Kamis, 25 Mei 2017

Al Wafi Syarah Hadits Arbain Iman An-Nawawi


Hasil gambar untuk Al Wafi Syarah Hadits Arbain Iman An-Nawawi

*EPISODE 2*

*HADIST KE-3: RUKUN ISLAM DAN TIANG-TIANG YANG AGUNG*
Pemahaman Hadist:
1. *Bangunan Islam*; bagunan Islam terdiri dari rukun Islam, seperti yang kita ketahui bersama ada 5 rukun Islam yang dimana wajib untuk kita laksanakan sebagai ummat muslim kecuali pada poin 5, *"suatu kewajiban bagi orang2 yang sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah."* (Ali Imran: 97). *Bersaksi bahwa tida tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah*, maknanya membenarkan keberadaan Allah serta keesaannya dan membenarkan kenabian Muhammad SAW. Rukun ini bagaikan pondasi bagi rukun-rukun yang lainnya. Adapun yang dimaksud dengan *mendirikan sholat* adalah mengerjakan pada waktunya, menunaikan dengan menyempurnakan syarat-syarat dan rukun2nya, memperhatikan sunnah dan adabnya, sehingga sholat yang dikerjakan dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. *Mengeluarkan zakat*, zakat merupakan ibadah maliyah (ibadah dengan harta) untuk mewujudkan keadilan sosial dan mengentaskan kemiskinan, menyebarkan kasih sayang, solidaritas dan saling menghormati dari kaum muslimin. *Puasa Ramadhan*, ibadah puasa adalah ibadah untuk menyucikan jiwa, meninggikan ruh dan menyehatkan badan. Barangsiapa mengerjakannya dengan niat untuk menaati perintah Allah dan mengharapkan ridhonya, ia akan menjadi penghapus dosa dan memasukkan pelakunya ke dalam surga.

2. *Keterpaduan rukun-rukun Islam satu sama lainnya;* barangsiapa yang menunaikan seluruh rukun Islam maka ia memiliki keimanan yang sempurna. Barangsiapa yang meninggalkan semuanya maka ia benar2 kafir. Barangsiapa yang mengingkari salah satunya, maka berdasarkan ijmak dia dipandang sebagai non muslim. Barangsiapa yang meyakini wajibnya semua rukun di atas, namun melalaikan salah satunya selain syahadat maka ia fasik dan barangsiapa yang mengamalkan dan mengakuinya dengan ucapannya hanya sebagai basa basi, maka ia adalah orang munafik. Astaghfirullah, semoga diri kita terjaga dari orang munafik dan fasik.

3. *Tujuan Ibadah;* tujuan ibadah dalam Islam bukan hanya sekedar gerak dan bentuknya. Tidak manfaat sholat yang tidak mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Tidak bermanfaat puasa yang pelakunya tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta. Juga tidak diterima haji dan zakat yang dikerjakan dengan riya dan ingin dipuji. Ungkapan ini tidak dimaksud agar meninggalkan semua ibadah jika ibadah tersebut tidak membuahkan hikmah, tetapi yang dimaksud adalah sebagai perintah untuk berbuat ikhlas dan mewujudkan semua tujuan ibadah. Semoga senantiasa kita selalu memperhatikan kualitas ibadah kita kepada Allah dan selalu memperharui niat lillahi ta'ala.

4. Hadist ini memberi pengertian bahwa *Islam itu adalah akidah dan amal. Maka, tidak bermanfaat amal tanpa iman sebagaimana iman tidak ada artinya tanpa amal.*
Hadist ke-3 ini terdapat pada kitab shahih Muslim No. 16.

*HADIST KE-4: TAHAPAN PENCIPTAAN MANUSIA DAN AKHIR KEHIDUPANNYA*
Hadist ini diriwayatkan Al Bukhari No. 3036 dan Shahih Muslim No. 2643.
Pemahaman Hadist :
1. Fase perkembangan janin di dalam rahim. Dalam hadist ini menunjukkan bahwa janin diciptakan sebanyak 3 fase, selama 120 hari, 1 fase selama 40 hari. Fase pertama berupa nuthfah, fase kedua berupa 'alaqah, fase ketiga berupa mudghah dan pada terakhir fase ketiga pada hari ke 120, malaikat meniupkan ruh kepadanya. Dalam firman Allah Ta'ala QS. Al hajj : 5, yang artinya : "Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah sesungguhnya kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging". Dalam ayat ini Allah menyebutkan 4 fase, lalu ditambah 3 fase melalui penjelasan hadist sehingga menjadi 7 fase. Ibnu Abbas berkata, "Adam diciptakan dalam 7 fase."

2. Ditiupnya ruh. Para ulama bersepakat bahwa ruh ditiupkan ke janin setelah berumur 120 hari terhitung mulai terjadinya pembuahan. Yaitu ketika usia kehamilan sudah 4 bulan dan memasuki bulan ke 5. Dan inilah hikmah mengapa istri yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya selama 4 bulan 10 hari. Alasannya ialah untuk meyakinkan bahwa rahimnya benar2 kosong dari janin tanpa ada sedikitpun tanda-tanda kehamilan. Ruh, yang membuat manusia hidup adalah urusan Allah. Dalam syarah Muslim karangan Imam Nawawi disebutkan bahwa ruh adalah jasad halus yg mengalir dalam badan dan merambat di dalamnya sebagaimana merambatnya air di dalam batang pohon yang hidup. Dalam kitab Ihya Ulumuddin Imam Al Ghazali berkata, "ruh adalah unsur yang berdiri sendiri yang bekerja di dalam badan."

3. Haramnya menggugurkan kandungan. Para ulama bersepakat atas haramnya menggugurkan kandungan (aborsi) setelah ditiupkannya ruh ke dalam janin. Hal itu dipandang sebagai tindakan kriminal yg haram dilakukan oleh seorang muslim, karena itu merupakan tindakan kejahatan atas orang yang telah hidup dengan sempurna. Diwajibkan kepada pelaku utk membayar diyat (denda), jika bayi keluar dalam keadaan hidup lalu meninggal dan dendanya lebih ringan daripada bayi keluar dalam keadaan mati. Adapun aborsi sebelum ditiupkannya ruh, maka hukumnya haram juga. Menurut para ahli fikih pada landasan hadist shahih bahwa penciptaan dimulai dari menetapnya sperma di dalam rahim.

4. Ilmu Allah Ta'ala sesungguhnya Allah mengetahui keadaan makhluk sebelum penciptaannya. Maka, tidak ada satu keadaanpun berupa iman, taat, kafir, maksiat, bahagia dan celaka kecuali semuanya diketahui oleh Allah dan berdasarkan Kehendak-Nya. Ilmu Allah tidak menghalangi kebebasan hamba untuk memilih dan meraih apa yang mereka inginkan. Kareba ilmu adalah sifat yang tidak memiliki pengaruh. Allah memerintahkan makhluk-Nya untuk beriman dan taat, melarang mereka untuk kufur dan maksiat dan itu merupakan bukti bahwa hamba memiliki kebebasan untuk memilih dan meraih apa yang mereka inginkan. Karena kalau tidak demikian, maka sia2lah semua perintah dan larangan-Nya dan ini mustahil bagi Allah. Dalam surat Asy-Syams: 7 - 10 yang artinya : "demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

5. Berdalih dengan takdir, orang-orang yang sesat, kafir dan fasik tidak bisa berdalih dengan takdir, ketetapan dan kehendak Allah sebelum ketetapan itu terjadi. Dalam firman Allah QS. Ar-Taubah: 105 yang artinya : "dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan rasulnya serta orang2 mukmin akan melihat pekerjaan mu itu". Adapun peristiwa yang sudah terjadi, maka diperbolehkan bagi kita untuk berdalih dengan takdir Allah. Karena dengan demikian orang yang beriman akan lapang dan tenang hatinya karena dia tunduk kepada qadha Allah dan qadha Allah itu baik selamanya bagi orang mukmin, baik yang berupa nikmat maupun berupa cobaan. Semoga kita terhindar dari sifat berdalih dengan takdir jika hal itu belum terjadi atau itu hanya baru bayang2 kita saja.

6. Amal dinilai dengan akhirnya. Adakalanya ia kufur dan maksiat pada suatu saat, kemudian Allah memberi taufik kepadanya dengan keimanan dan ketaaatan pada waktu menjelang akhir hayatnya, dia meninggal dalam keadaan demikian, maka dia masuk surga. Barangsiapa yang telah ditetapkan baginya kekufuran dan kefasiman di akhir hayatnya, walau dalam suatu waktu dia beriman dan taat, kemudian Allah membiarkannya dikarenakan usaha, amal dan keinginannya dia mengatakan kalimat kekufuran, lalu beramal dengan amal ahli neraka dan meninggal dalam keadaan demikian, maka dia masuk neraka.
*maka janganlah seseorang tertipu dengan apa yang tampak dari keadaan seseorang, karena yang dinilai adalah akhirnya, jangan pula berputus asa atas keadaan seseorang karena yang dinilai adalah akhir umurnya. Kira memohon kepada Allah keistiqomahan dalam kebenaran, kebaikan dan husnul khotimah.*

7. Nabi banyak berdoa, diantaranya :
"Wahai dzat yang membolak-balik hati kokohkanlah hatiku atas agama mu."
"Ya Allah, dzat pembolak balim hati tetapkanlah hati kami dalam ketaatan kepada-Mu."

8. Adakalanya seseorang beramal dengan amal ahli beraka, padahal di dalam hatinya ada kebaikan yang tersembunyi, lalu mendominasi dirinya di akhir hayatnya sehingga dia mendapatkan husnul khotimah. Ibnu Jarir Al-Haitami berkata : sesungguhnya su'ul khotimah (akhir kehidupan yang buruk) kami berlindung kepada Allah darinya disebabkan oleh hati kecil yang dimiliki oleh seorang hamba yang tidak bisa dilihat oleh manusia.

*Bersambung........*

J. Buku : Al Wafi Syarah Hadist Arba'in Iman An-Nawawi
Resume : Hadist 3 s/d 4
Penulis : Dr. Musthafa Dieb Al-Bugha & Syaikh Muhyidin Mistu

Padang, 21 Mei 2017
-N. Adnina-

0 komentar: