Rabu, 18 Maret 2015

LEGIUN MUSLIM DI KANCAH EROPA



JUDUL BUKU : LEGIUN MUSLIM DI KANCAH EROPA
PENULIS : AGUS “AHA” HIDAYAT
PENERBIT: B-FIRST
CETAKAN I: 2008
JUMLAH HALAMAN: xviii HALAMAN DAN 259 HALAMAN




Saat ini sepakbola sudah menjadi olahraga yang paling digemari masyarakat kita, tak peduli usia, ras, agama bahkan gender. Semuanya hampir menyukai olahraga mengolah kulit bundar ini.
Beberapa sejarah pun telah terukir indah dalam kancah persepakbolaan dunia, mulai dari pecah telurnya penantian panjang PERSIB selama 20 tahun untuk menjadi JUARA di ISL 2014, takluknya Brazil secara memalukan oleh Jerman pada helatan Piala Dunia kemarin, terpilihnya CR7 (Cristiano Ronaldo) sebagai peraih Ballon d’or, dan gol spektakuler James Rodriguez yang mengalahkan gol The Flying Dutchman milik Robin van Persie dalam event penghargaan Puskas Award.
Sebenarnya jika gol van Persie yang terpilih dalam event tersebut, maka kabar gembira ini setidaknya bisa menjadi pelipur lara bagi umat muslim di dunia ini, khususnya di Indonesia, di tengah segala bencana, fitnah dan provokasi yang tengah menimpa kita.
Mengapa? Karena menurut pemaparan buku ‘Legiun Muslim di Kancah Eropa’ ini, disebutkan salah satu legiun Muslim yang beredar di liga-liga papan atas Eropa adalah van Persie, yang saat ini membela Manchester United.
Karena buku ini di terbitkan pada tahun 2008, maka dalam buku ini diulas kisah perjalanan karir sepak bola seorang van Persie, dari awal mula meniti karir di klub Feyenoord di tahun 2001 sampai di kontrak Arsenal dan saat berseragam Arsenal-lah, tepatnya pada tahun 2006 van Persie menikah dengan seorang gadis keturunan Belanda-Maroko bernama Bouchra. Allah akhirnya memberikan Hidayah Nya melalui istri van Persie, van Persie menjadi mualaf bukan hanya karena kecintaannya terhadap Bouchra, ia masuk Islam karena keyakinannya, ia merasa mendapatkan keteduhan dan ketenangan. Memang, pemberitaan keislaman van Persie lebih sedikit di ekspos, karena hingga saat ini van Persie tak banyak berkomentar soal status Muslim yang di sandangnya. ia lebih memilih untuk menyimpan rapat-rapat. Para wartawan yang mencoba mengorek hal ini pun malah ditanggapi van Persie dengan senyuman.
Tak hanya van Persie, legiun Muslim lainnya pun yang berkiprah di liga-liga eropa musim 2007/2008 dikupas di buku ini. Zlatan Ibrahimovic yang saat itu berseragam Inter Milan. Karim Benzema yang masih membela Olympique Lyon. Frederic Kanoute saat membela panji Sevilla. Nicolas Anelka dan Khalid Boulahrouz di Chelsea. kakak beradik Kolo Toure dan Yaya Toure yang masing-masing pada musim 2007/2008 membela Arsenal dan Barcelona.
Pun rekan Yaya Toure di Barcelona saat itu, Eric Abidal dan Lilian Thuram. Di tim rival Real Madrid ada Mahamadou Diarra. El Hadji Diouf, pemain yang malang melintang di klub-klub Eropa dan tempramental itu membela Bolton Wanderers. Duo pemain Juventus, Hasan Salihamidzic dan Mohamed Sissoko. Juga Lassana Diarra yang membela Portsmouth. Tak lupa pemain yang sejak buku ini diterbitkan sampai sekarang masih setia membela Bayern Muenchen, yaitu Franck Ribery.
Beberapa nama yang disebut merupakan pemain senior yang saat ini sebagian kecil sudah gantung sepatu, buku ini juga mengupas kisah pemain muda Muslim yakni Hatem Ben Arfa yang bermain di Marseille dan Samir Nasri yang saat itu masih berkostum Arsenal.
Meski demikian penulis buku ini, Agus AHA dalam kata pengantarnya, tidak melupakan sang Legenda Zinadine Zidane yang kala itu masih aktif membela Real Madrid. Bahkan penulis berhasil menyusun starting eleven tim Muslim berdasarkan pengamatannya pada perhelatan Piala Eropa 2008, dengan catatan tidak memasukkan pemain Turki yang notabene beragama Islam.
Penulis mengatakan total ada 20 pemain muslim yang masuk dalam skuad Muslimnya itu, mereka adalah, Kiper: Rami Shaaban (Swedia), Eldin Jakupovic (Swiss). Bek: Renat Yanbayev (Rusia), Khalid Boulahrouz (Belanda), Eric Abidal (Prancis). Gelandang: Darijo Srna (Kroasia), Franck Ribery, Samir Nasri, Lassana Diarra (Prancis), Ibrahim Affelay (Belanda), Diniyar Bilyaletdinov (Rusia), Valon Behrami (Swiss). Depan: Robin van Persie (Belanda), Nicolas Anelka, Karim Benzema (Prancis).
Belum ditambah pemain keturunan Turki yang membela negara lain: Hakan Yakin, Eren Derdiyok, Gokhan Inler (Swiss), Ramazan Ozkan dan Umi Korkmaz (Austria).
Para Pemain ini kebanyakan merupakan pilar penting di klub dan timnas. Misalnya saja sampai saat ini Karim Benzema membuktikan dirinya pantas bermain bersama peraih Ballon d’or tahun ini CR7 di Real Madrid. Samir Nasri memberikan tajinya bersama Arsenal sebelum pindah ke Manchester City dan mempersembahkan gelar liga primer Inggris. Atau Eric Abidal yang merupakan pintu pertahanan Barcelona yang kokoh padan musim 2007/2008.
Namun, mereka tak hanya bintang di lapangan, di dalam buku ini disebutkan pula keseharian para legiun Muslim yang menunjukkan keseharian seorang Muslim, misalnya saja kebiasaan Franck Ribery yang selau menengadahkan kedua tangan, mengkhusyukan diri dalam doa sekian detik sebelum kick off di mulai. Jiwa sosial yang tinggi pada diri Frederic Kanoute terlihat saat beliau menyelamatkan sebuah Masjid di Sevilla, juga mendirikan yayasan yatim piatu di kampung halamannya, Mali. Pun kebiasaan Eric Abidal yang selalu membawa tas kecil dalam setiap sesi latihan Barcelona, isi tas tersebut adalah Al Qur’an, para pemain El Barca lainnya sering melihat Eric Abidal menyendiri atau bahkan tak terlihat setelah latihan, mereka tahu Abidal sedang menunaikan shalat atau meluangkan waktu membaca Al Qur’an. Bahkan bagi seorang Kolo Toure shalat Jum’at lebih penting daripada wawancara, beberapa kali jika latihan pagi bertepatan dengan hari Jum’at, wartawan yang ingin mewawancarainya terpaksa gigit jari, karena tak mendapati Kolo Toure di Press Room. Ada juga Mohammed Sissoko yang selalu mengawali percakapan dengan Assalamu’alaikum dan berjabat tangan.
Islam memang agama yang indah, seorang Robin van Persie yang selama berkostum Feyenoord selalu bermasalah dengan pelatihnya saat itu, van Marwijk akibat sifat tempramentalnya. Setelah pindah ke Arsenal dan memeluk Islam, perlahan van Persie mulai bisa mengendalikan emosinya. Begitu juga dengan Franck Ribery yang semakin mengkilap bersama Bayern Muenchen sampai saat ini. Hal itu terjadi karena Franck Ribery menjadikan Islam sebagai sumber kekuatannya di dalam maupun di luar lapangan.
Akhirul kalam, kelanjutan dari buku ini sangat saya nanti, karena saat ini pun masih bertebaran legiun Muslim di kancah Eropa, sebut saja Mesut Ozil yang selalu membaca Al Fatihah sebelum bertanding, Ozil sukses di Real Madrid dan kini di Arsenal, ia pun menjadi pilar lini tengah timnas Jerman. Kita juga tentu masih ingat dengan sosok striker haus gol, Demba Ba yang bersinar bersama Newcestle, Ba terkenal dengan selebrasi golnya yang khas, yakni sujud syukur.

Bandung, 19 Januari 2015
Ahmad Fauzi
Indonesia Membaca 3

0 komentar: