Rabu, 15 Februari 2017

Anies, Tentang Anak Muda, Impian dan Indonesia

Berbicara tentang Anies Baswedan, memang tidak akan jauh-jauh dari bidang pendidikan. Di usia muda, Anies menjadi rektor Universitas Paramadina (halaman 113). Ini menjadi rekor, karena ini membuktikan Anies sebagai rektor termuda. Meski dianggap orang baru dan baru selesai kuliah, ternyata Anies mampu dan malah membuat keputusan dan kebijakan positif yang bisa disebut sebagai prestasi selama menjadi sebagai rektor. Salah duanya Anies membuat mata pelajaran anti korupsi dan membuat beasiswa Paramadina Fellowship.
            Anies juga terkenal sebagai penggagas Gerakan Indonesia Mengajar dan Gerakan Turun Tangan.  Gerakan Indonesia Mengajar adalah gerakan yang bertujuan mengisi kekurangan guru berkualitas di daerah terkecil, menarik minat lulusan terbaik perguruan tinggi untuk mengajar, membangun jaringan peningkatan  pendidikan di daerah, dan meningkatkan kualitas pengajaran di Sekolah Dasar. Gerakan ini sangat diapresiasi dan diminati oleh banyak anak muda Indonesia, buktinya pada 10 November 2010, diberangkatkan angkatan pertama Pengajar Muda yang terseleksi dengan total 51 sarjana muda yang disebar ke lima propinsi di Indonesia (halaman 61).
            Anies mengakui bahwa gerakan ini bukan murni gagasannya, karena dia pun terinspirasi dari pendahulunya di UGM yaitu Prof. Dr. Koesnadi Harjasoemantri yang membuat Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM) di tahun 1950. Karena menganggap gagasan PTM ini sangatlah bermanfaat, karenanya Anies meneruskan dengan membuat GIM dan angkatannya terus berlanjut hingga sekarang dan semakin luas jangkuan daerah terpencil yang didatangi.
               Di bawah naungan GIM ada gerakan lain yaitu gerakan Indonesia Menyala dan Kelas Inspirasi. Gerakan Indonesia Menyala adalah gerakan yang menyalurkan buku-buku untuk daerah terpencil. Sedangkan Kelas Inspirasi adalah gerakan yang mengajak para profesional untuk menginspirasi anak-anak sekolah dasar selama sehari. Tujuannya adalah agar anak-anak SD mengetahui ada banyak jenis pekerjaan di dunia ini, dan membiarkan mereka bermimpi akan menjadi apa nanti.
            Anies berharap Gerakan Indonesia Mengajar ini menjadi salah satu jalan untuk lahirnya anak-anak atau generasi Bangsa yang lebih cerdas dan bermanfaat bagi negara nantinya, layaknya Adrianus Mooy yang dulu menjadi murid-murid pengajar Pengerahan Tenaga Mengajar-nya Prof. Koesnadi. Selain itu juga menjadi sarana bagi generasi muda para sarjana tidak sekadar urun angan namun juga turun tangan. Karena menurut Anies, “Tak ada gunanya mengutuk kegelapan, karena kita bisa menyalakan cahaya kecil, meski itu hanya satu lilin (halaman 192).”
            Beberapa hal yang berkaitan dengan pendidikan di atas membuktikan bahwa Anies sangat mencintai dunia pendidikan. Karenanya, memang tidak salah jika Anies menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Meski, hanya menjabat selama 20 bulan. Namun, Anies melakukan banyak hal yang membuat orangtua, guru bahkan para murid mengakui kemampuan Anies menjadi mendikbud. Di antaranya, dihapusnya MOS perploncoan dan kekerasan di sekolah, dihapusnya nilai UAN sebagai tanda kelulusan, dan juga gerakan mengantar anak ke sekolah yang mengingatkan para orangtua untuk tidak lupa bahwa anaknya sedang masa sekolah dan juga membuat orangtua lebih mengenal sekolah dan guru-guru anaknya.
            Begitulah Anies, ingin agar guru di VIP-kan. Karena, siapalah kita tanpa seorang guru? Tidak ada Direktur, CEO, bahkan Presiden  hari ini, jika dulu tidak pernah ada seorang guru yang mengajarnya. Karena jasa-jasanyalah, guru harus diistimewakan. Seperti pertanyaan Kaisar Jepang pasca Jepang dikoyak bom atom (halaman 170), “Berapa jumlah guru yang masih hidup?” Hal ini menunjukkan bahwa Kaisar Jepang sangat menghormati dan membutuhkan seorang guru untuk kebangkitan negaranya. Karenanya, Anies pun pernah mengatakan, “Kalau kita mau memajukan bangsa ini. Majukan kualitas manusianya.”
            Anies terlahir dari keluarga pendidik, bahkan ibunya seorang guru besar di UNY. Ayahnya, pernah mendapat kesulitan dalam mengurus penuntasan kepegawainnya yang telah mengajar selama 25 tahun (halaman 140), bahkan sampai pensiun tidak jelas urusannya. Ini membuat Anies mengupayakan ketika menjadi Mendikbud, membuat peraturan agar administrasi guru tidak perlu ribet, karena guru harus harus sejahtera dan diistimewakan (halaman 172).

            Buku yang terdiri dari dua bab, yang dirangkai dari kisah dan surat pendek nan inspiratif tentang dan dari Anies ini sangatlah wajib dibaca oleh anak muda Indonesia. Karena, sosok Anies layak diteladani oleh generasi muda. Selamat membaca! 

Judul                            : Anies; Tentang Anak Muda, Impian dan Indonesia
Penulis                          : Syafiq Basri
Editor                           : Teguh Afandi
Penerbit                       : Noura Books
Tahun Terbit                : Pertama, Desember 2016
Jumlah Halaman          : 200 halaman
ISBN                           :  978-602-385-032-7
Peresensi           : Muhammad Rasyid Ridho, Pengajar Kelas Menulis SD Plus Al-Ishlah Bondowoso 



0 komentar: