Rabu, 15 Februari 2017

Jadikan Aku Halal Bagimu

Buku ini saya beli disebabkan tertarik pada sang penulisnya, mengingat ini kali ke dua saya meResume buku karya dari Ahmad Rifai Rifan. Karya beliau menurut saya bagus, sesuai syari, dan sesuai realita kehidupan kita. Isi dari dalam buku ini tentunya sesuai dengan judulnya dan di paparkan segala macam yang mendukung dengan Nihak Muda.

Satu hal yang saya suka dari sang penulis, beliau menulis karya ini setelah melaksanakan apa yang ada di dalam isinya (buku) sudah terjadi dan terlaksana di diri beliau sendiri. Artinya beliau menikah dahulu dan bisa dikatakan nikah muda, kemudian apa yang dijabarkan disini adalah sesuai dengan apa yang sudah beliau alami, dan sebagai pembuktian bahwa janji Allah itu benar.

Dalam buku ini dibagi kedalam 6 bab, bab 1. Memperjuangkan Sucinya Cinta, 2. Ya Allah siapakah Jodoh ku, 3. Dahsyatnya Nikah Muda, 4. Akhirnya Cintaku berlabuh di pintu Nikah, 5. Bagaimana nikah bisa bikin kita Kaya, dan ke 6. Persiapan menghalalkan Cinta.

Diawal buku kita akan disuguhkan dengan perkara "Cinta" sesuatu kata yang bisa membuat orang tersenyum sumringah, bahagia tiada tara, bagai burung terbang melayang, bebas tanpa beban jika cinta kita berbalas cinta pula, tapi ia juga bisa menjadi gundah gulana, sesak di dada, tangis pilu bagai luka irisan sembilu di hati yang layu oleh cinta yang tak terbalas. Penulis mengutarakan tentang Cinta yang sering muncul dan menjangkit kaum muda yang seolah tiada hidup tanpa cinta. Cinta terbaik adalah ketika kau mencintai seorang kekasih yang membuat imanmu mendewasa, takwamu bertumbuh, dan Cinta Mu kepadanya juga bertumbuh. 

Cinta memang indah kata Ibn Hazm
" Ruh kita seketika menjadi ringan dan  lembut, badan seketika menjadi wangi, senyum seketika mnggembang lebar, benci, dendam, dan angkara murka seketika lenyap dari hati, dan tiba tiba yang bukan penyair menjadi penyair, yang tak bisa menyanyi menjadi penyanyi. Tapi, Cinta bagaikan pedang, jika tak pandai memainkan bukan musuh yang tewas tetapi leher kita sendiri yang tertebas."

Di kehidupan kita saat ini pernikahan berlandaskan dan berdasarkan Cinta kita kepada lawan jenis begitu sebaliknya. Bukankah kita akan menikah dengan si A dikarenakan cinta kita kepada dia dan dia pula mencintai kita ? tetapi bukankah banyak pula rekan kita yang dahulunya cinta mati, rela berkorban demi sang pujaan hati tetapi setelah menikah dan umur pernikahan baru beberapa tahun kemudian mereka bercerai, lalu dimana cinta yang dahulu ada ? sudahkah lenyap ? jika demikian berati cinta itu ada masa kadaluarsa nya, atau kita yang salah mengartikan cinta ?

Penulis mengutarakan " Ternyata cinta tak bisa menentukan bahagianya rumah tangga. Ternyata pernikahan yang langgeng tak hanya dilandasi rasa cinta." saya sepakat dengan penulis, karena bahwasanya pernikahan tidak hanya perkara cinta. penulis juga menjelaskan yang hal ini juga batu meresap di diri saya sendiri padahal sudah sering saya mendengarkan membacanya, yaitu kriteria jodoh yang dianjurkan Nabi
- Baik Akhlaknya
- Baik Nasabnya
- Baik Parasnya
- Baik Finansialnya
tak ada kriteria cinta yang masuk dalam syarat menikah. Cinta itu Keputusan bukan Kebetulan, maka kalimat "Aku terlanjur mencintainya" lebih baik diganti " Aku sudah terlanjur menjatuhkan pilihan ku kepadanya"
Maka demikian akan ada rasa kita berusaha memunculkan cinta, menyemai nya dan selalu merawatnya. Ini baru resume belum terlaksana di diri saya sendiri.

Perkara nikah memang sesuatu yang menyenangkan untuk dibicarakan dan di bahas, tetapi mengaplikasikannya eits... tunggu dulu, tunggu gaji saya 10jt, tunggu beli rumah dulu, tunggu tunggu dan tunggu. Dipaparkan oleh sang penulis banyak sekali pemuda saat ini yang lebih takut dihadapkan dengan nikah muda dibandingkan dengan menghadapi resiko hubungan tak halal yang mereka kerjakan. mereka lebih resa membayangkan biaya walimahan, maskawin serta segala persiapan pernikahan. mereka resah dengan tanggubg jawab barunya sebagai suami/istri, tetapi masa mudanya masa produktifnya habis dengan aktifitas yang tak memperbaiki masa  depannya.

Budaya barat memang saat ini sudah menjangkit kita, kita seolah malu jika tak punya pacar, jika tidak berani  begini dan begitu, kita lebih malu di mata manusia daripada di mata Tuhan. Jika belajar melihat budaya China saat ini maka yang ada disini adalah sex bebas, aborsi hal yang lumrah dan legal, dan manusia hanya melihat harta dan uang belaka, rasa kekeluargaan pun gak ada, hormat pada orang tua, sayang pada orang tua, perhatian pada anak rasanya terabaikan sekali, cukup uang, kecukupanpangan dan papan adalah segalanya bagi mereka, tapi bisa kado karena mereka tak mengenal Tuhan. Pedoman hidup mereka hanyalah uang,  gaya hidup, dan hidup bahagia. lantas kita yang Ber KeTuhanann Yang Maha Esa (pancasila sila pertama), tak sepantasnya mengadopsi atau meniru budaya mereka.

Menikah adalah hal yang bisa untuk menjaga kehormatan diri, menikah harus dibekali dengan niat yang sungguh dan ilmu, tanggung jawab dan selalu taat dengan Agama adalah modal utama untuk menikah. "...Jika mereka miskin maka Allah lah yang akan memanmpukan mereka dengan karunia Nya" begitu janji Allah dalam surat An-Nur ayat 32.

Begitulah janji Allah, jika kita menunda menikah karena takut miskin maka periksa kembali iman kita (nasehat untuk sang peresume). Namun demikian tidak lantas kita menikah dengan orang sembarangan, kita tentu harus menentukan karakter yang kita harapkan tentunya sesuai dengan Anjuran Nabi tadi, pun jangan sampai karakter kita terlalu tinggi hingga tak ada orang pun yang sepadan dengan karakter kita, karena manusia tak sempurna, menikah adalah menyatukan yang tidak sempurna, saling melengkapi dan saling tumbuh bersama menuju kesempurnaan akhlak dan iman.
Sekian..

Judul Buku : Jadikan Aku Halal Bagimu
Penulis : Ahmad Rifa'i Rif'an
Jml Hlm : 163
Peresume : Eko Yasin


Dongying, 13 April 2016


0 komentar: