Minggu, 14 Mei 2017

Memahami Bahasa Anak




Memahami Bahasa Anak

Dunia anak-anak memang mengasyikkan. Beragam kisah dengan permaknaannya memenuhi kisah hidup mereka. Kehidupan ini dijalani dengan cara yang unik dan menggelitik. Kata-kata yang polos, spontan, lucu, penuh keceriaan, dan tak jarang menggugah hati dan kesadaran kita. Anak-anak melakukan tanpa takut salah, tanpa beban dan takut dosa.
Dari anak-anak pula kita belajar banyak hal. Kata-kata dan jawaban mereka kadang membuat kita heran, melongo, atau takjub. Kata-kata yang tidak kita kira, muncul dari sosok mereka yang umurnya masih kecil.

Kadang juga kita temukan inspirasi dari anak-anak. Betapa cerdas mereka memandang sesuatu. Kita orang dewasa ini kalah dengan mereka. Buku ini memotret dengan cerdas anak-anak. Perkataan, jawaban, tingkah laku, dan cara pandang mereka.
Buku ini terdiri dari 10 bagian (penulis menyebutnya 10 celoteh) yaitu Imanjinasi Ala Anak-anak, Perkembangan Bahasa, Pertanyaan Sulit, Jawaban Menohok, Jawaban Bikin Geli, Komunikasi Efektif, Ngeles (Siapa yang Harusnya Pegang Kendali), Konsistensi, Kepekaan dan Kepedulian, dan Seputar Tuhan dan Agama
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
#1           Anaconda
Suatu malam, seorang ibu menemani anaknya menonton TV. Saat itu, TV menayangkan film berjudul “Anaconda”. Penasaran, anak bertanya.
“Ibu, Anaconda itu apa sih?’ katanya.
“Anaconda adalah jenis ular besar dan panjang yang hidup di daerah Amazon. Amerika. Panjangnya bisa mencapai 80 meter, lho. Di Kalimantan juga ada ular yang besar dan panjang. Tapi tidak sepanjang Anaconda. Anaconda termasuk yang terpanjang di dunia”
“Kalau Anaconda sepanjang itu, ibuconda-nya panjangnya berapa meter ya, Bu?”

#2           Eskalator
Melihat ibunya kesulitan menghitung dengan jari berapa uang yang harus dibelanjakannya bulan itu terkait banyaknya kebutuhan bulanan, Adi (4) mendekati ibunya, seperti ingin menawarkan solusi.
“Kok Ibu kelihatan kesulitan menghitung?” tanyanya.
“Iya nih, kayaknya ibu salah hitung, deh,” balas sang ibu.
“Kenapa ngga pake eskalator aja” katanya. “Kan bisa lebih cepat ngitungnya!”
Rupanya, kalkulator sudah ganti nama jadi eskalator.

#3           Sudah terlanjur
Suatu pagi, seorang anak laki-laki berusia empat tahun dimarahi ayahnya karena melakukan kesalahan. Setelah ayahnya berangkat kerja, dia menghampiri ibunya seraya berkata,
“Bu, kenapa sih nikah sama Ayah yang suka marah-marah? Kok nggak nikah sama Ayah yang lain yang lebih ramah?”
Belum sempat sang ibu menjawab, si kecil sudah punya kesimpulan seniri. “Mungkin karena sudah terlanjur, ya Bu?”

#4           Polisi Tidur
Salah seorang teman dari Aceh bercerita. Tentang keponakannya yang walau masih kecil sering bikin orang tuanya bingung mencari jawaban atas pertanyaannya. Saat diceritai tentang Malin Kundang, sebuah kisah moral tentang ketaatan kepada orang tua, dia bertanya:
“Berarti banyak polisi yang durhaka pada orang tuanya?”
“Kenapa?” tanya sang ibu.
“Itu banyak yang dikutuk jadi polisi tidur,” katanya.


#5           Penemu Benua Australia
Guru      : Dika, carilah benua Australia di peta ini!
Dika       : Ini, Pak! (sambil menunjuk peta Australia dengan tepat)
Guru      : Bagus. Sekarang kamu, Riko, siapa yang menemukan benua Australia?
Riko       : Dika, Pak.

#6           Tian Berkelahi
Ibu         : Tian, kamu barusan berkelahi ya?
Tian        : Benar, Bu.
Ibu         : Kamu harusnya bisa menguasai kemarahanmu. Sudah berulang kali ibu bilang. Kalau lagi marah, tenangkan dirimu dengan menghitung didalam hati dari satu sampai lima puluh.
Tian        : Saya sudah melaksanakan apa yang Ibu bilang. Saya memukulinya sampai hitungan kelima puluh, Bu.


#7           Tuhan di Mana, Ya?
“Tuhan di mana sih, Yah?” tanya Rasya kepada ayahnya suatu ketika. “Rasya pengiin sekali ketemu. Dia baik banget. Udah ngasih Rasya mata, telinga, tangan, ayah, ibu...”
Gelagapan dengan pertanyaan ganjil itu, sang ayah pun menjawab sebisanya.
“Tuhan itu ada dimana-mana,” kata sang ayah akhirnya.
“Kok Rasya ngga lihat di sekolah? Ditempat eyang juga ngga ada” balas Rasya semakin penasaran.
Merasa tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari ayahnya, Rasya lalu menemui kakeknya yang dan menanyakan hal yang sama.
“Tuhan itu ada di hati setiap manusia” jawab sang kakek, terdengar lebih bijak.
“Enak dong jadi dokter bedah,” sahut Rasya yang tampak puas dengan jawaban kakeknya, “bisa sering ketemu Tuhan tiap kali membedah tubuh pasien.”

Kisah dalam buku ini merupakan kumpulan dari kontributor atau teman-teman penulis. Ada juga mengambil dari kisah di buku lain. Atau cerita tetangga. Enaknya, buku ini ringan dibaca. Singkat-singkat. Di setiap akhir kisah diberikan keterangan hikmah apa yang bisa kita ambil dari kejadian itu. Meski, pembaca pun boleh saja menafsirkan hikmah lain yang dirasakannya.
Membaca buku ini kita akan tertawa, terkagum-kagum dan merenung. Betapa kita tidak boleh abai dengan pendidikan anak. Hal sekecil apa pun. Sebuah bacaan ringan yang membuat kita harus lebih mensyukuri keberadaan anak-anak kita. Anak-anak tidak salah dan tidak bisa disalahkan. Karena mereka belum tahu. Tugas kita-lah yang mendidik mereka. Agar memiliki pengetahuan yang kelak berguna dalam kehidupan mereka.


Judul Buku          : Betapa Lucunya Anak-anak Kita
Penulis                 : Chairil ZM
Penerbit              : Pro-U Media
Tebal Hal              : 180 halaman

Supadilah

0 komentar: