Kamis, 23 Februari 2017

Cerpen Pilihan Kompas 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang

Walaupun sudah mulai menerbitkan kumpulan cerpen pilihannya dari tahun 1992, akan tetapi secara runtut, saya baru menyimak Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas dari mulai tahun 2003. Entah memiliki bukunya sendiri ataupun pinjam. Tentu saja ada kekhasan yang terlihat ketika kita membaca cerpen-cerpen yang ada di Koran Kompas. Kekhasannya bagi saya adalah kejelian redaksinya yang memilih cerpen-cerpen dengan tema sosial-budaya akan tetapi kental akan kultur yang ada. Tidak rumit, karena selalu dikomparasi dengan kehidupan kontemporer. Hanya saja sebelumnya ada sedikit kekecewaan ketika membaca kumpulan cerpen dari koran ini tiap tahunnya. Tiada lain adalah nama-nama yang sering sekali muncul tiap tahunnya. Tidak perlu saya sebutkan, karena para penikmat kumpulan cerpen dari koran ini tentu tahu siapa saja mereka.

Akan tetapi untuk kumpulan cerpen tahun 2013, agaknya Kompas sudah mulai bisa menemukan cerpenis-cerpenis baru yang karyanya sesuai dengan nafas dan misi surat kabar tersebut. Ada beberapa nama yang sama sekali belum pernah kita mendengarnya di blantika sastra nusantara, walaupun ternyata karya yang disajikannya tetap saja memikat. Tetap saja memberikan warna baru dalam Kumcer Kompas 2013 ini.

Tidak ada tema spesifik dalam kumpulan cerpen yang diberi nama “Klub Solidaritas Suami Hilang” ini. Semuanya menghadirkan tema cerpen yang tidak biasa. Ada cerita percakapan hewan di bawah bulan biru karya Gus Tf Sakai dalam judul cerpen “Bulan Biru” yang seolah-olah mengajarkan pada manusia bagaimana mengelola sebuah kekuasaan. Pada cerpen “Pada Jam 3 Dini Hari” karya Dewi Ria Utari kita akan menemukan percakapan inferior seorang pelukis dengan seorang wanita misterius di jam 3 dini hari setiap harinya. Berdialog dengan wanita aneh tersebut malah membangkitkan kembali inspirasi pelukis tersebut dalam berkarya. Padahal obrolannya tidak jauh dari hal-hal mistis. Penceritaan dalam cerpen ini sangat cerdas. Dalam dialog mereka banak sekali teka-teki yang bertebaran. Walaupun di akhir cerpen telah ditemukan juga solusinya. Solusi yang jika diingat lagi dengan awal cerita tetap menjadi misteri.

Selain itu kita akan menemui bagaimana dunia seorang anak berkebutuhan khusus dalam cerpen karya Triyanto Triwikromo yang berjudul “Serigala di Kelas Almira”. Cerita yang dihadirkan terhadap tokoh sangat tidak lazim, pelik dan membuat kita menghela nafas. Meski begitu, dalam cerpen ini juga dihadirkan ketabahan seorang guru dalam menempa anak tersebut. Cerpen yang cukup memukai dengan menghadirkan sisi lain dari yang biasanya. Seni dalam mendidik anak mungkin akan kita temui dalam sebuah cerpen berjudul “Saia” karya Djenar Maesa Ayu. Meski tidak menghadirkan unsur kesepakatan universal dalam mendidik anak, namun cerpen ini seakan menjadi cerminan bagi orang tua, bagaimana cara mendidik anak yang semestinya. Harus dipisahkan antara didikan dengan kasih sayang.


Ada banyak cerita yang cukup segar dalam menghadirkan metafor kehidupan. Namun juga ada sisi plus dari kumcer ini yang tentu tidak dimiliki oleh kumcer lain di era literasi pop saat ini. Kehadiran tema yang kuat, alur cerita yang ringkas dan tidak bertele-tele, serta unsur magis pada kultur di lingkungan si tokoh yang demikian memikat dihadirkan oleh 23 penulis yang ada. Ada kelemahan, namun tetap tidak menghilangkan keindahan bahasa yang diwujudkan oleh para cerpenis luar biasa di buku ini.

Judul: Cerpen Pilihan Kompas 2013: Klub Solidaritas Suami Hilang
Penerbit: Kompas
Tahun terbit: juni 2014
Jumlah halaman: xx+248 halaman

-Deri IM-


0 komentar: