Selasa, 17 Maret 2015

ENSIKLOPEDI KELUARGA SAKINAH 03



ENSIKLOPEDI KELUARGA SAKINAH 03
Muhammad Thalib



III.        Hikmah dan Barakah Bersuami Saleh

1.    Memenuhi Nafkah Keluarga
“Dari Abdullah bin ‘Amr r.a, ia berkata “ Rasulullah Saw telah bersabda: ‘seseorang telah cukup dikatakan berbuat dosa karena menelantarkan orang yan menjadi tangungannya’” || HR. Abu Dawud, Nasa’i, dan Hakim

Orang yang menjadi tanggungan dalam hadits ini termasuk istri, anak, pembantu, atau karyawan, serta orang yang kebutuhan hidupnya menjadi tanggung jawabnya.
Seorang suami yang saleh menyadari bahwa memberi nafkah istri merupakan bagian dari kewajiban yang disyariatkan oleh Allah dan RasulNya, dengan kesadaran seperti itu, suami yang saleh akan merasa senang dan ringan memenuhi tangung jawab kepada istri dan keluarganya. Ia menyadari bahwa semakin baik dia dapat memenuhi belanja istrinya, semakin besar pahala akhirat yang akan ia terima, oleh karena itu ia tidak mengeluh dan kikir kepada istrinya.

2.    Menempuh Jalan Terhormat Mencari Nafkah
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda: ‘ Telah diperlihatkan kepadaku tiga golongan yang mula-mula akan masuk surga dan tiga golongan yang mula-mula akan masuk neraka. Adapun tiga golongan yang mula-mula akan masuk surga adalah  orang yang mati syahid, budak yang menjalankan ibadah kepada Tuhannya dengan baik dan jujur kepada tuannya, dan kepala keluarga yang menjaga kehormatannya dengan baik dalam menanggung beban keluarganya. Adapun tiga golongan yang mula-mula masuk neraka adalah penguasa yang zalim, orang yang berlebihan hartanya tetapi tidak mau menunaikan hak Allah yang ada pada hartanya, dan orang miskin yang bersikap congkak ‘” || HR Ibnu Khuzaimah, Tirmidzi, dan Ibnu Hibban

Dalam hadits tersebut tercantum bahwa suami/ kepala keluarga yang menjaga kehormatan dalam menanggung beban keluarganya merupakan salah satu golongan yang mula-mula masuk surga. Hadits tersebut mengunakan kata ‘afif untuk suami yang bermakna menjauhkan diri dari perbuatan tercela.
Istri yang bersuamikan pria saleh sangat berbahagia karena suami selalu memenuhi kebutuhan nafkahnya dengan cara-cara terhormat dan halal, tidak tercemar oleh barang dan makanan haram yang dapat memasukkannya ke neraka.

3.    Memimpin ke Jalan Lurus
Dari Hasan r.a, dari nabi Saw, beliau bersabda: “ sesungguhnya Allah akan menanyai setiap pemimpin perihal yang diurusnya, apakah ia melakukan dengan baik ataukah ia menelantarkan, sampai-sampai seseorang kelak akan ditanyai tentang keluarganya” || HR. Ibnu Hibban
Setiap orang  yang mengurus kepentingan orang lain wajib mempertanggungjawabkan urusannya di hadapan Allah kelak, begitu juga seorang suami dan bapak akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya terhadap anak dan istrinya.
Ia menyadari bahwa istri yang dikaruniakan Allah kepadanya adalah orang yang harus diselematkan dari azab Allah dan murkaNya. Oleh karena itu suami tidak akan memperbolehkan sesuatu yang dilarang oleh Islam meskipun perbuatan itu dipandang remeh orang lain.
Dengan kepemimpinan suami yang baik, istri selalu memperoleh perhatian dan bimbingan berperilaku yang benar dalam kehidupan rumah tangga maupun bermasyarakat sesuai garis syariat Islam.

4.    Membimbing agama Istri
Suami yang saleh menyadari perlunya memberikan bimbingan agama dengan benar kepada istrinya agar istrinya tetap menjadi wanita salehah. Ia sangat berkepentingan untuk selalu mengingatkan dan menasehati istrinya sesuai ajaran Allah dan rasulNya. Suami saleh selalu mengingatkan istri untuk menyadari dan meyakini bahwa jalan satu-satunya yang dapat menyelamatkan diri dari kemurkaan Allah di dunia dan akhirat hanyalah taat kepada Allah.
Istri yang mendambakan kehidupan rumah tanga sakinah penuh berkah akan mencapai hal ini di bawah bimbingan suami yang saleh.

5.    Menjaga Jarak dari Perbuatan Dosa
Tiga golongan yang Allah haramkan masuk surga yaitu peminum  minuman keras, anak yang durhaka, dan dayyuts yaitu orang yang membiarkan perbuatan maksiat pada keluarganya || HR. Ahmad

Suami saleh berkepentingan untuk menjadikan istri dan keluarganya orang yang saleh. Ia menyadari bahwa keluarga saleh akan berkumpul di akhirat kelak, bahkan menjadi satu di surga, seperti yang tercantum dalam QS. Ath Thuur: 21.
Suami saleh  yakin bahwa untuk mendapatkan janji Allah seperti tersebut di ayat tersebut, ia wajib menyelamatkan istri dan keluarganya dari segala macam perbuatan maksiat, terutama sekali dalam rumahnya.

6.    Menjaga Kehormatan dan Keselamatan Istri
Dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Hibban dan Tirmidzi, seorang istri diibaratkan sebagai “tawanan” suami. Bukan berarti istri boleh diperlakukan  sekehendak hati suaminya, tetapi ia justru harus dijaga keselamatannya dan diberi pelayanan sebaik-baiknya seperti halnya tawanan perang yang memiliki hak untuk dilindungi kehormatan dan jiwanya.
Suami yang saleh tidak akan menceritakan aib istri kepada siapapun atau membiarkan istri terancam keselamatannya. Ia tidak mau menempatkan istri di lingkungan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan fisik, jiwa, dan kehormatannya.
Dengan bersuamikan pria saleh, istri akan sangat bangga dan bahagia, bahkan ia tidak akan pernah ragu untuk menyerahkan diri sepenuhnya kepada suami dalam urusan apa pun karena rasa percayanya kepada suami.

7.    Memprioritaskan Kepentingan Istri
Dari Abu Hurairah r.a, sesungguhnya pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: “ Bersedekahlah kalian! “Seseorang bertanya: “Wahai Rasulullah saya mempunyai uang satu dinar” beliau bersabda:”Belanjakanlah untuk dirimu” ia berkata: “Sesungguhnya saya mempunyai satu dinar lagi” belanjakanlah untuk istrimu!” ia berkata lagi : “sesungguhnya saya mempunyai satu dinar lai” beliau bersabda “belanjakanlah untuk anakmu” dia berkata lagi: “sesungguhnya saya mempunyai satu dinar lagi” beliau bersabda “belanjakan untuk pelayan kamu” ia berkata “ saya masih mempunyai satu dinar lagi” beliau bersabda “engkau lebih mngetahui dengan uangmu itu” ||HR. Ibnu Hibban

Hadis tersebut menjelaskan bahwa suami hendaknya mendahulukan kepentingan istri setelah kepentingannya sendiri terpenuhi. Suami yang saleh akan setia memegang teguh tuntunan Rasulullah Saw tersebut. Karena ia menyadari betapa penting posisi istri dalam kehidupannya sehari-hari. Menyadari betul betapa penting keberadaan istri di sisinya dalam membangun semangat, kemauan, dan tekadnya menjalani kehidupan.

8.    Meringankan Beban Kerja Istri
Rasulullah Saw bersabda: “Perbanyaklah saudaramu sekalian. Allah menjadikan mereka sebagai budak (pembantu) di bawah tanganmu. Barangsiapa yang saudaranya di bawah tangannya, hendaklah ia beri makan dari makanannya, ia beri pakaian dari pakaiannya, dan janganlah ia bebani pekerjaan yang memberatkannya. Jika ia membebani pekerjaan yang memberatkannya, hendaklah ia membantunya’” || HR. Tirmidzi

Hadits tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang menanggung kebutuhan orang lain, maka ia wajib mencukupi kebutuhan makan, minum, dan pakaiannya, serta meringankan beban kerjanya.

Maka, suami yang saleh menyadari bahwa istrinya merupakan amanah yang wajib dijaga, sehingga ia akan berusaha meringankan beban istri. Ia tidak menjadikan kekurangan sisi kekurangan istri sebagai alat untuk menyalahkan atau menyudutkannya.

9.    Mencurahkan Kasih Sayang Sepenuh Hati
Dari Aisyah r.a ia berkata: “Rasulullah Saw telah bersabda ‘ Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya dan penuh kasih sayang kepada keluarganya (istrinya).’”|| HR. Ahmad

Suami yang saleh tidak ingin dibenci Allah, apalagi mendapatkan murka dan siksaNya, ia akan berusaha sekuat tenaga memberikan kasih sayang, kecintaan, dan kesetiaannya kepada istri dan keluarganya.

10. Mitra Baik Menyalurkan Kebutuhan Seksual
“Jika seseorang di antara kamu menyenggamai istrinya, hendaklah ia melakukannya dengan penuh kesungguhan. Apabila ia telah menyelesaikan kebutuhannya (puas) sebelum istrinya mendapat kepuasan, janganlah ia terburu-buru mencabut (penisnya)  sampai istrinya memperoleh kepuasan” || HR. ‘Abdurrazaq dan Abu Ya’la dari anas

Suami yang saleh menyadari bahwa istrinya memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kepuasan. Ia tidak boleh  hanya mengusahakan kepuasan dirinya sendiri dan mengabaikan tuntutan kepuasan istrinya.

11. Romantis Saat Berdua
Dari Aisyah: “Sesungguhnya (Rasulullah) Saw bila menyendiri dengan istrinya, ia merupakan orang yang sangat lembut dan mulia, tertawa dan tersenyum.” ||HR. Ibnu asakir

Hadits tersebut menggambarkan sayang dan mesra Rasulullah ketika berduaan dengan istrinya. maka, suami saleh menyadari bahwa memperlakukan istri dengan mesra dan kasih sayang  adalah suatu perbuatan yang mendapat pahala dari Allah karena melaksanakan sunah Rasulullah Saw.

12. Romantis Memperlakukan  Istri
Diriwayatkan dari ‘Irbadh bin Sariyah r.a., ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: ‘ Sesungguhnya seorang suami apabila meminumkan air minum kepada istrinya akan diberi pahala’”... || HR. Ahmad dan Thabrani

Hadits tersebut memberikan petunjuk yang tepat untuk suami yang saleh tentang memperlakukan istri secara romantis. Ini merupakan peluang suami untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada istri sekaligus mendapatkan pahala.

13. Mendapat Hiburan yang Baik
Suami yang saleh menyadari bahwa terkadang manusia mengalami hal-hal yang menegangkan, merisaukan, mengkhawatirkan, atau pun membuat panik. Oleh karena itu, ia pun menyadari perlunya hiburan untuk mengusir semuanya. Memberikan hiburan kepada istri merupakan salah satu pemberian tambahan  yang keutamaannya seperti keutamaan shalat berjamaan dibanding shalat sendiri (HR. Ibnu Abi Syaibah)

14. Tidak Mempersoalkan Kelemahan Istri
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata: “Rasulullah bersabda: ‘Seorang mukmin tidak boleh membenci seorang mukminat. Jika ia tidak menyukai suatu tingkah lakunya, boleh jadi ia menyenangi tinkah lakunya yang lain’ “ || HR. Muslim

Suami yang saleh menilai istrinya dengan adil, ia menyadari bahwa istrinya memiliki kekurangan, tetapi ia memilih memikirkan kelebihannya juga. Ia menyadari bahwa setiap orang memiliki sisi negatif. Ia menyadari bahwa perempuan yang kini menjadi istrinya adalah pasangan terbaik yang dipilihkan dan diridhai Allah baginya.

15. Memadu dengan Adil
Suami yang saleh menyadari bahwa mempertahankan kesalehan dan ketakwaan kepada Allah merupakan kunci utama kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia menyadari bahwa poligami bukanlah hal yang mudah dilaksanakan. Jika ia gagal berlaku adil sesuai syariat Islam, ia harus mempersiapkan diri mendapatkan azab yang berat di akhirat.









0 komentar: