Minggu, 14 Mei 2017

TRAVEL GUIDE HAJI & UMROH



TRAVEL GUIDE HAJI & UMROH

Alhamdulillah ala kulli hal atas nikmat kesehatan dan waktu luang untuk bisa memperpanjang nafas di grup IM. Setelah sebelumnya saya meresume buku yang berjudul “Umroh Backpacker” selanjutnya saya akan meresume buku yang saya temukan, lebih tepatnya saya cari di lemari buku di rumah yang tujuannya untuk mempersiapkan ilmu dan praktek ibadah umroh yang jujur sampai satu bulan keberangkatan saya masih belum tau jadi berangkat atau enggaknya hehe. Alhamdulillah namanya rejeki umroh, ada aja jalannya buat bisa berangkat, syaratnya satu, lurusin niat.


Well, buku ini ditulis oleh Ust. Yusuf Mansur yang isinya udah teknis banget jadinya cocok buat dibaca semua kalangan baik remaja, dewasa, bahkan lansia sekalipun. Sesuai judulnya hal pokok yang dibahas dalam buku ini adalah tentang ibadah haji yang dibagi menjadi beberapa bab yang terdiri dari persiapan, ihram, wukuf, thawaf, sai, mabit, jumrah, tahallul, juga penjelasan tentang haji mabrur, dan ditutup dengan bab terakhir tentang umroh. Nah, sebenarnya tujuan saya mengetahui tentang bab umroh sih, tapi gak ada salahnya belajar sekalian dari bab awal tentang haji dulu karena sebenarnya umroh adalah ibadah haji kecil, kali aja setelah belajar dibukakan jalan buat bisa daftar haji, who knows?.

Sebagai pengantar dalam buku ini diawali dengan penjelasan tentang niat dan kesungguhan dalam beribadah. Dalam pelaksanaan ibadah haji dan umrah perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan persiapan yang matang. Tidak hanya aspek fiqih dan bacaan (doa) yang perlu dikuasai para calon haji atau umrah, tetapi juga tips dan informasi serta panduan praktis berkaitan dengan ibadah tersebutt. (hlm. iv) Selanjutnya buku 152 halaman ini membahas tentang mana yang wajib (yaitu rukunnya), mana yang tidak wajib tapi sunnah seperti mengenakan pakaian putih-putih bagi wanita saat umroh, mana yang haram/dilarang dikerjakan saat pelaksanaan ibadah haji dan umrah terutama setelah ihram, yang ini tidak kalah penting karena jika melanggar larangan tersebut bisa berakibat denda menyembelih hewan qurban atau lebih mengerikan lagi, ibadahnya tidak diterima dan diwajibkan untuk mengulang tahun depan (nah bagaimana kalo itu ibadah haji? Masih panjang antrian jika harus mengulang kan?).

Di setiap akhir bab penjelasan, Ustadz Yusuf Mansur juga memberikan tips-tips yang teknis sekali untuk pembaca, misal tips untuk meringkas barang bawaan supaya tidak kelebihan bagasi pada saat pulang, cara menjaga kebugaran tubuh supaya saat di tanah suci tidak kelelahan, sakit dan sebagainya, tips supaya tidak tersesat yang akhirnya saya pake banget pas disana terutama buat janjian sama bapak karena bapak suka bingung jalan pulang ke arah hotel padahal kondisi masjidil haram luas dan rame banget, ada juga tips untuk bisa mencium hajar aswad alias batu surga tapi menurut saya masih terlalu umum jadi kurang efektif bagi pembaca karena teknis di lapangan bahwa 24 jam di masjidil haram tidak pernah sepi dari orang thawaf apalagi hajar aswad? Hanya waktu shalat yang bisa membuatnya istirahat dari tangan-tangan manusia. Karena konon, batu surga itu mencatat wajah-wajah yang pernah menemuinya selama di dunia. Wallahu’alam.

Masih tentang buku ini, overall buku ini cukup lengkap dari segi penjelasan baik yang bersifat teknis, pengetahuan, dan juga memberikan referensi doa-doa yang menurut saya pribadi bagus banget buat diaplikasikan, tidak hanya berisi doa-doa untuk kita pribadi, namun juga untuk pemerintah dan Indonesia yang kita cintai ini. Beberapa poin yang menurut saya bisa dijadikan masukan adalah adanya typo di beberapa halaman (saya tidak tandai halamannya, maaf ya) tapi menurut saya penting seperti “dilarang” dan “tidak dilarang” tentu mempunyai arti yang jauh berbeda dan bisa mempengaruhi pembaca yang tidak menyadari bahwa itu typo dengan menyesuaikan tulisan-tulisan sebelumnya.

Selain typo, poin lainnya adalah tentang miqat makani (tempat untuk mengambil niat ihram tanda dimulainya ibadah haji/umrah), dibuku tertulis, Bagi orang yang bertempat tinggal di daerah miqat, miqat hajinya adalah tempat tinggalnya itu. Begitu juga bagi penduduk Makkah atau orang luar yang berada di Makkah, miqatnya adalah tempat tinggalnya di Makkah. (hlm. 36) nah setelah saya konfirmasi dengan muthawif/ustadz tentang tulisan yang saya tebalkan itu, beliau menerangkan bahwa walaupun kita sudah tinggal/bermalam di hotel area masjidil haram yang lokasinya di Makkah, tempat mengambil miqat memang bisa dilaksanakan di Makkah tapi harus keluar dari tanah haram. Nah selama ini saya pikir tanah haram ya berarti Makkah, padahal ada batas-batasnya lho, tanah haram itu di Makkah tapi bukan berarti yang tinggal di Mekkah itu tinggal di tanah haram dan ini semua udah ditentuin dari zaman nabi Ibrahim. Dari sini saya mengambil kesimpulan bahwa orang luar/ jamaah umroh pendatang yang bisa  mengambil miqat di tempat tinggalnya di Makkah adalah jamaah yang tidak tinggal di area tanah haram. Menurut saya koreksi ini penting apalagi buat jamaah umroh backpacker kayak saya yang semua serba mendadak, dapet tiket promo ke jeddah jadi mendadak nabung dan mendadak umroh. Sekian resume ini semoga bermanfaat bagi semua. Mohon koreksinya ya kalo ada pendapat dan kesimpulan saya yang perlu diluruskan hehe.

Judul buku : Travel Guide Haji & Umrah
Nama Penulis : Ustadz Yusuf Mansur
Penerbit : Salamadani
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 152 halaman

Bandar Lampung, 23 Maret 2017
Mustika Rizky Amalia

0 komentar: