Minggu, 01 Maret 2015

Peranan Umat Islam dalam Ilmu Sains (Lanjutan-3)



Penulis             : Prof. Dr. Raghib As-Sirjani
Penerbit           : Pustaka Al Kautsar
Peresume         : Ikhsanudin
Halaman          : 315-324

Peranan Umat Islam dalam Ilmu Sains (Lanjutan-3)



f. Ilmu Astronomi
Menurut kaum Muslimin, ilmu falak berkaitan erat dengan syiar agama. Maka timbullah kebutuhan untuk mempelajarinya guna menentukan waktu shalat sesuai kondisi letak geografis dan perubahan musim. Begitu pula untuk penentukan arah kiblat, gerakan bulan untuk menentukan awal Ramadhan, haji dan sebagainya. Semua hal itu terdapat dalam ayat Al Quran yang begitu memperhatikan ilmu astronomi dan alam semesta. Surat Yasin 37-40, Yunus 5-6, At-Thariq 1-3, An-Najm 49, adalah ayat yang berbicara mengenai astronomi. Semua ayat itu menghadirkan fakta ilmiah yang tidak akan dipahami kecuali orang yang menguasai ilmu falak dengan baik dan luas.
Kaum Muslimin pertama kali telah menguak ilmu falak pada apa yang telah dikuasai ilmuwan peradaban terdahulu. Buku-buku astronomi dari Yunani, Kalanda, Suryan, Persi, dan India diterjemahkan. Mafatihun-Nujum Hermes, Almagest-nya Ptolomeus dilahap oleh Muslimin.
Musa bin Syakir, Yahya Abu Mansur, Muhammad bin Musa bin Syakir, dan Al Khowarizmi adalah salah satu contoh ilmuwan islam. Al Khowarizmi membetulkan kesalahan Ptolomeus. Al Makmun pun mendirikan beberapa tempat observatorium seperti di Baghdad, Jundisabur, dan Qosiyun. Ilmuwan Muslim menguji temuan Ptolomeus, mempelajari beban muatan matahari, dan menentukan keliling bumi sekitar 20.000 mil. Mereka membahasnya dengan rumus ilmiah murni. Untuk menguatkan hal ini, masih terdapat bangunan observatorium yang bisa dilihat, seperti yang ada di Ulugh Beg Samarkand. Ada juga teropong Maragha yang berada di negeri Persia yang dibangun Nashirudin Thusi, teropong paling besar dan paling canggih.
Muhammad bin Musa menemukan ilmu hisab arudh (aritmatika). Ilmuwan juga mencapai penemuan yang menakjubkan. Pasak, pemangkas, alat segi empat cekung, segi empat melengkung, alat pelobang, alat petunjuk zenit, mengenal titik arah dan ketinggian, alat lingkaran kestabilan, dan berbagai macam pengukur sudut, dan alat deteksi untuk memperkirakan waktu, termasuk astrolobe bulat, almanak perbintangan yang merupakan jadwal hitungan matematika, dan untuk mnentukan perjalanan edar bintang-bintang, dan garis orbitnya. Semua itu adalah capaian dari kaum Muslimin.
Ibnu Yunus dengan Almanaknya, Al Farghani dengan buku astronomi yang menjadi rujukan Eropa dan Asia, Al Batani dengan Zaijush Shobi nya yang meluruskan teori Bothelemeus. Buku Al batani diterjemahkan ke bahasa Latin pada abad 12 Masehi dan dicetak di Eropa beberapa kali terbitan. Abdurrahman Ash-Shufi yang mengarang kitab tentang bintang-bintang yang terbit. Buku ini terbit tahun 911 M dan menjelaskan lebih dari 1000 bintang. Abul Wafa Al Buzajani menemukan alat muadalat untuk meluruskan tempat bulan . Abu Ishaq Az-Zarqoni menemukan Lembaran Toledo, sebuah kitab tentang ilmu astronomi. Abu Basar, Badi’ Al Asthrolabi, Ibnu Syathir dan lainnya menemukan hal-hal menakjubkan dalam ilmu astronomi.
Tapi saat Copernicus datang, maka ahli sejarah menisbatkan temuan-temuan ilmuwan Muslim seperti Ibnu Syathir kepada Copernicus. Padahal Copernicus hanya menjiplaknya. Begitulah yang terjadi. Ilmuwan Muslim telah mendefinisikan dengan jelas ruang lingkup ilmu astronomi dengan peletakan hisab sebagai sarana pembukanya.

0 komentar: