehh bagi pecinta sajak dan puisi. Sebagai penutup, “Menulislah, karena melalui tulisan kita lebih bebas menerangkan perasaan”.

0 komentar: