Minggu, 01 Maret 2015

Living Smart


“Membangkitkan kecerdasan hidup anda”, inilah key sentence dari isyarat yang berdampingan pada cover buku ini. Isayarat yang cukup unik dan memunculkan pertanyaan ini ternyata memiliki inti ajakan kepada pembaca untuk lekas membangkitkan sisi spiritual kehidupannya. Sisi yang ternyata adalah kunci dari sisi-sisi yang lain. Yup, karena dengan sisi spiritual yang telah bangkit dan kuat akan kekokohannya maka kehidupan yang cerdas akan segera menjumpainya...

Ada setidaknya 18 (delapan belas) ulasan yang mas Nazhif gugah pada buku ini. Tersirat, merupakan proses cerdas agar para pembaca mampu membangkitkan kehidupannya yang cerdas. Cerdas dalam artian yang hakiki, cerdas yang gak hanya sebatas rumor atau cerdas yang pamer. Melainkan cerdas dalam memandang hidup ini secara benar dan istimewa, agar hidup ini tidak lagi dihiasi  dengan penyesalan dan agar hidup ini lebih bermakna. So, ada sikap bijak yang berkelanjutan untuk menyikapi hidup dan nasib di dunia dan pada akhirnya akan dinantikan hasilnya di akhirat.

Di awal penggugahan LiVinG sMaRt, mas Nazhif mengajak para pembaca untuk mengingat akan hakikat lafal “Tahmid” atau men-smart-kan diri dengan bersyukur. Ya, Alhamdulillah itu memang inspirasi penggugah jiwa yang syarat makna. Kita sering benar-benar bisa bersyukur kepada Allah swt. Apabila pemeliharaan Allah kepada kita dapat dirasakan. Akan tetapi, masalahnya yang sering terjadi di antara kita justru adalah keraguan yang timbul dalam hati: jika Allah memelihara kita, mengapa hidup kita banyak mengalami penderitaan?; mengapa kita ditipu ketika kita berbisnis?; di mana pemeliharaan Allah?

Astagfirullah, itu yang harus kita ucapkan ketika pertanyaan-pertanyaan tersebut mulai memasuki benak kita. Satu hal yang harus kita ingat, Allah memelihara kita bukan saja melalui kegembiraan, tetapi juga melalui kesedihan. Ibarat kegelapan dan cahaya yang semuanya memiliki fungsi strategis. Tujuannya, supaya kita mencapai perkembangan yang baik.

“Segala puji bagi Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan menjadikan kegelapan dan cahaya” (Q.S. Al-an’am;1)

Mensyukuri berarti mensyukuri yang ada, bukan mensyukuri apa yang akan ada. Ini yang seharusnya dipatrikan sebagai komitmen hidup kita. Sehingga, kita benar-benar hidup dengan positive thinking dan LiVinG sMaRt.

Berikutnya ada ulasan lain dari mas Nazhif yang menyoroti tentang Tauhid smart. Bermakna untuk memahami penciptaan Allah atas diri kita akan sangat berarti ketika kita membuktikannya dengan mengoptimalkan apa yang sudah dikaruniakan Allah kepada kita untuk kebaikan dan kemanfaatan orang lain-khairun nas ‘anfa uhum linnas.

Setiap kali pengetahuan kita akan orang lain bertambah, berubahlah sikap kita terhadap orang itu. Jadi, bergantung pada kadar pengetahuan. Di situlah adanya sikap.

Jika kita berpikir akan gagal, kita dengan mudah menyerah pada nasib, dan akhirnya menjadi sosok pribadi yang fatalistis. Sebaliknya, jika kita berpikir akan sukses, seluruh energi akan kita kerahkan dan ada sinergi untuk mencapai apa yang kita targetkan.

Oke, hal yang lainnya dari LiVinG sMaRt yakni prestasi smart. Nama –nama yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita seperti Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam al-Ghozali, Aristoteles, Palto, Isaac Newton, Thomas Alva Edison, Albert Einstein, Hasal Al-Banna, Muhammad Natsir, Buya Hamka, dan banyak lagi sosok yang menginspirasi sejarah dunia ini..

Nah, pada LiVinG sMaRt mas Nazhif malah kupas sosok yang gak masuk list-list tersebut. Beliau seakan mau tunjukin hal lain yang juga punya prestasi smart, prestasi yang akan menuntun kebahagiaan seseorang dalam hidupnya, menebar manfaat di dunia...

Sosok tersebutlah yang sering lekat dengan panggilan “Amar bin Tsabit”. Seorang pemilih yang tepat dan dalam waktu yang juga tepat. Penasaran?? Saya pun penasarang banget...

Mulanya, kisah ini di awali dengan persiapan Rasulullah Saw saat akan menghadapi perang Uhud. Perang yang menjadi hikmah intropeksi muslim dan strategi menyerang ataupun diserang.

Amar adalah orang yang tak terduga oleh Rasul akan mengislamkan dirinya di waktu tersebut, dimana keangkuhan jahiliyah yang dulunya sempat menonjol pada dirinya seakan tersapu oleh angin akan niatannya yang suci. Dalihnya dulu seakan membekas saat itu, “Kalau aku tidak tahu kebenaran yang aku kemukakan, sudah pasti aku tidak akan mengikutinya”. Dalihnya pun sirna ketika Rasulullah menyambut kedatangannya dengan gembira, ditambah ia rela untuk maju kemedan perang bersama Nabi Muhammad Saw.

Kepiawaian Amar di medan perang adalah tauladan yang baik bagi kita. Pedang musuh berkali-kali mengenai dirinya, tetapi tidak dipedulikannya. Bahkan ia terus maju sampai ia terjatuh pingsan berlumuran darah dan akhirnya Amar meninggal. Sesaat dalam keadaan antara hidup atau mati Amar berkara; Aku sudah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu aku siapkan pedangku dan maju ke medan perang. Allah akan memberikan syahid padaku dalam waktu yang tidak lama lagi...” Hal ini pun Rasulullah respon dengan; “Amar akan berada dalam surga nantinya”. Subhanallah, betapa idahnya, betapa nikmatnya, betapa cerdasnya ketika kita mampu mengukir prestasi, lebih-lebih prestasi gemilang yang dirindukan oleh setiap mukmin, yaitu mati menjemput syahid dalam perjuangan dienullah yang haq.

“Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap yang tersembunyi”. 

Di sela akhir gugahan LiVinG sMaRt, mas Nazhif tak lupa merangsang dan mengingatkan “akibat orientasi memberi”. Secara ringkas, gugahan ini mendorong setiap orang untuk melakukan aktivitas yang tumbuh dari dalam dirinya sendiri yang jelas, serta membawa perubahan yang berguna secara sosial.

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”. (Q.S. Al-Isra’:7)


Kategori        : Non Fiksi
Judul              : LiVinG sMaRt
Penulis          : M. Nazhif Masykur
Penerbit        : Pro You


Tebal Buku   : 271 halaman

Indralaya, 8 Januari 2015
Dwi Wahyuno

#dalam Edisi DWI Bermanfaat  

0 komentar: