Rabu, 15 April 2015

Menyehatkan Indonesia dengan Sampah



Judul                                 : Menyehatkan Indonesia dengan Sampah
Penulis                              : Fachmy Casofa
Penerbit                            : Metagraf
Jumlah Halaman               : 101 halaman
Penulis Resume                : Dwi Wahyuno








Buku ini adalah buku yang sengaja menyajikan informasi yang menginspirasi para pemuda. Agen harapan yang mesti dimotivasi dari semua arah. Setidaknya, dia yang telah aman dan yakin akan pribadi terminimalis yang perlu dilatih untuk kokoh selayaknya menara pizza, yang meskipun kondisinya miring tetap bertahan hingga hari ini. 

Buku ini mengisahkan perjalanan inovasi seorang dokter masyarakat yang kerap di panggil Maminya dengan ‘Mal’ dengan kehangatan yang selalu dirasakannya. Inovasi yang lahir karena bentuk kesenangannya berinteraksi dengan masyarakat luar dan niatan tulus untuk mengurangi beban orang lain, terkhusus pada perkara “kesehatan”.

Masak iya..sampah bisa bikin orang Sehat??pertanyaan orang normal yang biasanya mulai tertarik dengan judul buku ini.
Ya..ternyata judul buku ini gak bohong, saat ini memang orang bisa sehat walau hanya dengan sampah!!sebuah bentuk sindiran bagi saya pribadi;jadi apalagi yang kita tunggu buat gak sehat ya..??

Oke..kita mulai tengok tulisannya, buku ini diceritakan oleh Fachmy Casofa yang berusah mendeskripsikan pemuda asli Indonesia asal Malang bernama “Gamal Albin Said”. Beliau dikisahkan menampakkan inovasi cemerlangnya berupa klinik yang unik. Klinik yang seyogyanya mayoritas dijadikan sumber penghasilan pendirinya. Namun bertolak belakang karena motifnya yang berfokus sebagai pengetasan masalah masyarakat. Masalah klasik berupa kesehatan dan kebersihan.

Penyajian tulisan sebenarnya dieratkan dengan 3 sisi strategis, yakni konsep ketuhanan, riset dan masyarakat. Mas Gamal adalah satu dari minim manusia yang bahasa tulisnya mengalir dengan kekentalan hubungannya dengan sang Khalik Allah SWT. Beliau berungkapan bahwa berprasangka baik adalah cerimann strategis dalam merajut optimisme di setiap apa saja yang menimpa kita. Beliau selalu suka dengan ayat 216 dari surat Al-Baqarah ini:

“...Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”.

Tambahnya, “ya, siapapun pasti tak menyukai kegagalan. Akan tetapi, Mami begitu luesnya selalu mewejangi dengan lembut dan menenangkan, ketika saya tak mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan apa yang saya harapkan dan doakan, “Tak usah kecewa, Mal. Mungkin Allah sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik untukmu.”

Ternyata, seorang Gamal juga pernah gagal sahabat.. Beliau gak lulus masuk SMAN 3 Malang,saat dibuka kelas rintisan bertaraf Internasional. Padahal uangkapnya, yang mendaftar sedikit dan soalnya mudah. Tetapi Allah punya kehendak.

Beliau juga pernah gagal menyandang Mawapres di Brawijaya. Yang 0,2 angka dari kandidat lain. Padahal telah dipastikan menang oleh teman-temnnya karena punya bejibun penghargaan.

Pesan beliau; “nah, uniknya, ketika kita tawakal, kita akan bersyukur karena do’a kita tidak dikabulkan. ‘untung do’anya dulu tidak dikabulkan. Kalo nggak, nggak bakalan jadi begini.’ Ubahlah apa yang masih kita ubah, tetapi terimalah apa saja yang tidak bisa kita ubah. Itulah tawakal.”

He...layak rasanya beliau hadirkan makna terdalam dari ayat 216 surat Al-baqarah. Karena ternyata Allah memberinya nikmat yang gak disangka kemudian. Beliau malah diterima di kelas akselerasi di SMAN 3 Malang, di sekolah yang sama dari misinya untuk masuk ke ke kas rintisan bertaraf internasional. Bahkan menurutnya ia mendapatkan kelas yang lebih baik saaat itu.

Beliau juga mendapat undangan ke Slovakia, Eropa, untuk presentasi di 3rd  International Medical Student Congress Kosice (IMSCK), ini terjadi tak kurang dari 48 jam dari gagalnya untuk menjadi Mawapres.a do’a kita

“Syukur kadang lebih tinggi dari sabar. Banyak orang yang terpaksa sabar, tetapi belum tentu orang yang mendapatkan nikmat itu bersyukur. Bukankan Allah tidak pernah membebankan kesulitan yang lebih besar daripada kemampuan kita untuk menyelesaikannya? Bersyukurlah, jika kita berkata hidup ini tidak adil maka pengemis lebih berhak berkata bahwa hidup ini tidak adil.”

Kita kembali ke Klinik Asuransi Sampah. Ide yang diawali dengan pertanyaan “bagaimana kita bisa mengkreasi model keuangan kesehatan yang mana orang-orang bisa mendapatkan akses kesehatan mereka dari sumber daya rumah tangga, yang mana semua orang bebas bergabung?”

Kental baginya kisah nyata di tahun 2005. Ada anak seorang pemulung yang bernama Khaerunisa meninggal karena diare di gerobak ayahnya yang pemulung sampah hanya karena tidak bisa berobat. Karena pendapatannya hanya Rp10.000 per hari. Dunia tak sempat memperhatikan Khaerunisa ini, walaupun ia meninggal tepat pada tanggal 5 Juni 2005 yang kerap dijadikan Hari Lingkungan Hidup.

Awal yang mengantarkanya pada bulan Maret 2010 bersama 4 sahabatnya; Muhammad Maulana, Dofi Hamid Hunaif, Didin Arya dan Sapta Adi untuk belajar kepada gurunya yaitu dr Rista Posita, M.Kes yang memiliki klinik dan menguasai asuransi mikro.

Kemudian, konsep bagaimana dapat mengambil.sumber daya masyarakat untuk melakukan upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Apapun yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta tidak akan memiliki pengaruh besar tanpa diikuti kesadaran masayarakat secara mandiri untuk meningkatkan kesadaran kesehatan. Oleh karena itu, Gamal mengembangkan asuransi kesehatan mikro. Ia membeli sampah langsung dari masyarakat yang hanya bernilai Rp1000. Akan tetapi begitu sampah itu masuk sistem asuransi, ceritaya menjadi berbeda.

Akan penting menurutnya mindset yang hadir di tengah masyarakat. Ujarnya “ saya tidak bayar, hanya menyerahkan sampah ketika sakit”. Padahal, aslinya mereka membayar dengan sampah mereka. Itulah rekayasa sosialnya, mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk biaya kesehatan.

“Klinik Asuransi Sampah sebenarnya sama seperti asuransi biasa. Yang preminya berupa uang kemudian kami ganti dengan sampah karena kami membidik masyarakat menengah ke bawah”

Inilah sebuah persembahan inspirasi untuk generasi muda Indonesia. Tepat pada tanggal 31 januari 2014 lalu Klinik Asuransi Sampah Gamal mengantarkannya untuk mendapatkan penghargaan utama HRH The Prince of Wales Young Sustainability Entrepreneur yang diselenggarakan di Buckingham Palace, Inggris. Momen itu mengartikan bahwa mas Gamal telah menyisihkan 511 wirusaha unggulan yang berasal dari 90 negara.
Pangeran Charles bersama CEO Unilever dan perwakilan University of Cambridge adalah yang mengumumkan secara langsung penghargaannya. Tutur pangeran Charles yang menebarkan bagi mas Gamal; “Saya ingin memberikan ucapan selamat hangat saya untuk Gamal Abinsaid atas inisiatifnya yang menakjubkan. Ide ini menangani dua masalah pada saat yang bersamaan. Menangani masalah sampah, untuk menyelesaikan masalah kesehatan.”

Indralaya, 9 April 2015
Dwi Wahyuno

0 komentar: