Senin, 27 Februari 2017

99 Hijab Stories A Beautiful Spiritual Journey

Setahun yang lalu, kita dihebohkan dengan pemberitaan kasus korupsi yang membawa seorang perempuan berjilbab bernama Atut Chosiyah ke dalam pusarannya. Beberapa pekan ini infotainment di televisi kita juga tak henti menyorot kisah Marshanda yang heboh dengan kasus lepas jilbab dan permasalahan lain yang saya sendiri tidak mengikuti kisahnya.
Dua berita heboh di atas yang menjadi latar belakang bagi saya untuk membaca buku ini. Kenapa? Karena ada tulisan Marshanda dan Atut di dalam buku ini yang mengisahkan awal mula mereka berjilbab.
Bab I dari buku ini mengulas apa alasan dan dalil seorang perempuan muslim wajib mengenakan jilbab. Selain menunjukkan ayat Al Quran yang menjadi dasar perintah berjilbab, Assad juga menuliskan sebuah paragraf yang menurut saya cukup logis untuk dipahami.
The point is… everything in this world, which is very precious, valuable, and delightful, is covered. To taste the sweet oranges, you have to peel away their skin. To drink the refereshing water of coconuts, you need to drill down its skin. To gain access to the pearls, you have to dive deep down the ocean and open its calm.”
Begitulah Assad menganalogikan betapa seorang perempuan muslim itu sangat berharga dan Allah menyayangi mereka dengan memberikan perintah berhijab.
Bab II dalam buku ini menguraikan 10 alasan klasik mengapa perempuan muslim ogah-ogahan menjalankan perintah berjilbab:
·        Saya belum siap (emang pada tahu umurnya sampai kapan?)
·        Menghijabkan hati dulu (alasan paling absurd, memangnya hati bisa dihijabin?)
·       Belum dapat hidayah (ya kalau Cuma di kamar nunggu hidayah, enggak bakal datang juga keleus)
·         Tidak yakin hijab itu kewajiban
·         Panas dan merusak rambut
·         Dilarang orang tua
·         Susah mendapatkan rezeki atau pekerjaan
·         Menjauhkan diri dari jodoh
·         Kuno dan tidak modis
·         Takut jadi jelek (emang tanpa hijab, situ cantik?)
Sebelum berpindah ke Bab III Assad juga menuliskan kisah ibundanya. Ibunda Assad, adalah seorang wanita karier yang cemerlang, pernah bekerja di PBB, bank, perusahaan minyak swasta terbesar. Ibunda Assad mulai berjilbab setelah melaksanakan ibadah haji tahun 1992, padahal di jaman itu orang berjilbab masih dilarang oleh pemerintah.Assad menceritakan kesulitan yang harus dialami ibunya, entah datang dari bos di kantor maupun orang di sekitar. Namun ibunda Assad tetap berdoa dan berusaha untuk tidak mudah menyerah dan minta dikuatkan Allah. Pada akhirnya janji Allah itu benar adanya, Ia tak akan menyia-nyiakan hamba yang mengikuti segala perintahnya. Ibunda Assad memperoleh kemudahan dalam karier dan rezeki pun terus berdatangan.

Bab III adalah inti dari buku ini. Ada 99 cerita para tokoh muslimah saat memulai berjilbab. Ada Dewi Motik, pengusaha yang naik kelas setelah Ramadhan dengan mengenakan jilbab, Iffet Sidharta sang manager Slank yang mendapat ujian anaknya terkena narkoba ketika memulai berjilbab, Melani Leimena Suharli yang mualaf dan berjilbab setelah sekian lama menggeluti bisnis travel haji lalu ditanya suaminya, “Usaha kamu memasarkan travel haji itu bagus, tapi masa kamu-nya malah pakai rok mini?” dan masih banyak lagi tokoh muslimah lain yang diwawancarai oleh Assad. Adapula Marshanda dan Atut Chosiyah yang saat ini sedang menghadapi permasalahan. Caca dengan “acara copot jilbab”nya dan Atut dengan kasus korupsinya. Saya jadi merinding saat membaca tulisan mereka, terasa sekali bahwa setelah melewati fase sulitnya mendapat hidayah, kita akan dihadapkan dengan fase menjaga keistiqamahan. Allah Maha membolak-balik hati, selogis apapun hipotesis bahwa “saya enggak bakal copot jilbab” harus dibarengi dengan sering meminta dikuatkan dan berjuang untuk terus memperbaiki diri tanpa kenal henti.

0 komentar: