Minggu, 14 Mei 2017

Animal Farm



Animal Farm

Saya tertarik membaca buku ini karena membaca satu paragraf dalam buku ini pada salah satu postingan teman yang pencinta karya klasik.

Buku ini merupakan novel yang berisi tentang kehidupan hewan pada sebuah peternakan di Inggris dengan sudut pandangan hewan-hewan yang berada pada sebuah peternakan tersebut, Peternakan Manor. 

“manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengonsumsi tanpa menghasilkan. Ia tidak memberi susu, tidak bertelur, ia terlalu lemah menarik bajak, ia tidak bisa berlari cepat untuk menangkap terwelu. Namun ia adalah penguasa semua binatang, manusia mengembalikan seminimal mungkin untuk menjaga supaya binatang tidak kelaparan, sisanya untuk manusia sendiri. Tenaga kami untuk membajak tanah, sisanya kotoran kami untuk menyuburkan tanah, tetapi tidak satupun dari kami yang memiliki tanah seluas kulit kami” (hal.6)

Cerita di awali pada suatu malam ketika pak Jones, pemilik peternakan, sudah beristirahat dari hari yang panjang mengurus peternakan, ada sebuah pertemuan besar seluruh hewan di peternakan yang terdiri dari kuda, sapi, biri-biri, keledai, ayam, angsa, babi, anjing dan beberapa burung. Pertemuan tersebut dipimpin oleh babi tua bernama Major. Major digambarkan sebagai babi priyayi yang gemuk, gagah, selalu menolong, murah senyum dan sudah tua (12 tahun).  Malam itu Major berpidato tentang kemerdekaan hewan ternak, dia berpidato dengan sangat provokatif bahwa sudah saatnya hewan ternak memiliki hak milik atas kerja keras mereka selama ini dan tidak berakhir pada pisau penyembelihan ternak di masa akhir hidup mereka. Pidato diakhiri pada seruan pemberontakan hewan ternak pada manusia dan pertemuan malam itu ditutup dengan lagu yang berjudul “Binatang Inggris” yang menyerukan kemerdekaan binatang. 
3 hari setelah memimpin pertemuan tersebut, Major mati dan jenazahnya dikubur di kaki kebun buah-buahan. Tiga bulan sepeninggal Major, banyak pertemuan yang dilakukan oleh para hewan, pidato Major sangat menginspirasi para hewan ternak dan mereka merumuskan pandangan Major pada suatu prinsip ‘Binatangisme’. 

Dalam buku ini Babi memang dideskripsikan sebagai hewan yang pandai, dan dijadikan sebagai guru hewan-hewan lainnya. Pemberontakan yang terjadi beberapa bulan kemudian dipimpin seekor babi muda yang cekatan, dan pengatur strategi yang baik, Snowball. Pemberontakan berjalan sesuai rencana, para hewan berhasil mengusir pak Jones beserta keluarganya dan pekerja peternakan. Peternakan sepenuhnya menjadi milik hewan ternak, termasuk kebun buah-buahan, jagung dan gandum. Ini adalah awal dari cerita yang sesungguhnya.

Peternakan dengan Babi sebagai pemimpinnya tidak membuat kesejahteraan hewan pekerja lain. Pada awal setelah pemberontokan memang terjadi kelimpahan makanan bagi semua hewan, namun babi tetap harus menjadi yang utama karena bertindak sebagai pemimpin, selain babi, anjing bertindak sebagai pengawal babi dan pengawas pekerjaan hewan lain. 

Membaca buku ini, meski yang diceritakan adalah pikiran hewan dengan segala keterbatasnnya, terasa seperti membaca kisah yang dimiliki manusia. Semakin jauh membaca, semakin terungkap kenapa babi dan anjing menjadi tokoh utama, kelicikan dan intrik menghiasi kisah di buku ini. Kuda yang bodoh dan pekerja keras, serta sapi, biri-biri dan ayam yang juga tidak kalah bodohnya dan mudah dipengaruhi, namun banyak menghasilkan produk peternakan hanya bisa menerima dengan lapang semua kebijakan sang babi, diawasi dan diperintah anjing, atas dasar deklarasi “kesetaraan hewan, kaki empat baik, kaki dua (manusia) jahat”. Selama yang memerintah bukan manusia, hewan kelas 2 bekerja dengan penuh dedikasi, namun secara tidak langsung kehidupan mereka semakin memburuk, hanya kehidupan babi dan anjinglah yang membaik, semakin lama kehidupan babi dan anjing semakin sejahtera. 

Jelas sekali buku ini menyinggung manusia yang pemimpinnya licik dan penuh provokasi, pengawal yang galak yang tidak kalah liciknya, serta cerita kaum kelas dua yang selalu bekerja keras dengan iming-iming kesejahteraan yang baik. Meskipun ditulis tahun pada masa perang dunia II, buku ini masih relevan dengan keadaan politik masa masa kini.

Judul : Animal Farm
Pengarang : George Orwel
Tahun : 1945
Penerbit : PT Bentang Pustaka 
Jumlah Halaman: 140

Khairisa

0 komentar: