Sabtu, 07 Maret 2015

The Kill Order


Judul Buku: The Kill Order (Maze Runner Series, #0.5)
Penulis: James Dashner
Tebal Buku: 327 halaman
Penerbit: Delacorte Press
Tahun Terbit: 2012



Buku ini bercerita tentang Mark dan Trina, yang bertemu dengan Alec, seorang mantan tentara, dan Lana, mantan perawat ketentaraan, setelah badai matahari melanda bumi. Tokoh lainnya adalah Darnell, Misty, dan the Toad, yang sama-sama merupakan survivor dari badai matahari. Kisah bagaimana Mark dan Trina bisa bertemu dengan orang-orang ini diceritakan melalui mimpi-mimpi Mark yang selalu “menghantuinya” setiap kali tidur, saat badai matahari pertama kali melanda bumi. Diceritakan, Mark dan Trina sedang berada di dalam kereta bawah tanah ketika kereta tiba-tiba berhenti, dan terdengar teriakan-teriakan memilukan dari permukaan tanah. Ketika Mark dan Trina mencoba mencari tahu, yang mereka temukan adalah orang-orang di permukaan tanah yang sedang berteriak kesakitan, dengan kulit-kulit mereka yang seolah meleleh. Panas saat itu benar-benar membakar. Mereka pun memutuskan untuk tetap berada di bawah tanah, dan saat itulah mereka akhirnya bertemu dengan Alec serta Lana, yang akhirnya mempertemukan mereka dengan Misty dan the Toad. Dengan kemampuan serta perlindungan dari Alec dan Lana, mereka pun mampu bertahan hingga sampai di pemukiman pengungsi di Pegunungan Appalachian.

Suatu hari, ketenangan mereka terusik dengan kedatangan sebuah pesawat asing dengan orang-orang berbaju hijau aneh yang menembakkan panah-panah mematikan. Mark dan Alec mencoba masuk ke dalam pesawat untuk mencari tahu siapa orang-orang itu sebenarnya. Alih-alih bertemu dengan awak pesawat, mereka justru menemukan kotak berisi anak-anak panah itu, yang ternyata tidak hanya membawa racun, tetapi juga virus yang bukan hanya mematikan satu orang, namun juga dapat menular. Hal itu terbukti ketika Mark dan Alec kembali ke pemukiman mereka. Lana mengatakan pada mereka bahwa Darnell, yang telah tertembak panah beracun itu, jadi bersikap aneh. Dia berteriak-teriak sambil memukul-mukul kepalanya, mengeluhkan tentang “sesuatu di dalam otaknya,” dan bersikap seperti orang gila. Pada akhirnya, Darnell tewas setelah membentur-benturkan kepalanya ke tembok.

Melihat hal ini, ditambah dengan adanya kemungkinan mereka semua tertular, Alec mengajak teman-temannya untuk pergi ke markas pesawat tersebut dan mencari tahu apakah mereka punya penawarnya. Dengan peta di dalam workpad yang mereka temukan di dalam pesawat, serta kemampuan Alec sebagai seorang tentara, mereka pun bersiap untuk memulai perjalanan. Tepat sebelum mereka berangkat, Misty mendadak mengeluhkan sakit kepala. Dia tahu dia akan menjadi seperti Darnell, jadi dia memohon kepada kawan-kawannya untuk meninggalkannya. The Toad, sahabat terdekat Misty, menolak meninggalkannya sendirian. Walau sudah dipaksa pergi, the Toad tetap bersikeras. Akhirnya, dengan berat hati, Mark dan yang lainnya meninggalkan kedua sahabat itu di pemukiman. Hingga pada suatu malam, ketika sedang berhenti sebentar untuk beristirahat, the Toad tiba-tiba muncul membawa berita buruk: Misty telah meninggal di dalam pelukannya. Bukan hanya itu saja, dia juga mengatakan bahwa dia kemungkinan besar sudah tertular. Pernyataan terakhirnya tidak memerlukan waktu lama untuk dibuktikan, karena tiba-tiba dia menunjukkan gejala yang persis seperti Misty dan Darnell. Dengan sigap, Alec menarik the Toad ke dalam hutan. Tidak lama kemudian, Alec kembali dengan tangan berlumuran darah.

Perjalanan mereka pun berlanjut hingga mereka menemukan pemukiman kosong yang penuh dengan mayat bergelimpangan. Tiba-tiba, muncul seorang gadis kecil yang memperkenalkan diri sebagai Deedee. Gadis itu mengatakan bahwa semua penduduk telah pergi dan meninggalkannya sendirian, karena dia tidak mati maupun menjadi gila, walaupun sudah tertembak oleh panah beracun dari langit. Bahkan, anak itu menambahkan, para penduduk menyebut-nyebutnya sebagai anak setan. Atas dasar kasihan, Trina memohon kepada Alec untuk membawa serta gadis itu. Alec pun mengizinkan, dengan syarat semua orang harus lebih berhati-hati.

Suatu malam, dari arah hutan, terdengar nyanyian dan lolongan yang aneh dan menakutkan. Deedee mengatakan bahwa itu adalah para penduduk dari pemukimannya. Mark dan Alec pun mencoba memeriksanya, dan mereka nyaris terbunuh di sana. Ketika berhasil kabur, mereka mendapati ketiga teman mereka sudah tidak ada di tempat. Sekali lagi, dengan kemampuan Alec mencari jejak, mereka menemukan tempat di mana Trina, Lana, dan Deedee kemungkinan besar diculik, yaitu sebuah tempat pendaratan pesawat—pesawat yang sama dengan yang menyebarkan virus ke pemukiman mereka. Di sana mereka bertemu dengan Anton, seorang lelaki yang tampak lemah, yang terus-menerus menangis dan menyebutkan bahwa Deedee adalah anak yang berharga, karena dia diduga kebal dengan virus dari anak panah beracun yang mereka sebarkan. Mereka juga menemukan kenyataan bahwa, bahkan para penyebar virus itu tidak terlepas dari kemungkinan untuk tertular. Sayangnya, mereka tidak menemukan teman-teman mereka di sana. Mereka justru nyaris tertangkap dan nyaris terbunuh. Saat berusaha kabur dengan salah satu pesawat itulah, Mark merasakan sensasi aneh di dalam dirinya, seolah-olah dia begitu menikmati membunuh orang-orang yang berusaha menyerangnya. Dia pun mulai khawatir telah tertular virus berbahaya tersebut.

Singkat cerita, Mark dan Alec menemukan ketiga teman mereka di sebuah pemukiman, yang sayangnya, semua penduduknya telah berubah menjadi gila. Alec membekali dirinya dan Mark dengan Transvice, senjata yang mampu menghancurkan manusia menjadi debu, hanya dengan sekali tembak. Mereka melihat Lana untuk pertama kalinya, melihatnya ditarik dari sebuah rumah dan disiksa oleh tiga orang lelaki yang sudah kehilangan akal sehat mereka. Alec menembak mereka dengan Transvice, dan untuk mengakhiri penderitaan Lana, Alec pun mengubahnya menjadi debu, walau itu adalah hal yang sangat menyedihkan bagi Alec, karena Lana telah setia menemaninya selama ini.

Seolah belum cukup menyedihkan, ketika menemukan Deedee dan Trina, Mark dan Alec dihadapkan dengan kenyataan lain: Trina juga tertular, dan dia sama sekali tidak mengingat Mark maupun Alec. Ini sangat menghancurkan hati Mark, karena Trina adalah satu-satunya orang dari masa lalunya yang masih hidup hingga saat itu, sekaligus orang yang selalu dia cintai.
Ketika akhirnya mereka bergegas pergi dari tempat itu, Alec mengeluhkan ada sesuatu yang salah dengan kepalanya. Mark tidak ingin semua berakhir begitu saja. Dia meminta Alec bertahan dan menerbangkan mereka ke Asheville, di mana markas utama pesawat-pesawat itu berada. Dalam perjalanan inilah, Mark menemukan sebuah workpad berisi informasi berharga, yang menyatakan bahwa penyebaran virus ini memang sudah direncanakan untuk mengurangi populasi penduduk, karena semakin berkurangnya sumber daya di bumi.

Sesampainya di Asheville, Mark segera membawa Trina dan Deedee menuju Flat Trans, sebuah alat semacam portal, yang akan mengantarkan orang yang melewatinya menuju Alaska, tempat aman terakhir di muka bumi. Mark menyerahkan kertas berisi memo pada Deedee, untuk siapa pun yang nanti menemukan gadis kecil itu, yang menyatakan bahwa Deedee kebal terhadap virus mematikan yang mereka sebut the Flare. Mark segera menyuruh Deedee masuk ke dalam Flat Trans, sebelum akhirnya para penjaga di markas utama itu menemukan mereka. Di saat terakhir itulah, ketika sedang berpelukan erat, Trina menyebutkan nama Mark.
***
Membaca novel yang bertema dystopia (tempat atau keadaan imajinatif yang buruk, biasanya tentang lingkungan yang terdegradasi secara total) seringkali mengantarkan pembacanya pada satu pertanyaan, “Bagaimana keadaan sebelumnya?” dan para penulis menjadi tertantang untuk menceritakannya. The Kill Order adalah jawaban atas tantangan itu, ketika serial Maze Runner menuai kesuksesan hingga buku pertamanya, The Maze Runner, difilmkan pada tahun 2014, yang menambah kesuksesannya. Jadi, saya sarankan, sebelum membaca buku ini, bacalah seri yang lainnya, karena prequel memang ditujukan bagi orang-orang yang sudah membaca seri yang lainnya sampai selesai. Buku ini nantinya akan menjadi pelengkap informasi yang ada di seri lainnya.

Cerita tentang badai matahari, zombie, dan tema dystopia lainnya memang sedang menjadi tren saat ini. James Dashner adalah salah satu penulis yang berhasil menuangkan imajinasi tentang keadaan itu ke dalam sesuatu yang tampak begitu realistis, dengan pilihan kata dan aliran plot yang mendorong kita untuk membacanya hingga akhir. Walau tidak sebombastis seri yang lainnya, The Kill Ordertetap memiliki daya tarik sebagai penghubung dari setiap kejadian yang ada di seri lainnya.

Buku ini mungkin pantas disandingkan dengan serial Divergent atau The Hunger Games. Sarat dengan aksi dan kekerasan, buku ini memang ditujukan untuk pembaca young adult di atas 12 tahun. Buku ini mungkin akan menimbulkan berbagai pertanyaan, seperti mungkinkah hal semacam ini akan muncul di masa depan, bagaimana kita menghadapinya, hingga pada pertanyaan mengapa novel semacam ini begitu laris di pasaran, terutama di kalangan pembaca young adult. Sedikit banyak buku ini, atau seluruh serinya, mengaburkan keberadaan Tuhan sebagai pengatur, karena serial ini menceritakan tentang propaganda dan intrik yang dilakukan oleh manusia kepada manusia yang lain. Bukan berarti hal ini menjadi penahan untuk membaca buku dengan tema sejenis. Buku semacam ini mungkin tidak hanya bisa dinikmati, tetapi juga mampu menjadi bahan diskusi tentang dunia kita saat ini.

Resumed by: Nabila

0 komentar: