Minggu, 19 Agustus 2018

Bilik-Bilik Cinta Muhammad


Siapa yang ingin rumahnya menjadi surga dunia, tentu semua kita ingin rumah itu bagaikan surga, tenang, damai, saling memahami, saling motivasi, berbagi dan sebagainya. Tentu semua kita menginginkannya. Namun untuk menghadirkan surga dirumah tentu tak semudah mengatakannya, karena pada kenyataannya ada saja konflik di dalam rumah, baik itu antara adik kakak, ayah ibu, dan anggota keluarga lainnya yang ada.

Adakah rumah yang seperti surga penuh kedamaian itu? Ya tentunya ada. Bagaimana caranya?

Nah buku ini hadir untuk menjawab itu semua. Kumpulan kisah perjalanan Rosulullah, apa saja yang terjadi dan bagaimana cara menyikapinya.

Berawal dari rumah Abu Thalib, Muhammad kecil yang sudah menjadi yatim diasuh oleh kakenya dan setelah itu pamannya yaitu Abu Thalib. Sepeninggal kakeknya ia diterima Abu Thalib tinggal dirumahnya. Muhammad seolah tak bisa hidup tanpa pamannya, dimanapun sang paman berada, selalu ditemaninya. Begitu juga dengan bibi Fathimah bint Asad, istri Abu Thalib, ada ketulusan cinta yang tidak dijumpai pada wanita lain disekitarnya. Ada kelembutan dan kasih sayang yang Muhammad dapatkan di rumah Abu Thalib, sampai akhirnya Ia bertemu dan menikah dngan Khadijah.

Khadijah adalah sosok istri yang mampu berharmoni dengan irama kehidupan suaminya. Tak ada yang diinginkan dari suami tercinta selain ridanya. Begitu pula Muhammad, ia mengimbangi sikap tak kalah hormat kepada istrinya. Sebuah rumah tangga terbentuk, damai, tentram, bahagia tak tertandingi. Dalam jangka waktu yang lama Khadijah sukses menyiapkan kondisi spiritual Muhammad untuk menerima wahyu dan berjihad.

Disaat Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, Khadijah dengan takjub dan berujar “alangkah indah kata-kata ini, Muhammad! Belum ku dengar sebelum ini! Disaat nabi Muhammad membacakan QS. Al-Alaq: 1-5. Walaupun hati khadijah bertanya-tanya dan khawatir. Tapi hal itu tak dilihatkannya di depan suaminya.

Dibuku ini juga dikisahkan bagaimana rumah ibu-ibu Kaum mukmin, tak lain adalah rumah istri-istri Nabi Muhammad, disaat bersama putra putri dirumah, bersama cucu, anak tiri dan anak anak lain. Bersama kerabat dan tamu dirumah, dirumah para sahabat, bersama budak dan pelayan, yang digambarkan dalam bentuk kisah-kisah.

Pelajaran yang dapat dimbil juga dirangkum dalam satu tema yaitu teladan suci rumah tangga nabi. Dimana nabi hidup sederhana, jauh dari kemewahan. Suatu kali Abdullah ibn Mas’ud masuk kebilik Nabi SAW. Melihat kondisi beliau demikian, ia berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kubuatkan tali geriba untuk alas tidurmu sehingga tubuhmu terlindung dari tikar itu?” Beliau menjawab, “Dunia tak ada apa-apanya bagiku. Aku dan dunia hanyalah seperti seorang penunggang berteduh di bawah pohon, yang sebentar berlalu meninggalkan pohon itu.”

Teladan selanjutnya, Penuh cinta, cinta adalah rahasia kebahagiaan hidup rumah tangga. Rumah tanpa cinta bagaikan tubuh tanpa ruh. Di atas fondasi cinta inilah rumah Nabi berdiri, cinta yang memenuhi hati seluruh istrinya tanpa terkecuali.

Amanah, setia, santun, rendah hati dan melayani keluarga, tawakal dan mendahulukan orang lain, bersih dan wangi, cinta kasih,zikir dan ibadah, Amar Makruf nahi munkar, giat dan jauh dari hiburan, ilmu dan bimbingan, menghargai dan menghormati orang lain, adil dan  prihatin.

Begitulah cara Nabi dan keluarga menghadirkan ketentraman dan kedamaian dalam rumah tangga. Nabi adalah manusia biasa layaknya manusia pada umumnya. Rumah beliau tak berbeda dengan rumah para sahabat. Para sahabat berusaha mencontoh beliau. Beliau sukses membangun tatanan masyarakat madani yang berpengaruh dan didambakan para pemikir dan ilmuwan sepanjang zaman.


Judul buku: Bilik-Bilik Cinta Muhammad
Penulis: Dr. Nizar Abazhah
Penerbit: Serambi Ilmu Semesta
Halaman: 327

2        24    Juli 2018 
Belia Laksmi Masril -



0 komentar: