Minggu, 14 Mei 2017

Persalinan Maryam



PERSALINAN MARYAM

Tak pernah mengkhawatirkan rasa sakit pada suatu proses yang dahsyat yaitu melahirkan keshalihan. Demikianlah kampanye yang digelorakan Mugi Rahayu, seorang bidan sekaligus penulis buku ini, kepada muslimah yang akan, sedang, dan selalu menunggu persalinan. Seolah mengandung kemudian bersalin layak didamba siapa saja yang pasrah menghamba pada Ar rahiim.

Ibu lulusan cumlaude Filsafat UGM ini banting stir belajar di kebidanan salah satu sekolah tinggi kebidanan swasta di Jogja, setelah ia menikah dengan pegawai rumah sakit swasta dan memiliki anak di usia sekira dua puluh dua tahun. Alamak, keputusan hidup yang berani ya?! Penulis merasa yakin dan nyaman mengabdikan diri sebagai bidan karena doa ibunda dan dukungan suami. Kalau bukan karena Allah mampukan ia, bukan perkara mudah untuk menyeimbangkan belajar ilmu kebidanan sekaligus praktik sendiri hingga melahirkan anak ke-4 di awal usia 27 tahun. Sekarang, anak-anaknya telah tumbuh menuju fase awal remaja.

Kisah hidup wanita mulia bernama Maryam yang tertulis di dalam Al-Qur'an menjadi inspirasi pribadi yang melegitimasi profesi Mugi Rahayu. Setiap tafsir QS Maryam ia dalami, terutama di ayat ke 22-26 yang membicarakan kehamilan dan persalinan Maryam. Saya pribadi terkesan dengan apa yang keluarga penulis perjuangkan. Mereka mengoptimalkan potensi keluarga dan masyarakat untuk peduli pada kaum wanita dan anak-anak. Maka klinik bersalin yang sederhana menjadi ramai oleh calon ibu yang inginkan belajar sabar dan kuat saat melahirkan. Tak hanya muslimah terhormat yang datang, muslimah yang ternoda pun tak lepas dari bimbingan mereka agar kembali pada jalan Allah.

Buku yang terbit secara indie ini, menggali pengalaman Maryam. Penulis menuliskannya dengan mengajak pembaca untuk menghayati apa yang sebenarnya Maryam rasakan. Meneladani bagaimana sikap seorang ibu yang mengandung dan melahirkan. Beberapa tips semisal kebiasaan makan kurma dapat mempermudah penyembuhan perdarahan saat melahirkan; posisi nyaman melahirkan berdasarkan naluriah wanita; hingga hal sensitif yang berkaitan dengan kewanitaan. Intinya, membaca buku ini bagi mereka yang sedang hamil, saya kira akan menjadikan ia yang semula jutek jadi bahagia, bawel jadi sabar, bete jadi haru. Aura yang positif-positif disajikan di buku ini. Bahkan diulang-ulang ala motivator. Memang penulis, aktif juga sebagai trainer di Yayasan Ibu Bergerak.

Melahirkan itu pada dasarnya sakit tetapi perlu adanya manajemen diri untuk olah rasa dan raga agar wanita ridha dalam proses melahirkan. Buku ini juga mengungkapkan kembali bahwa apabila ibu yang melahirkan dengan selamat mendapatkan keutamaan seperti terhapus dosanya sedangkan apabila ibu meninggal dalam melahirkan, akan terhitung sebagai mati syahid. Secara langsung, penulis mengajak memiliki banyak anak karena melahirkan adalah candu yang menjanjikan. Demi melahirkan keshalihan ada komitmen besar di awal sehingga candu itu menjadi berkah.

Sayangnya, buku ini kurang cocok bagi pembaca yang tidak terlalu mengedepankan perasaan dalam membaca. Ada teman yang baca buku ini merasa, isi buku terlalu melankolis sedangkan harapannya ingin mengetahui tips praktis yang lebih banyak saat melahirkan. Terlepas dari itu, perempuan-perempuan melankolis layak untuk baca buku ini. [NT]

Judul buku: Persalinan Maryam Melahirkan Keshalihan
Penulis: Mugi Rahayu
Penerbut: Prayu
Jumlah halaman: xxii + 192
Tahun terbit : tidak ada

Novi Trilisiana

0 komentar: