Minggu, 05 April 2015

Didiklah Anakmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib

 Didiklah Anakmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Judul                     : Didiklah Anakmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib
Penulis                  : Yusuf A. Rahman
Penerbit                : Diva Press
Jml. Halaman       : 182

Buku ini dibagi menjadi 4 bab, yaitu mendidik anak usia 0-6 tahun ala Sayyidina Ali RA, mendidik anak usia 6-12 tahun, mendidik anak usia 12-17 tahun, dan mendidik anak usia 17 tahun ke atas. Mengapa pembahasannya harus dikelompok-kelompokkan berdasarkan usia? Menurut penulis, setiap jenjang usia anak memiliki karakteristik masing-masing sehingga diperlukan pengasuhan yang berbeda-beda pula.

Fase usia 0-6 tahun disebut sebagai fase kanak-kanak yang merupakan fase pondasi. Fase ini sangat penting untuk menjalani kehidupan pada fase-fase berikutnya karena rangsangan apapun yang diterima, baik dari orangtua maupun lingkungan akan membekas kuat dalam ingatan anak. Kesalahan sedikit saja dapat menimbulkan efek negatif pada diri anak. Fase usia 0-6 tahun juga sangat menentukan pertumbuhan kecerdasan anak dalam semua aspek kehidupan.

Pola pengasuhan anak usia 0-6 tahun yang dapat dicontoh dari Sayyidina Ali RA di antaranya adalah dengan mencurahkan kasih sayang karena dengan kasih sayang, pendidikan dan nasihat yang disampaikan orangtua dapat diterima dengan lebih baik, selain itu kasih sayang juga menjadi stimulasi bagi anak untuk menyayangi orangtua dan lainnya. Yang kedua adalah dengan memuliakan anak dengan keteladanan sifat-sifat terpuji. Pada fase ini, anak memiliki kemampuan luar biasa untuk meniru orang dewasa, terlebih lagi orangtuanya. Oleh karena itu, orangtua harus memprioritaskan tindakan nyata penuh keteladanan daripada sekedar nasihat.

Ajarkan pada anak perilaku-perilaku terpuji yang bermanfaat dan dapat memuliakan diri mereka sendiri. Yang ketiga adalah dengan membentuk kepribadian anak sejak dini karena jika akhlak yang baik merupakan cerminan kesempurnaan iman, maka membentuk karakter anak menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh orangtua. Yang keempat adalah tanamkan kejujuran karena kejujuran adalah kemuliaan, sedangkan dusta adalah kehinaan. Yang kelima dengan merangsang imajinasi anak agar semakin kreatif. Salah satu cara merangsang imajinasi adalah dengan mendongeng atau bercerita mengenai kisah-kisah keteladanan. Dongeng atau cerita merupakan salah satu seni untuk merangsang imajinasi agar anak semakin kreatif.

Usia 6-12 tahun disebut sebagai fase kanak-kanak lanjut. Pada fase ini, anak sudah mulai merasa memiliki hak sehingga terkadang anak sudah berani bertindak atau merespon perilaku atau tindakan yang merugikan dirinya. Fase ini sangat penting dalam perkembangan intelektual dan emosi terhadap hal baru. Pola asuh ala Sayyidina Ali pada fase ini meliputi pengajaran kedisiplinan yang berarti melatih diri untuk membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral.

Yang kedua adalah dengan memberikan pendidikan agama yang baik dan benar. Pendidikan agama dalam konteks ini tidak hanya mengenai ibadah mahdhah saja tapi juga meliputi akhlak Islam. Yang ketiga adalah dengan memberikan hukuman dan hadiah sebagai motivasi. Hukuman penting jika anak melakukan kesalahan dengan catatan hukuman yang diberikan bersifat edukatif dan tidak menciderai hak-hak anak. Hukuman diberikan agar anak tidak mengulangi kesalahan dan dapat mengambil hikmah dari kesalahan tersebut. Sedangkan hadiah diberikan sebagai penghargaan atas prestasi atau keberhasilan anak agar anak termotivasi untuk terus berkembang.

Yang keempat adalah memberikan nasihat  tanpa menyebut kesalahan. Hal ini penting karena menurut Sayyidina Ali, memberikan nasihat dengan menyebut kesalahan berulang-ulang justru akan membuat anak keras kepala. Yang kelima adalah memberikan pendidikan yang diperlukan anak ketika dewasa. Dalam hal ini, orangtua harus mengetahui bakat anak sehingga bakat tersebut dapat dikembangkan dan bisa berguna bagi anak ketika dewasa. Yang keenam adalah mengajarkan untuk berbakti kepada orangtua dengan cara-cara yang baik.

Selanjutnya adalah fase remaja yaitu usia 12-17 tahun. Pada fase ini tampak perubahan-perubahan mendasar dari fase sebelumnya sehingga orangtua harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak. Pola asuh yang dapat diterapkan di antaranya yang pertama dengan mengajarkan toleransi dan rasa hormat. Anak harus diajarkan untuk menghargai perbedaan yang ada sehingga tidak muncul sifat-sifat kedirian dan mementingkan diri sendiri. Yang kedua adalah jangan memaksa anak menjadi seperti kita (orangtua). Orangtua harus menghargai pilihan anak dengan terus memberikan arahan yang baik. Yang ketiga adalah dengan menjadi kawan yang baik bagi anak karena dengan menjalin kedekatan dengan anak menjadikan mereka lebih nyaman bercerita dengan orangtuanya. Yang keempat adalah dengan memberikan ruang bebas kepada anak. Tentunya disertai dengan keteladanan, arahan, dan batas-batas tertentu. Yang kelima adalah memotivasi anak agar dewasa dalam berfikir sehingga anak tidak terus menerus manja dan bergantung pada orangtua. Dan yang keenam adalah dengan mengajarkan etika yang baik kepada anak sehingga anak dapat berlaku baik di masyarakat dan tahu batasan norma-norma yang berlaku.

Fase selanjutnya adalah usia di atas 17 tahun. Usia ini sudah mendekati dewasa sehingga pola asuh ala Sayyidina Ali yang dapat diterapkan di antaranya mengajarkan anak untuk tidak terpukau pada dunia sebab dunia hanya bersifat sementara. Sikap zuhud ini yang dapat mengantarkan anak pada kesuksesan baik di dunia maupun akhirat. Yang kedua adalah anak diajarkan hidup sederhana. Sayyidina Ali selalu meneladankan kesederhanaan dalam hidup karena kesederhanaan merupakan pintu kebahagiaan. Kesederhanaan dapat dilatih dengan menekankan pada anak untuk selalu bersyukur atas karunia Allah SWT sehingga anak tidak akan banyak mengeluh tentang hidup.

Demikianlah resume mengenai keteladanan Sayyidina Ali dalam pola pengasuhan anak. Semoga memberikan manfaat. Terimakasih.

Yogyakarta, 5 Maret 2015
Dyah Ayu Widyastuti           

0 komentar: