Selasa, 23 Mei 2017

Inovasi Teknologi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Pada Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai




Buku ini hadir untuk memacu pelaku agribisnis padi, jagung, dan kedelai dalam peningkatan produktivitas agar swasembada pangan tercapai. Jika kebutuhan beras, jagung, dan kedelai dalam negeri tercukup maka pelaku agribisnis dapat mengekspornya (p.7a). Padi, jagung, dan kedelai merupakan komoditas andalan untuk menstabilkan ekonomi dan politik (p.1). Salah satu problem pengembangannya adalah areal pertanian semakin berkurang akibat alih fungsi lahan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitasnya adalah dengan manajemen hara, perbaikan fungsi irigasi, penggunaan varietas unggu baru (VUB), dan teknologi pemupukan. Buku ini khusus mengkaji teknologi pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan daya dukung lahan atau dikenal dengan istilah pengelolaan hara spesifik lokasi (PHSL). PHSL ini diterapkan dengan mempertimbangkan tingkat kesuburan lahan pada setiap lokasi yang berbeda.

Unsur hara makro utama Nitrogen (N), Pospor (P), dan Kalium (K) umumnya lebih banyak diserap oleh tanaman padi, jagung, dan kedelai. N berfungsi untuk pertumbuhan tanaman, dapat menaikkan produksi tanaman, kadar protein, dan selulosa. Pemberian N dibawah standar dapat menyebabkan pertumbuhan akar terhambat, warna daun kuning dan gugur, dan kerdil. Sebaliknya jika pemberian N berlebihan dapat menyebabkan tanaman mudah roboh karena sistem perakaran menjadi lebih sempit dan menurunkan kadar karbohidrat dan fase vegetatif tanaman sehingga kualitas tanaman menurun.

Unsur P berpengaruh terhadap pembelahan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji, mempercepat pematanagan, memperkuat batang, akar, daya tahan terhadap penyakit, sehingga dapat meningkatkan produksi. Kekurangan unsur P pada tanaman dapat menyebabkan kekerdilan, sistem perakaran buruk, dan menghambat perkembangan bobot biji.

Unsur K berfungsi untuk meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah, biji tanaman menjadi lebih berisi, tanaman lebih tahan terhadap penyakit, meningkatkan perkembangan akar, dan meningkatkan kualitas buah. Jika tanaman kekurangan unsur K akan menyebabkan tanaman kerdil, buah mudah rontok sebelum masak dan masak buah lambat, batang lemah dan pendek, nekrosis pada daun. Kekurangan K juga menyebabkan kadar karbohidrat berkurang yang menyebabkan buah-buahan menjadi masam.

Untuk meningkatkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman terlebih dahulu perlu dilakukan analisis tanah, bisa secara uji cepat (quick test) atau analisis laboratorium. Analisis tanah quick test dapat menggunakan metode PUTK (perangkat uji tanah kering) jika dilakukan di lahan kering dan PUTS (perangkat uji tanah sawah). Aplikasi teknologi PHSL salah satunya dintentukan oleh hasil analisis PUTS atau PUTK ini. Adapun keuntungan aplikasi teknologi PHSL adalah penggunaan pupuk digunakan dengan dosis tepat, waktu dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai; pencemaran lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga; dan mengurangi biaya pupuk.

Dalam buku ini selanjutnya dirinci tentang teknik analisis hara tanah menggunakan metode PUTK dan PUTS dan aplikasi rekomendasi pemupukan berdasarkan hasil analisis tersebut. Misalnya jika status kadar K dalam tanah rendah berapa kg/hektar rekomendasi pupuk K yang perlu digunakan, jika kadar K sedang berapa kg/hektar rekomendasi pupuk K yang perlu digunakan, dst yang kebutuhannya berbeda antara jagung, padi, dan kedelai. Di bagian akhir buku ini dijelaskan bahwa keberhasilan aplikasi teknologi PHSL ini sangat tergantung kepada kualitas benih yang digunakan.



Judul Buku      : Inovasi Teknologi Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi (PHSL) Pada Tanaman Padi, Jagung, dan Kedelai
Penulis            : Karsidi Permadi dan Oswald Marbun
Penerbit           : ITB
Tahun terbit    : 2015
Halaman          : 80

Bandung, 23 Mei 2017
-THW-

0 komentar: