Selasa, 28 Agustus 2018

Soedirman dan Alfiah


“Maturnuwun, bu, kau perempuan hebat yang selalu mendorong suaminya untuk terus bergerak.” Itu adalah pujian dari Jenderal Soedirman kepada Istri tercintanya Siti Alfiah, disuatu sore sepulang dari kantor.

Selain menjadi Jenderal besar Republik Indonesia pak Soedirman juga memiliki cerita keluarga yang begitu bahagia (tentram, penuh cinta, dan harmonis). Cerita perjalanan hidup pak Dirman (sapaan akrab Jenderal Soedirman) perlu kita tahu dan teladani, bagaimana perjuangan beliau dahulu dalam merebut kemerdekaan, kemudian akan menjadi rasa syukur dan terima kasih atas semua dedikasi dan perjuangan beliau Pahlawan Bangsa.

Meskipun sudah membaca buku yang menceritakan tentang Jenderal Soedirman yang berjudul “693 km Jejak Geriliya Sudirman” tapi masih penasaran dengan kisah beliau yang tersaji dari tulisan dan karya buku yang lainnya. Akhirnya terbacalah buku ini, dari kisah yang disajikan tentu ada beberapa hal yang sama seperti pada buku 693 km Jejak Geriliya Sudirman, hanya dari buku ini akan dibahas lebih banyak menggenai  kondisi keluarga pak Dirman. Bagaimana beliau berinteraksi dengan Istri, Anak, dan keluarga besar serta dalam bertugas.

Pak Dirman beristrikan Siti Alfiah dan dikaruniai 7 orang putra putri. Dalam kisah cinta beliau,  layaknya seorang Jenderal yang selalu berjuang untuk membela tanah air dengan halangan dan rintangan yang tak mudah, begitu juga dengan kisah cinta Pak Dirman kepada Alfiah yang merupakan teman sekelasnya. Cintanya tak begitu saja diterima oleh Alfiah terlebih pak Dirman memiliki saingan para bujang lain yang tertarik juga dengan Alfiah, serta pertentangan dari keluarga besar Alfiah, yang tidak setuju Alfiah diperistri Seodirman atas dasar kedudukan dan jabatan. Menginggat Soedirman pada awalnya hanyalah seorang guru yang takbergaji tinggi.

Seperti kisah remaja pada umummnya Soedirman memiliki saingan untuk mendapatkan cinta Alfiah, salah satunya pemuda yang bernama Hanafi yang menjadi saingannya dan juga menjadi musuhnya nanti, ketika Hanafi memihak pada Jepang sedangkan Soedirman adalah Pejuang Bangsa. Rasa dendam Hanafi atas kekalahannya mendapatkan Alfiah berlanjut sampai ia memihak Jepang atas dasar kekayaan dan kenyamanan hidup (Bagaimana kisah perseteruan mereka silahkan dibaca sendiri hehe)

“Aku bukanlah orang yang hidup serba ada, Dik, Tetapi Tidak Juga kekurangan.”
“Jadi Mas tidak bercanda ketika mengatakan ingin mencari istri yang siap hidup sengsara?,” Tanya Alfiah
“Siap hidup sengsara bukan berati akan disengsarakan. Siap hidup sengsara, artinya menyediakan kesiapan mental ketika benar-benar menghadapi ketidakberuntungan dalam hidup”. Balas Soedirman

Pak Dirmnan tidak menjanjikan sebuah kemewahan dan kemudahan, karena diawal pernikahan beliau sendiri hidup serba pas-pasan. Kemudian menggemban amanah menjadi Seorang Jenderal maka kehidupan yang dijalani pun tak menjadi semakin mudah untuk dilalui, Dari seorang guru yang hidup dengan pas-pasan tetapi penuh ketenangan, berubah menjadi seorang tentara dengan kehidupan yang lebih berat.  Bagaimana beliau dari guru bisa menjadi tentara ? apa yang beliau lalui ? silahkan dibaca sendiri.

Menjadi istri seorang Jenderal tentu tidaklah mudah, Perlu mental kuat untuk sanggup mendampingi sang suami dengan setia dalam setiap tugas nya, bukan mendampingi di mendan perang, tetapi menjadi setia saat ditinggal suami untuk tugas diluar, tidak pulang berhari-hari, terlebih pada masa perjuangan maka musuh suami adalah musuh istri, tak hanya suami yang menjadi sasaran para musuh melainkan istri dan keluarga juga menjadi sasaran musuh.

Saat ditinggal pak Dirman bertugas diluar, Alfiah ditemani anak-anak serta simbok yang membantu segala keperluannya. Dalam masa kesusahan Alfiah ingat pesan dari seorang guru
“ Jika kekayaan menjadi rahasia kebahagiaan, tentu orang-orang kaya akan menari-nari di jalan. Tapi kau tahu, hanya anak-anak miskinlah yang bisa melakukannya. Jika kekuatan menjadi keamanan, tentu orang-ornag penting akan berjalan tanpa pengawalan. Tapi hanya yang hidupnya sederhanalah yang bisa tidur nyenyak dan tanpa pengawalan. Jika kau beranggapan  kecantikan dan keterkenalan akan membawa hubungan rumah tangga yang ideal, tentu hanya para bintang sandiwara yang akan bisa berumah tangga dengan baik.”

Benar-benar Jenderal yang keras pada musuh, setia pada bangsa, santun dan hormat pada pimpinan, bersahabat kepada anggota dan bawahan serta cinta yang tulus kepada keluarga, begitulah sosok Soedirman dalam buku ini.

Dari buku ini terlihat bagaimana seorang pejuang dari sisi keluarga. Berbeda dengan buku 693 km, dalam buku ini lebih banyak kisah perjuangan yang disajikan dan dikemas dalam kisah keluarga, alur maju mundur yang runut membuat nyaman pembaca dalam memahami setiap isi cerita sejarah. Akhirnya buku ini penuh akan makna, penuh akan nasehat, penuh akan kisah yang bisa kita teladani.

Selamat membaca buku ini, kan kalian temukan kisah-kisah luar biasa didalamnya.

Judul Buku       : Soedirman & ALfiah
Jml Hal            : 437
Penulis             : E. Rokajat Asura
Penerbit           : Imania
Tahun Terbit    : 2017

Probolinggo Agustus 2018
-           Eko Yasin -

0 komentar: