Minggu, 14 Mei 2017

Menikah Memuliakan Sunnah

Menikah Memuliakan Sunnah

Sesungguhnya bersama sunnah ada barakah, maka sebelum akad berlangsung benahilah niat dan luruskan tujuan (p.8). Barangsiapa yang passion (hasrat kuatnya) untuk menikah adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan kekuatannya dan menjadikan kekayaan di hatinya. Maka jagalah arah hidup baik sebelum maupun sesudah menikah. Jadikanlah akhirat sebagai hasrat terbesar sesudah Allah menyempurnakan separoh agama yakni menikah (p.10).


Niat akan menentukan nilai pernikahan, kira-kira begitu awalan dari buku ini. Selanjutnya adalah ilmu, karena tak ada yang lebih penting dalam bekal pernikahan selain niat dan ilmu. Persiapan iman dan takwa adalah masalah yang paling prinsip dan wajib kita pegang teguh dalam pernikahan (p.128). Buku kecil ini banyak sekali menyentuh sisi hati saya. Padahal telah sekian lama teronggok di rak buku tak saya baca.

Inspiring saya untuk bersegera membaca buku ini adalah sharing mbak Trisa beberapa waktu lalu. Ada satu poin yang menyentak hati saya kala itu bahwa keraguan dan ketakutan datangnya dari setan dan ciri lemahnya iman. Banyak sekali pertanyaan saya kala itu dan alhamdulillah Allah berikan jawabannya melalui buku ini. Saya kerap kali tiba-tiba ragu untuk melangkah, mungkin karena trauma masa lalu, mungkin karena ikhtiar saya belum sungguh-sungguh, atau mungkin pula karena niat saya belum lurus yang akhirnya lamaran demi lamaran lewat begitu saja.

Jika jodoh tak kunjung datang, bisa jadi letak masalahnya ada pada orientasi kita untuk menikah, terlalu dunia sehingga Allah ingin kita lurus dulu niatnya untuk akhirat. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah sama kita. Selanjutnya memohon pilihan terbaik dengan ilmu-Nya dan kekuasaan-Nya. Kita perlu memilih dengan hati-hati, memilihkan seorang ayah yang sholih menjadi tanggungjawab ibu pada anaknya sebab kelak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas pilihannya itu, demikian sebaliknya lelaki berhak memilih calon ibu yang sholihah untuk anaknya.

Maka kata Rasulullah pilihlah karena agamanya niscaya kamu akan beruntung. Sebab pilihan agama atas dasar keimanan akan menumbuhkan kecintaan pada apa yang membuat Allah ridho.Dalam hal ini para ulama menyatakan “Hendaklah dia mengosongkan hatinya dari semua pikiran berkenaan dengan urusan yang akan dia hadapi agar hatinya tidak condong kepada salah satu urusan sebelum dia beristikharah” (p.24). Selanjutnya bermusyawarahlah dengan mereka yang menjaga ibadahnya, indah akhlaknya, dalam ilmunya, khusyuk, dan tawadhu (p.25).

Dalam cinta ada pilihan-pilihan berat. Cinta kepada istri/suami tidak boleh melebihi cinta kepada Allah. Disini dikisahkan bagaimana Abu Bakar meminta Abdurahman untuk menceraikan Atikah, yang keduanya adalah baik akhlak dan agamanya, karena dilihatnya gelora cinta mereka terlalu kuat sehingga menurunkan kualitas ibadahnya kepada Allah. Ketaatan Abdurrahman dalam baktinya kepada orang tua, keteguhannya dalam memegang syariat Allah akhirnya membawanya pada keputusan berat, bercerai dengan Atikah. Meskipun akhirnya mereka berdua kembali rujuk dan Abdurrahman syahid dalam perang Thaif. Kita belajar dari Abdurrahman bahwa dalam memilih mencintai, mencintai Allah adalah diatas segalanya. Semoga Allah mengarahkan hati kita untuk hal ini.

Dalam buku ini juga dijelaskan tentang kekuatan visi pernikahan, kisah-kisah inspiratif penulis sehingga rumah tangga selalu bahagia. Yang kuncinyaadalah visi akhirat dengan pondasi iman, sabar, dan syukur. Saling menerima kekurangan pasangan, dibalik kekurangan pasangan terdapat ladang amal sholih dan pahala sabar didalamnya (p.131).

Judul Buku     : Menikah Memuliakan Sunnah
Penulis           : Mohammad Fauzil Adhim, Salim A. Fillah, dkk
Penerbit         : Pro-U Media
Halaman        : 184

Bandung, 14 April 2017
-THW-





0 komentar: