Minggu, 14 Mei 2017

Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan



Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan

Yang saya resume kali ini baru setengah dari bukunya. Dari buku Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan

Memiliki anak adalah anugerah. Tak semua orang diberi kesempatan oleh Allah untuk memilikinya. Sekaligus juga amanah, menjadikannya mahluk bermanfaat di muka bumi ini dan menjadi penghantar orangtuanya ke Jannah-Nya kelak.


Anak adalah organisme, yang tumbuh dan berkembang fisik dan psikisnya. Rumah adalah sekolah pertamanya, ibu adalah mahluk hidup pertamanya yang dikenalnya seklaigus guru pertamanya. Di usia belianya ayah dan ibu adalah mainan terbaik baginya.

Membina anak sesuai dengan tuntunan Quran dan sunnah, juga sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat tentunya tidak lepas dari hadiah dan sanksi (reward and punishment). Idealnya, hadiah dan sanksi ini diberikan secara proporsional, sehingga anak tumbuh dan dewasa sesuai usianya. (pomeo menyebutkan Menjadi tua adalah niscaya sedangkan menjadi dewasa adalah pilihan).

Namun, tak jarang dalam pendidikan anak. Orang tua dominan menggunakan superioritasnya, menganggap anak adalah miniatur dirinya. Sehingga tipis sekali kesabaran sang orang tua menghadapi aktifitas anak yang dianggapnya tak sesuai dengan nilai sang orang tua. Jalan pintas yang diambil orang tua adalah kekerasan baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.
Begitu pun ketika orang tua bahagia dengan prestasi anaknya, tak sedikit hadiah membanjiri si anak.

Reward dan punishment merupakan hal yang wajar dan manusiawi, baiknya diberikan secara bervariasi dan tidak monoton. Punishment adalah sarana untuk mencegah sikap negatif dan perlu dibarengi dengan asas penyembuhannya. (h.18)

Hukuman atau punishment adalah jalan melatih tanggung jawab, setelah sebelumnya dikomunikasikan dengan anak dan disepakati.  Memberikan penjelasan mengenai baik buruknya sesuatu sangat penting dilakukan. Sehingga memahami kriteria baik dan buruk itu sendiri. Konsekuensi-konsekuensi logis adalah upaya menanamkan tanggung jawab pada anak.

Bentuk punishment yang sangat kontroversi adalah yang terkait fisik, salah satunya adalah pukulan. Sangat kontroversi karena membawa dampak yang dalam untuk perkembangan berikutnya.
Al Qadhi Hasan Usman Al-‘Usymawi menyatakan : “sesungguhnya tongkat (pukulan) dan kata-kata yang menyakitkan, selamanya tidak akan menciptakan manusia yang salih. Terkadang hanya kan melahirkan kera yang terlatih, yang perilakunya nampak dari gerak dan diamnya. Namun kita menginginkan naka kita menajdi manusia  bukan kera”. (h.27)

Pukulan sebagai salah satu bentuk punishment boleh dilakukan, merujuk ke QS Annisa ayat 34. Dan hadist Nabi yang menyebutkan “ perintahkanlah kepada nak-anak kalian untuk melaksanakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukulah mereka jika tidak melaksanakannya pada usia 10 tahun” (HR Ibnu Daud)
Tentunya ada syarat (h.30) :
1.      Hendaklah pukulan yang diberikan tidak terfokus pada satu anggota badan (terpisah)
2.      Hendaklah ada jeda di antara dua pukulan, sehingga meringankan rasa sakit yang ditimbulkan.
3.      Bertujuan sebagai sarana pendidikan
4.      Orang yang memukul tidak meninggikan tangannya sehingga pukulannya tidak menyakiti.
5.      Tidak memukul dalam keadaan marah
6.      Tidak memukul ketika anak menyebut nama Allah swt
7.      Tidak memukul sebelum anak berusia 10 tahun.
Dalam pembahasan punishment, hukuman diberikan bukan pada kesalahan pertama dan perlu sangat-sangat mempertimbangkan syarat keselamatan.

Agar hukuman atau punishment berdampak positif, berikut saran dari penulis(h.65)
-          Hukuman harus sesuai dengan standar pendidikan dan kejiwaan
-          Pemberi hukuman adalah wali murid
-          Hukuman harus diiringi rasa kasih sayang dan cinta
-          Hukuman diberikan setelah adanya pemberian hadiah, motivasi dan nasihat
-          Menjaga kehormatan dan kemuliaan anak
-          Memberikan penjelasan yang terarah


Judul buku       : Sukses Mendidik Anak Tanpa Kekerasan
Pengarang        : M Nabil Kazhim
Penerbit           : Pustaka Arafah
Tahun terbit     : 2011
Halaman          : 204 hal
Bulan               : April 2017

Erna Maryati

0 komentar: