Rabu, 15 Februari 2017

China Undercover Part 2

Bagaimana seorang penjahat bisa menjadi pemimpin? Menjadi pertanyaan besar tatkala saya membaca buku ini. Di Cina, seorang kepala desa dipilih oleh partai bahkan seringkali pemilihan ini dipaksakan oleh bos partai. Artinya meski seseorang oleh masyarakat dinilai tak layak menjadi pemimpin namun ia tetap dijadikan pemimpin oleh bos partai. Apakah partai tahu bahwa yang dipilihnya adalah penjahat? Ataukah partai dengan sengaja bekerjasama dengan para penjahat ini untuk menambah income mereka? Saya pribadi tak dapat menyimpulkan namun kisah-kisah disini mengarah adanya konspirasi terstruktur antara pejabat pemerintah diberbagai level yang sebagian besar juga kader partai berkuasa, pejabat partai, dan tentu si kepala desa sebagai pemain utama pelaku penindasan petani dalam beberapa kasus ini.

Masalah utama selain penarikan pajak di luar aturan adalah korupsi, penggelapan, perkosaan, dan bahkan pembunuhan. Lucunya yang dikenai pajak tidak hanya tanah dan bangunan tetapi mendirikan bangunan, semua komoditas pertanian (padi, sayur, buah), dan hewan ternak semua ada pajaknya. Lucunya lagi pajak tersebut dihitung per kepala alias per orang. Jadi bisa dibayangkan betapa berat biaya pajak yang harus ditanggung petani di pedesaan ditengah hidup mereka yang miskin. Mark-up pajak petani bisa lebih dari 20% dari biaya pajak normal. Padahal sebagai salah satu negara berpenduduk tertinggi di dunia, petani menjadi tulang punggung menopang ketahanan pangan negara. Sayangnya petani kala itu diperlakukan tak selayaknya manusia. Siapapun yang membela nasib petani harus siap berhadapan dengan tukang pukul bahkan harus siap kehilangan nyawa.

Konspirasi media pun terlihat nyata dalam konflik ini. Sebagai contoh sebuah kisah di Desa Zhang dimana empat warga dibunuh di siang bolong oleh kepala desa dan anak-anaknya. Empat orang yang dibunuh merupakan penanggungjawab audit keuangan kas desa. Saat kepala desa dan kroninya ditangkap dan kasusnya mulai disidangkan, berita yang beredar diplintir bahwa pembunuhan terjadi akibat percekcokan dan tak direncanakan. Bahkan ada surat kabar provinsi yang menuduh korban sebagai ekstrimis. Sungguh artikel licik yang sengaja disetting untuk memanipulasi opini publik. Berita seperti ini banyak sekali seliweran pun di negara kita. Dalam kasus ini, akhirnya ketahuan bahwa berita tersebut dibuat atas perintah pejabat kabupaten. Bahkan dalam rangka menutup mulut penduduk dari kisah yang sebenarnya, bos partai dan pejabat kecamatan sengaja hadir menemui penduduk untuk memberikan instruksi tutup mulut.

Berita-berita yang beredar nyaris mengesampingkan tuntutan petani yang sesungguhnya. Penduduk hanya menuntut hak demokratiknya atas beban pajak di luar batas. Ketika kasus ini dilaporkan kepada petugas partai, pun tak ada respon. Dan akhirnya diketahui bahwa kepala desa, kepala partai, pejabat pemerintah, dan akuntan terlibat dalam konspirasi ini. Mirisnya petugas pengadilan dalam hal inipun berani menyebarkan vonis palsu atas kasus di Desa Zhang. Pengadilan menyiarkan vonis hukuman mati bagi tersangka (kepala desa dn anak-anaknya), namun saat penduduk meminta bukti dokumen vonis, pengadilan tidak mau membukanya untuk publik. Setelah beberapa waktu akhirnya salinan dokumen asli diperlihatkan kepada publik namun isinya sungguh mengejutkan. Kesimpulannya laporan tersebut menyebutkan bahwa korban lah yang memulai perkelahian dan tak ada vonis hukuman mati untuk tersangka.

Ketika kasus di Desa Zhang ini menyeruak, penduduk desa bahkan diberi aturan dilarang pergi ke luar kota untuk menghindari berita tersebar ke luar kota. Namun serapat apapun kejahatan ditutupi lama-lama tersiar juga. Reporter yang langsung melakukan investigasi ke lapangan adalah kantor berita Xinhua cabang Anhui. Artikel yang pertama kali mereka publikasikan adalah tentang strategi penggelapan pajak melalui dua pembukuan keuangan, satu versi asli untuk si kepala desa dan satu versi palsu yang dilaporkan si kepala desa untuk pejabat berwenang.

Beberapa kasus dalam buku ini tidak jelas ending putusan hukumnnya. Terlihat bahwa hingga sampai detik ini hukum masih tumpul ke atas, apa yang memutuskan kemenangan atau kegagalan sebuah putusan hukum bukan masalah benar atau salah atas kasus itu sendiri tetapi lebih kepada kemampuan pemohon (tersangka atau korban) untuk mendapatkan akses ke sistem peradilan. Dalam kenyataannya ada kekuatan lain yang lebih kuat menggerakkan dan menciptakan jarak antara kehidupan yang kita jalani dengan apa yang tertulis dalam Undang Undang, yaitu kekuasaan.

Judul Buku     : China Undercover
Penulis          : Chen Guidi dan Wu Chuntao
Penerbit        : Ufuk Press

Bandung, 23 Januari 2017
-THW-



0 komentar: